“Oh…!
Tidak!”. Ananda menutup mulut dengan tangannya, matanya membesar dua
kali ukuran biasanya. Setelah beberapa gelas wine dan canda tawa
berlalu, dia ingin mendengar yang ‘lebih’ lagi. Aku ceritakan padanya
kisahku tentang petualangan sexku yang terakhir dengan beberapa pria.
Sedikit
cerita singkat tentang latar belakang tetanggaku yang imut, Ananda. Dia
berumur 28 tahun, tinggi, berambut hitam panjang dengan penampilan yang
menarik dan kebetulan sama sepertiku, belum mempunyai anak. Waktu
pertama kali kenal dengannya, Ananda cenderung tertutup dan pendiam. Tak
heran kalau aku sebelumnya tak tahu kalau dia sebenarnya adalah
tetanggaku sendiri, soalnya dia bisa dikatakan tak pernah keluar rumah
kalau tidak ada urusan penting kecuali pergi ke Gereja tentunya. Aku
mengenalnya saat ada acara di kantor suamiku yang melibatkan para Istri
dan Suami karyawannya. Kedua Suami kami sama-sama bekerja di perusahaan
swasta tetapi pada bagian yang berlainan.
Dari perkenalan
pertama itulah kemudian kami semakin bertambah akrab, aku jadi tahu
kebiasaan kebiasaannya, apa yang dia suka dan dibencinya. Dan dari
situlah aku paham kalau dia mempunyai rasa ketertarikan yang tinggi saat
aku berbicara soal sex, meskipun wajahnya sering jadi bersemu kemerahan
karenanya.
Percakapan kami sore ini, yang telah dipengaruhi
oleh beberapa gelas wine mengarah pada hal sex, atau pada deskripsi yang
lebih sempit, kekurangan dalam kehidupan sexnya. Meskipun dia
sangat-sangat naif, dalam hal ini sangat mengejutkan, ternyata Ananda
lebih tertarik dari apa yang kuduga sebelumnya. Selalu bertanya dengan
rasa ingin tahu yang sangat besar tentang bagaimana rasanya menjalani
apa yang disebutnya dengan istilah ‘pesta liar’. Telah dia ceritakan
padaku seluruh kehidupan sexualnya, termasuk masa sekolah hingga
bersuami (yang tak lebih dari hanya sekitar ciuman saja). Sex yang
normal saja, mungkin hanya sekali dalam seminggu dengan menu utama tak
lebih dari persetubuhan yang biasa saja. Aku sangat yakin bahwa dia
belum pernah mengalami orgasme pada kehidupan sex-nya. Setelah dia
menceritakan padaku tentang itu semua, aku memutuskan untuk mengajaknya
bergabung dalam petualangan sex-ku.
Dengan wajah yang merona merah karena malu, dia memintaku untuk menceritakan semuanya dari awal.
“Setelah
suamiku berangkat kerja”, aku mengawalinya, “Ada teman suamiku yang
‘berkunjung’ ke rumah dan bertanya padaku apakah bisa singgah sejenak
untuk sekedar… yah, kamu pasti sudah bisa menduga apa yang terjadi
kemudian kan?”.
“Dia datang saat suamimu tak di rumah?” tanyanya. Dia kelihatan sangat terkejut dan itu membuatku ingin tertawa saja.
Keteruskan ceritaku padanya, setelah beberapa jam kemudian teman suamiku itu menelpon dua temannya untuk diajak bergabung.
“Kamu bersetubuh dengan tiga orang sekaligus pada waktu yang sama?!”
Kata
persetubuhan yang keluar dari mulutnya benar benar mengejutkanku. Aku
tertawa dan bilang padanya itu semua tak pernah direncanakan sebelumnya,
itu terjadi begitu saja. Mungkin saja karena kami sudah telalu
bergairah dan aku sendiri memenuhi pikiran mereka dengan hal-hal yang
membuat mereka terangsang. Aku menceritakan pada Ananda secara detail
tentang orgasme yang kudapat, dan tentang betapa menggairahkannya tubuh
tubuh mereka, khususnya dengan Rai.
“Dalam tiga puluh lima tahun
kehidupanku, belum pernah aku menjumpai penis seperti punyanya Rai.”
kataku. Wajahnya makin memerah, nafasnya berubah jadi berat sewaktu
kuceritakan dengan rinci tentang pengalamanku.
“Rai benar-benar
sangat membuatku tergila-gila, sosok pejantan perkasa yang akan selalu
memberimu kepuasan abadi” kataku padanya. “Penisnya yang paling besar
dan keras yang pernah kulihat. Kepala penisnya sangat besar bisa
menyemprotkan sperma dengan kuat dan sangat indah”.
Ananda tak
mampu mengucapkan sepatah kata. Aku lihat situasi ini menyiksanya dengan
kenikmatan, dan aku tahu hal ini sangat tabu baginya. Mengetahui dia
tak pernah benar-benar terpuaskan dalam hidupnya, aku bersumpah kalau
sekarang dia telah orgasme tanpa menyentuh dirinya sendiri.
“Yang
bener…, kamu sangat… sangat nakal” dia mengambil nafas. “Aku tak akan
pernah bisa melakukan hal itu pada Paulus”. katanya menjelaskan.
Aku
tertawa seraya bilang padanya, “Bukan untuk Paulus, kamu perlu
memperhatikan dirimu sendiri”. pengaruh situasi membuatku lebih mudah
untuk mengatakannya.
“Kamu tahu Nanda, selangkanganku sudah jadi sangat basah hanya dengan menceritakan semua ini padamu”. Aku menggodanya.
Dari
mulutnya terdengar lenguhan lirih, kedua kakinya bergerak maju mundur
dengan pelan diatas kursinya. Setelah beberapa pertanyaan lagi, aku
katakan padanya kalau aku harus segera pulang dan membiarkannya
mempertimbangkan usulanku untuk lebih memberi perhatian pada kebutuhan
dirinya sendiri. Aku mempunyai dua hal yang harus kukerjakan, pertama
melepaskan gairah dalam vaginaku dan kedua, menelpon. Aku orgasme tiga
kali sore itu, orgasme terakhir kuperoleh hanya dengan membayangkan
wajah Ananda yang sedang mengalami orgasme lewat permainan mulutku pada
vaginanya.
*****
Aku tidak melihat dan mendengar
kabarnya selama seminggu ini. Aku pikir dia telah kembali pada
kebiasaanya dan bergaul dengan teman-temannya yang alim untuk menghapus
pikirannya dari dosa yang kutebarkan padanya. Aku menelponnya pada Sabtu
kemudian dan menanyakan apakah dia dapat membantuku merapikan beberapa
hal yang sulit. Saat aku menemuinya di depan pintu rumahku, dia
kelihatan malu-malu.
“Masuklah” sambutku, “Akan kutuangkan segelas minuman untuk mengusir grogimu”.
Awalnya
dia hendak menolak minuman yang kusuguhkan padanya, yah, memang
’sedikit beralkohol’ sih. Dan memang dia belum pernah meminumnya selama
ini. Tetapi setelah aku bujuk, akhirnya dia mau meminumnya juga. Dia
hanya diam saja hingga gelas ketiga yang kemudian membuatnya jadi lebih
terbuka. Dia kelihatan begitu manis waktu menanyakan apakah aku pernah
bertemu Rai lagi.
“Maunya sih begitu” ku lanjutkan “Tapi James sedang dalam perjalanan kemari sekarang” dia kelihatan terkejut.
Tangannya nampak gemetar menghabiskan sisa minumannya, “Sedang kemari? James? Pria pertama yang kamu ceritakan padaku itu ?”.
“Ya”, aku tertawa “Dia pasti akan tiba sebentar lagi”.
Benar
saja tak lama setelah kata terakhirku, terdengar bunyi bell dan James
masuk dengan membawa sebotol anggur, memelukku, dan memandang dengan
cermat pada Ananda. Setelah sedikit ngobrol-ngobrol, Ananda sudah bisa
akrab dengan James.
“Aku menceritakan tentang kisah kita pada Ananda, James” kami berdua dikejutkan oleh suara gelas yang djatuhkan Ananda.
“Oh tidak…, aku jadi sangat malu” kata Ananda.
“Jangan
sayang, itu adalah hal yang indah, kita sama-sama dewasa dan kita
menikmatinya, bukan begitu Yanna ?” kata James menjelaskan.
“Tentu
saja” jawabku sambil menuju ke pintu karena terdengar belnya berbunyi.
Setelah kembali lagi pada mereka aku berkata, “Ananda, ini Rai, Rai, ini
Ananda”.
“Apa yang sedang kalian rencanakan” tanyanya.
Keduanya mengangkat bahu dan bertanya padaku, “Yanna ?”.
“Kita semua adalah teman yang sedang berkumpul menikmati senja yang indah ini” kataku.
Aku
tak tahu bagaimana atau kapan semua ini berawal, tapi yang jelas
suasana menjadi bertambah hangat dan menggairahkan. James belakangan
bersumpah padaku kalau Anandalah yang pertama kali berusaha
mendekatinya. Kita duduk pada meja minum di dapur, James dan Ananda pada
sisi yang satu, sedangkan aku dan Rai di sisi yang satunya lagi
Galas
yang ada dalam tanganku hampir saja terjatuh karena terkejut saat
Ananda bertanya pada James “Bagaimana bisa lebih dari satu orang pria
melakukannya dengan seorang wanita?”. Rai tertawa dan bilang padanya
kalau kita akan senang sekali menunjukkan caranya pada Ananda. Aku
menjadi sangat terangsang karena situasi ini. Rai menyuruhku untuk
memandang ke seberang meja, mata Ananda terpejam rapat, nafasnya
memburu. James telah bergeser lebih mendekat pada Ananda, akhirnya kami
sadar kalau tangannya bergerak maju mundur dengan pelan di bawah meja.
“Ya Nanda” ucapku.
James
terus melanjutkan manipulasinya atas vagina Ananda dengan jarinya,
tangan yang satunya lagi telah menyusup dibalik baju Ananda, menyentuh
payudaranya. James menutup mulut Ananda dengan ciuman yang dalam.
Sedangkan tangan Rai telah berada dalam rokku untuk mencumbu vaginaku
yang telah basah.
“Ayo kita pindah ke ruang kelurga” usulku.
James menghentikan ciumannya dan menarik tangannya dari dalam rok
Ananda. Ananda terlihat sangat mempesona, payudaranya bergerak turun
naik seirama dengan nafasnya, orgasmenya sudah hampir dekat. Kami
berjalan menuju ke ruang keluarga. Rai segera melucuti pakaianku,
sementara kami berdua melihat James melepaskan atasan Ananda melewati
kepalanya. Dia mengenakan setelan bra dan celana dalam biru muda yang
cocok sekali dengan warna kulitnya, vaginanya tercetak jelas dibalik
celana dalamnya yang telah berubah warnanya menjadi biru tua karena
basah. Aku telah telanjang dan berlutut untuk melepaskan celan Rai dan
membebaskan penisnya yang sudah amat tegang.
Aku berhenti
sejenak untuk menyaksikan payudara Ananda yang terlepas dari bra nya,
begitu kencang, penuh dan puting besar yang telah keras. Nafasku
terhenti dan nafsuku melonjak tinggi begitu James menarik turun celana
dalam Ananda yang telah basah dengan pelan-pelan. Kami sama sama
telanjang sekarang. Rambut kemaluanku yang selalu kucukur rapi membentuk
huruf ‘V’, sedangkan milik Ananda walaupun masih ‘alami’ tapi tetap
terlihat lebat dan indah.
Tangan James segera bergerak mencumbui
klitoris Ananda, mengexpose lebih luas labia majoranya. Penis Rai yang
ereksi penuh tercetak jelas pada celana yang masih dikenakannya. Kami
berdua terpaku memandang Ananda yang terlihat begitu sexy kala James
mendudukkannya bertumpu pada kedua lututnya. James menurunkan celanya,
penisnya terlontar keluar, mengacung ke atas ke bawah tepat di depan
wajah Ananda.
“Oh…tidak, punyamu sungguh besar”, gumam Ananda
sambil menggenggam penis James. James memang memiliki penis yang indah,
yang paling menonjol adalah bentuk kepala penisnya yang besar yang akan
terasa menakjubkan saat itu menembus dalam vaginamu. Tapi dibandingkan
dengan milik Rai, punya James tidaklah seberapa.
“Jilat”,
perintah James. Ananda kelihatan ragu ragu untuk membuka mulutnya. James
bergerak sedikit ke atas membuat Ananda mengangkat sedikit pantat
indahnya untuk selanjutnya tak mau jauh dari penis di hadapannya. Aku
benar benar menjadi terbakar saat Ananda tetap terpaku lalu aku mulai
mengendus vaginanya dari belakang, dan mulai menjilati dari klitoris
hingga lubang anusnya yang rapat. Rai bergerak ke belakangku dan
melesakkan kepala penisnya yang besar ke dalam vaginaku.
Aku
begitu bernafsu menjilati vagina Ananda, terpacu oleh lenguhannya yang
tertahan penis James yang memenuhi rongga mulutnya. Penis Rai terasa
penuh dalam vaginaku. Rai yang melihatku begitu bernafsu menjilati
vagina Ananda menjadikannya menghentakkan pinggulnya dengan seluruh
kekuatannya, membuat wajahku menampari pantat Ananda.
Selang
beberapa waktu kemudian “Ohhhh….Rai, Aku…”, Ananda menggeram seiring
orgasmenya mengaliri lidahku. Aku mengangkat wajaku dari vaginanya.
Begitu dia menoleh ke belakang, seulas senyuman terkembang di wajahnya.
“Yanna, ternyata kamu yang melakukannya?” tanyanya terkejut.
Aku
hanya mampu menjawab, “Ya, sayang” seiring Rai yang menyetubuhiku tak
hentinya dengan bebas dari belakang. Vaginaku coba beradaptasi dengan
ukurannya, orgasmeku mulai merangkak, kepalaku terayun begitu Rai mulai
melepaskan spermanya dalam diriku. Gerakan pinggangnya begitu dalam dan
cepat.
Rai mencabut penisnya dari tubuhku, dia menyemprotkan
sisa sperma terakhirnya pada vaginaku yang terbuka dan diatas perutku.
Nafasnya yang memburu laksana seekor banteng di arena matador,
melepaskan tekanan birahinya yang baru saja meledak. James sekarang
berada di belakang Ananda dan mulai melesakkan batang penisnya pada
vaginanya.
Ananda meringis kesakitan, memohon pada James untuk
begerak pelan saat James mendorong dengan cepat seluruh batang penisnya
menyeruak dalam vagina Ananda. James mulai bergerak pelan, tangannya
mencengkeram pinggul Ananda dan menggerakkannya berlawanan dengan ayunan
pinggangnya sendiri, mengubur batang penisnya dalam vaginanya yang
rapat. Ekspresi yang tergambar pada wajah James sungguh tak terkira, dia
menggeram melampiaskan perasaan yang menggempur dirinya.
Rai
memposisikan dirinya hingga penisnya tepat di hadapan wajah Ananda. Dia
menggerakkan kepala Ananda sampai menyentuh penisnya yang basah berkilat
oleh campuran sperma kami. Ananda mulai bergerak menjilati batangnya,
menjilati cairanku dan sperma Rai. Aku langsung mempermainkan vaginaku
dengan jemariku karenanya. Penis Rai mulai membesar begitu dia melihat
temannya yang sibuk menyetubuhi Ananda dari belakang. Ananda mengocok
penis Rai dengan kedua belah telapak tangannya, lalu mencoba membuka
lebar lebar mulutnya agar muat menampung kepala penis Rai. James benar
benar menikmati apa yang tengah dirasakannya, memukuli bongkahan pantat
Ananda, mendorong pantatnya lebih ke depan lagi dan lagi agar penisnya
bisa menyeruak lebih ke dalam vagina Ananda lagi.
Serangan dua
orang pria dari depan dan belakang yang baru saja beberapa waktu lalu
dikenalnya, tak ayal lagi menjadikan Ananda seperti sebuah Rollercoaster
yang dengan kecepatan tinggi bergerak naik, naik dan naik menuju ke
puncak kenikmatan persetubuhan baru dalam hidupnya. Ananda meneriakkan
orgasmenya seirama dengan bunyi becek yang keluar dari vaginanya.
Tubuhnya terlihat menegang kaku dalam beberapa detik, matanya terpejam
rapat, kepalanya mendongak keatas meresapi setiap ledakan orgasme yang
didapatnya. Wajah dan tubuhnya yang telah basah oleh keringat menjadi
semakin basah dan berkilat oleh lampu dalam ruangan ini. Adegan dan
suasana ini tak terbandingkan meskipun oleh film peraih puluhan Piala
Oscar!!!
Kepala James mendongak ke atas dan mulai mengosongkan
sperma yang memenuhi kantung bolanya ke dalam vagina Ananda. Kepala
Ananda terlempar menjauh dari penis Rai begitu James untuk yang terakhir
kalinya mendorong batang penisnya ke dalam vaginanya dan menghabiskan
sisa spermanya. Aku meraih orgasmeku sendiri bersamaan waktu James
menarik penisnya keluar dari vagina Ananda, sebuah lubang merah jambu
nan basah dan dihiasi dengan rambut kemaluan yang hitam pekat. Sperma
James perlahan meleleh keluar dari vaginanya. Ananda rebah kecapaian
diatas lantai, matanya terpejam, tubuhnya berguling terlentang, pahanya
terlihat masih bergetar perlahan menikmati sisa getaran kenikmatan yang
ada.
Rai mengambil bantalan sofa dan menempatkannya dibawah pantat Ananda. Mata Ananda terbuka memandangnya.
“Jangan, tak mungkin aku dapat manampungmu”.
Rai
tak mengacuhkannya, dia memegang kedua kaki Ananda dan menempatkannya
diatas pundaknya, kemudian mulai memposisikan penisnya mengarah ke
vaginanya yang sudah basah kuyup itu.
“Tidak, jangan” dia merintih begitu Rai mulai mendorong penisnya memasuki vaginanya.”Oh…nggghhh…, dia merobekku” .
Rai
tak bergeming, tetap bergerak. Rintihan Ananda berubah menjadi racauan
begitu Rai menggerakkan masuk keluar separuh batang penisnya. Penis Rai
terlihat basah oleh sperma James karenanya. Mata Ananda terpejam rapat,
dia gigit bibirnya kuat kuat.
Aku mendekatkan vaginaku ke wajah
Ananda, memandang sperma dari vaginaku yang jatuh menetes pada pipinya
dan mulai menggesekkan vaginaku pada mulut dan dagunya. Dengan bantuan
James, Rai mengangkat kaki Ananda, membentangkannya lebar lebar dan
mulai mengerjai vagina Ananda. Kedua buah zakarnya terayun ayun
menghantam pantat Ananda. Sedangkan vaginaku melumuri wajah naifnya
dengan cairanku dan sperma Rai. Segera saja aku merasakan gerakan
lidahnya pada vaginaku begitu aku mengesksploitasi wajahnya. Beberapa
waktu kemudian aku berhenti menggunakan lidahnya untuk memuaskanku dan
duduk menyaksikan Rai memberinya persetubuhan yang selama ini
didambanya.
Suara dan baunya sungguh sangat menakjubkan saat Rai
menggerakkan batangnya menembus vagina Ananda berulang kali. Akhirnya
Rai berteriak kalau dia tak sanggup lagi menahan lahar spermanya yang
akan keluar. Ditariknya penisnya keluar, dan mulai mengocok penisnya
dengan tangannya sendiri diatas vagina Ananda. Aku segera mendekat dan
meraihnya ke mulutku. Tembakan spermanya mengguyur tenggorokanku seiring
denyutan demi denyutan yang mengosongkan kantung spermanya.
Aku
menatap Ananda, rambut kemaluannya yang hitam pekat dan bibir
kemaluannya yang kemerahan terlumuri oleh sperma Rai yang tak tertampung
dalam mulutku. Kutanyakan padanya apakah dia menyukai apa yang baru
saja didapatkannya, jawabannya hanya “Oh…nikkmat”.
*****
Aku
mengisi kembali gelas anggur kami. Ananda bangkit dan duduk
menyilangkan kakinya, cairan yang mengalir keluar dari dalam vaginanya
dengan cepat membasahi karpet. James yang baru saja menyaksikan temannya
yang telah memberikan pada Ananda sebuah persetubuhan terhebat dalam
hidupnya, masih saja mengocok batang penisnya dengan pelan dan berkata
“Masih ada satu hal yang kuinginkan darinya”.
Perlahan dia mendekati Ananda sambil terus mengocok penisnya. “Buka mulutmu, sekarang”, katanya.
Meskipun
merasakan kekuatannya belum pulih benar, Ananda mulai menghisap habis
batang penis James dalam mulutnya. Dengan kedua tangan James memegangi
belakang kepala Ananda, James menggerakkan kepalanya berlawanan dengan
gerakan pinggangnya sendiri. James menahan kepala Ananda agar tidak
melepaskan penisnya saat dia menggeram orgasme. Jakunnya terlihat jelas
naik turun saat dia memenuhi mulut Ananda dengan semburan spermanya
hingga ada yang meleleh keluar dari samping celah mulutnya.
Untuk beberapa saat keheningan merajai ruangan ini. Hanya suara nafas yang mulai mereda saja yang terdengar lirih…
Ananda
bangkit berdiri dan mulai mengenakan pakaiannya diatas kedua belah kaki
yang masih gemetaran, celana dalamnya yang semula telah kering segera
saja menjadi basah kembali seiring dengan warnanya yang berubah agak
gelap karena cairan yang keluar dari vaginanya. Sambil mengenakan
gaunnya, dia mengatakan kalau dia harus segera pulang, dia sedang
menunggu telephone dari suaminya.
Para pria berbaring diatas
lantai, beristirahat sejenak setelah menyirami bukit birahi Ananda yang
tandus. Beberapa menit setelah Ananda berlalu dan meredakan nafas yang
memburu, kualihkan perhatianku pada para pria.
“Boys, hadiah telah kalian terima, sudah puas kan?, Ayo, cepat bawa senjata kalian kemari dan urus aku!”.
*****
“Kalau
Paulus mengetahuinya, oh… mati aku!!!” seru Ananda. “Berjanjilah padaku
kalau ini akan selalu menjadi rahasia antara kamu dan aku,” teriaknya.
“Tentu saja Nanda, jangan gusar gitu dong” kataku sambil membelai rambutnya.
“Gusar?
Kamu bilang gusar? Benar.. Yanna, aku merasa seperti seorang pelacur.
Aku mempunyai affair dibelakang suamiku dengan bukan hanya satu, tapi
dengan dua orang pria dan kamu!” katanya, menpis tanganku menjauh dari
rambutnya.
Kini sudah satu minggu setengah sejak terakhir
kalinya aku bertemu dan bicara dengan Ananda. Aku tahu dia pasti malu
atau katakanlah merasa bersalah setelah melakukan hubungan sex untuk
pertama kalinya diluar ikatan perkawinannya. Dan itu merupakan pertama
kali baginya dan sangat menakjubkan!.
Aku telah ‘membagi’ penis
yang paling mengagumkan dari apa yang ku miliki setahun belakangan ini
dengan nama Rai dan James. Dengan tanpa sepengetahuan Ananda dan
berdasar kesetiaan mereka, itu adalah sebuah rencana yang tak mungkin
diskenario lebih baik lagi. Paulus, suami Ananda sedang pergi ke luar
kota beberapa hari untuk keperluan Gereja. Rai dan James mampir ke
tempatku. Mereka menjumpai aku dan Ananda yang sedang berjemur di
pinggir kolam renang. Ananda seperti biasanya, sangat naif saat mereka
mendekat tapi sangat anggun, mempesona, tinggi dengan rambut hitam
pekat, dan figur yamg mangagumkan.
Kemudian pada sore harinya
mereka datang ‘berkunjung’. Obrolan hanyalah seputar bagaimana caranya
agar mereka dapat menikmati keindahan tubuh Ananda sepuas puasnya. Hanya
dengan memikirkannya saja telah membuatku basah dan ingin segera
mendapatkan penyalurannya. Sepanjang malam itu aku aku memperoleh
rangkaian persetubuhan yang dahsyat dari mereka berdua. Mereka dengan
bercanda menyampaikan padaku bahwa mereka akan membunuhku bilamana aku
tidak membantu mereka untuk mendapatkan Ananda. Kombinasi antara penis
keras mereka dan mulit orgasme yang sudah tak terhitung lagi membuatku
berjanji untuk melakukan apa saja yang mereka minta.
Pada hari
kepergian suamiku dalam tugas luar kota berikutnya, mereka datang lagi.
Kali ini mereka membawa seorang teman baru lagi, Jay. Jay adalah seorang
Ambon yang pernah mereka janjikan dulu. Aku tahu Rai dan James telah
memanfaatkanku, tetapi apa yang kudapatkan dari mereka berdua benar
benar dapat memuskan kebutuhan biologisku. Rai adalah seorang pria yang
sangat mencengangkan dengan penis berurat kerasnya sedangkan James tak
sekeras Rai, tetapi dia mempunya kepala penis yang lebih besar. Aku
menikmati mereka berdua karena ukuran tak begitu penting bagiku, yang
penting mereka dapat secara rutin mengisi kehampaan vaginaku diluar
percintaan dengan suamiku sendiri tentunya.
Aku tak mempunyai
masalah dalam urusan ranjang dengan suamiku, kehidupan sex kami cukup
panas. Tapi persetubuhan yang menyeluruh dan penuh dari mereka membuatku
selalu memperoleh ledakan multi orgasme berbeda dari apa yang kudapat
dari suamiku. Mereka berdua selalu bilang padaku bahwa gadis gadis
seumuran mereka tidak dapat memuaskan mereka seperti yang kulakukan.
Mereka sadar kalau vaginaku adalah milik mereka dan membawa seorang
teman baru untukku adalah cara mereka menunjukkan hal itu. Tak perlu
dikatakan lagi, aku memperoleh persetubuhan yang panas malam itu.
Jay
pamit lebih dulu sedangkan dua penis kesayanganku ‘menginap’ sampai
pagi, menyetubuhiku lagi dan lagi hingga mereka pergi berselang hanya
sepuluh menit sebelum kepulangan suamiku. Sekujur tubuhku penuh dengan
sperma yang mereka tumpahkan barkali-kali. Ranjang penuh noda dan basah
karena sperma. Aku taruh spreinya ke mesin cuci dan segera mandi
membersihkan tubuhku saat suamiku datang. Kamar tidur kami penuh dengan
aroma sex dan terjadilah lagi, aku orgasme di dalam mulut suamiku dan
memberinya menu cairan asin dari vaginaku.
Kembali pada Ananda…
“Aku
tak percaya telah membiarkan mereka melakukan semua ini terhadapku”
gumam Ananda. “Dan aku tak sanggup menatap langsung ke matamu setelah
apa yang telah terjadi antara kita” sambungnya lagi.
Aku tahu
apa yang diperlukan dalam percakapan ini… sebotol anggur. Satu jam
berlalu setelah aku menjadi seorang pendengar yang setia dan selalu
mengisi gelasnya jika telah kosong. Dapat kukatakan dari arah percakapan
ini setelah waktu terus berlalu, bahwa dia di sini tidak untuk
mengungkapkan betapa jalangnya dirinya tetapi lebih kepada alasan yang
lain lagi!!!
Akhirnya dia bertanya ” Apakah kamu sudah ketemu sama mereka lagi sejak itu?”.
“Oh, belum” kataku berbohong,
“Oh….
sayang.., aku sangat gelisah dalam dua hari ini,” dia menambahkan,
wajahnya jadi memerah. “Aku tak pernah menyangka kalau ada yang begitu
besar dan keras,” katanya dengan menghindari menyebutkan ‘kata’ itu.
“Bisa aku tanya hal yang sangat pribadi Yanna?”.
Aku mengangguk dan bilang padanya bahwa dia dapat bertanya padaku segalanya.
“Apakah kamu… bisexual?. Apa kamu sering melakukannya dengan wanita?”.
Aku
tertawa kecil dan mengatakan padanya kalau aku tidak menganggap
demikian, tidak dalam perasaan yang sesungguhnya, tapi, ku katakan
padanya bahwa melihat dirinya dalam suasana yang menggairahkan seperti
kala itu menyebabkan semua itu terjadi begitu saja.
Setelah beberapa gelas anggur lagi, aku bertanya kepadanya ” Jujur saja, kamu menikmati sore itu bukan?”.
“Maksudku,
itulah kenapa kamu berada disini sekarang, benar bukan?” sebelum dia
dapat menjawab, aku menambahkan “Kamu mendapatkan orgasme sedikitnya
selusin dengan Rai dan James dan sekali saat melakukannya denganku.
Sekarang katakan padaku dengan sejujur-jujurnya, itu semua adalah
kegiatan sexual yang selama ini kamu impikan bukan?”.
Pengaruh
anggur telah bekerja. Nafasnya menjadi berat dan putingnya tercetak
jelas pada atasan ketatnya. Dia menganggukkan kepalanya. Rambut hitam
panjangnya tergerai menutupi payudaranya yang penuh.
Aku lebih
menyudutkannya lagi dengan kembali mengingatkan dia akan bagaimana
bergairahnya James kala menyetubuhinya, dan bagaimana penis keras Rai
telah mengantarkannya pada orgasme yang berkepanjangan sore itu.
“Ceritakan padaku Ananda, kamu dapat menceritakan segalanya”
“Kita berbagi rahasia”.
“Katakan padaku bagaimana kau menyukainya, bagaimana kau membutuhkannya,” aku mendesaknya.
“Sumpah…,
…ya!!!” akhirnya dia mengakuinya. “Aku memang menyukainya, aku
melakukan masturbasi pagi dan malam dalam mingu mingu terakhir. Semua
ini begitu tabu dan penuh dosa. Aku merasa begitu menginginkannya dan
sangat ingin melakukannya lagi!”.
Aku begitu terkejut mendengarkan seorang Nyonya yang begitu alim, lugu dan tertutup akhirnya menjadi sangat ‘terbuka’.
“Maksudku, apa mereka suka melakukannya denganku” tanyanya.
“Oh ya”, aku meyakinkannya. “Aku sangat yakin kalau kamu serasa bagaikan seorang perawan bagi mereka”.
“Maksudku,
aku tak ingin mereka menganggap aku seorang yang,… kamu tahu, aku sama
sekali tak punya pengalaman dalam hal ini”. katanya.
Aku tertawa
lagi dan mengatakan padanya kalau mereka akan rela melewati rintangan
apapun hanya untuk dapat menikmati vaginanya yang rapat itu lagi.
Wajahnya kembali bersemu merah dan bertanya padaku bagaimana aku bisa
bersama mereka sepanjang waktu. Kukatakan padanya bahwa mereka adalah
pasangan bercintaku dalam setahun belakangan ini dan vaginaku tak bisa
menampung penisnya Rai waktu pertama kali, tapi sekarang Rai dapat
memasukkannya dengan lancar
“Tapi bagaimana dengan suamimu?” tanyanya keheranan. “Apakah dia tak merasakan perbedaannya dalam dirimu?”.
“Dia
tak pernah menanyakan hal itu, tapi aku tahu dia pasti tak
merasakannya. Begini, dia tetap rutin menggauliku, dan tebak hari apa
biasanya dia melakukannya?”.
“Oh.. sayangku…,” Ananda terperanjat, tangannya menutupi mulutnya. “Kamu sungguh nakal sekali!”.
“Apakah
mereka,.. mmm… maksudku para pria mau datang hari ini, mungkin sekedar
untuk minum secangkir kopi”. dengan cepat dia bertanya.
“Ya,
pasti mereka mau,” kataku. “Tapi suamiku Teddy akan pulang sekitar jam
empat sore nanti”. aku mengamati reaksinya, wajahnya tertunduk dengan
mata menatap lantai. “Tapi kita bisa datang ke rumahmu dan aku tinggal
menulis pesan untuk suamiku kalau aku sedang pergi belanja atau arisan
apalah sama kamu. Bukankah katamu suamimu sedang keluar kota untuk
beberapa hari sekarang ini?” kataku menghiburnya.
“Oh ya, tentu kita bisa melakukannya” jawabnya dengan nada gembira. ” Apa kamu akan menelpon mereka?”.
Dia benar-benar tak sabar dan ingin segara melakukannya. Tak mungkin lagi untuk menolaknya…
“Aku akan menelpon mereka sekarang,” kataku, melihatnya duduk dikursi. Tangannya meremas pegangan kursi dengan kuat.
*****
Ananda
segara pulang ke rumahnya untuk mandi. Aku melakukan hal yang sama dan
mengatakan padanya akan langsung menelponnya begitu Rai dan James tiba
nanti. Aku tak sabar untuk melihat reaksinya nanti saat melihat Jay
datang bersama kami.
Para pria datang kira-kira satu jam
kemudian. Kami membuat sedikit rencana untuk’aksi’ nanti. James dan aku
akan datang duluan dan Rai beserta Jay menyusul sejam kemudian.
Kami
berangkat ke rumah Ananda dan mendapat sambutan yang hangat, dia
kemudian memintaku untuk membantunya di dapur. Roknya yang lebar dan
panjang berayun ke depan dan belakang di sela sela pinggangnya saat aku
mengikutinya dari belakang.
“Mana Rai” tanyanya.
“Dia akan segera datang, kira-kira sejaman lagi deh” kataku padanya “Dia tertahan oleh pekerjaannya”.
Ananda
menuangkan anggur yang kubawakan dari rumah untuk kami, tentu saja di
rumahnya tak mungkin ada persediaan anggur. Suaminya tak akan
mengijinkan hal itu. Kami pergi ke ruang keluarga dan mengobrol di sana.
Setelah lebih dari 45 menitan, aku minta pada Ananda untuk menunjukkan
suasana rumahnya pada James. Aku dapat mendengarnya saat dia menunjukkan
ruang bawah tangga dan mereka berdua menaiki tangga untuk melihat kamar
tidur utama.
Seperti yang direncanakan, aku menemui Rai dan Jay sebelum mereka membunyikan bel.
“Mereka di atas” kataku menjelaskan, “Sudah lebih dari 45 menit yang lalu”.
Kami
bergandengan dan bergelak pelan layaknya pencuri berjalan keatas menuju
ke kamar tidur utama. Pintunya tidak dikunci dan sedikit terbuka
sehingga kami dapat menyaksikan pemandangan paling sexy yang ku saksikan
hari ini.
Ananda sedang bertumpu pada kedua siku dan lututnya
di ujung tempat tidur, pantatnya mendongak tinggi, desahannya terdengar
pelan. Roknya tersingkap hingga pinggang, kepalanya membelakangi kami,
rata dengan kasur. Celana dalamnya tergeletak begitu saja pada lantai di
dekat tempat tidur. James berlutut, wajahnya terkubur dalam pantat
Ananda, menjilat dengan kuat pada klitorisnya yang basah hingga lubang
anusnya. Aroma sexual memenuhi seluruh ruangan. Dan yang lebih tabu
lagi, semua itu dilakukannya di rumahnya sendiri, bahkan diatas ranjang
yang pastinya selalu dijaga kesuciannya oleh Sang Suaminya !!!
Rupanya
Ananda telah berubah menjadi seseorang yang berbeda sama sekali saat
sisi ‘gelapnya’ terkuak. Dia telah mempersetankan segala aturan dan
larangan yang selama ini mendoktrinnya…
“Wuu-huu” teriak Rai “Saatnya pesta”
Ananda
segera bangkit menyingkirkan James dari vaginanya. Kepalanya menatap
lurus ke arah kami dan menatap kami bertiga satu persatu. “Oh sayangku…”
katanya.
“Ananda, ini Jay teman baru kita” aku menjelaskan padanya.
“Dia hitam sekali”.
“Ya, dia seorang Ambon” sambungku. “Waah… apa nih yang sedang dilakukan James? Kelihatannya menggairahkan bagiku”.
“Apa Nyong Ambon mencumbu vagina?” aku tanya pada Jay dengan pandangan menggoda.
“Itu salah satu favoritku sayang” jawabnya kembali.
Dengan
cepat kulepaskan pakaianku kemudian menarik rok Ananda melewati
kepalanya memperlihatkan payudaranya yang kini berayun bebas. “Wah,
Ananda nggak pake BH hari ini” kataku, mengagumi putingnya yang sudah
mengeras karena terangsang.
James menarik Ananda ke posisi
semula dan aku bergabung dengan mereka bersamaan dengan Jay yang
menjelajahi belahan pantatku dengan lidahnya dan mulai mencumbui
vaginaku. Rai tak mau menyia-nyiakan waktu dan langsung mengincar
bibirku, menyodorkan penisnya yang baru setengah ereksi ke bibirku.
Dalam posisi seperti ini aku dapat memasukkan seluruh bagian penisnya ke
dalam mulutku, dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya menyuarakan
apa yang tengah dirasakannya.
Teriakan Ananda jadi bertambah
keras, aku tahu letupan orgasme akan segera menyongsongnya dan aku
segera mempermainkan putingnya dengan jariku begitu dia mencapai orgasme
pertamanya di wajah James. Dia sungguh sangat cantik saat sedang
dilanda orgasme!!! Kepala ranjang menjadi bergoyang maju mundur begitu
James memompa vaginanya dengan penisnya. Kulepaskan mulutku dari penis
Rai dan memberi semangat pada James agar menyetubuhi jiwa dan raganya.
Ini membuat James menjadi lebih terbakar lagi gairahnya, dan memuji
Ananda betapa ketat dan basah vaginanya dan dia akan segera mengisinya
dengan sperma panasnya. Setelah beberapa menit, dia berteriak dan
melepaskan spermanya dalam vagina Ananda.
Aku mengarahkan kepala
Ananda pada batang penis Rai dan dia mulai menjilatinya ke atas dan ke
bawah. Aku menghampiri James yang sedang berbaring istirahat di tepi
ranjang dan segera membersihkan penisnya dari sisa spermanya yang
bercampur dengan cairan kewanitaan Ananda menggunakan mulutku. Jay
langsung memanfaatkan situasi ini untuk segera melesakkan penis hitamnya
ke vagina Ananda.
Dia kelihatan seperti akan protes pada
awalnya saat penis hitam Jay menerobos masuk ke dirinya dan langsung
mengerang begitu penis Jay telah menyentuh dinding rahimnya. Jay segera
membuat gerakan memacu, mengocok vaginanya yang segera saja mengantarkan
Ananda pada gerbang orgasme keduanya, sebuah klimaks yang panjang.
Wajahnya mengekspresikan perpaduan antara rasa sakit dan kenikmatan
tiada tara.
Seiring dengan Ananda yang tengah menikmati ledakan
orgasmenya, aku tarik Jay dari tubuh Ananda, penis hitam panjangnya
nampak berkilat berkilauan oleh cairan Ananda. Rai menarik Ananda,
memeluknya dalam dekapan dadanya. Menghisap dan menggigit puting Ananda
kemudian menempatkan penisnya dalam vagina Ananda yang telah kosong.
Ananda menurunkan pantatnya perlahan memasukkan penis Rai yang ukurannya
masih terlalu besar baginya, hingga akhirnya dapat tertampung masuk
seluruhnya. Dia mulai menaik turunkan pantatnya diatas tubuh Rai.
Lenguhan nikmatnya bergema di seluruh sudut kamar. Rai memegang erat
pinggangnya menarik turun tubuhnya, beradu dengan tubuhnya sendiri
hingga mengeksposs belahan pantat Ananda pada Rai.
Aku mengambil
Baby Oil dari kamar mandi Ananda dan melumurkannya pada batang penis
Jay. Jay memposisikan dirinya di belakang Ananda dan mulai memaksakan
penisnya untuk masuk dalam lubang anus Ananda yang masih perawan. Dia
berteriak memohon jangan dan tidak berulang ulang, mencoba melepaskan
diri dari penis Jay di belakangnya.
Rai mendekapnya erat dalam
pelukannya, tangannya melingkar erat di pinggang Ananda. Jay kini mulai
dapat memasukkan kepala penisnya ke dalam lubang anus Ananda dan menekan
perlahan lebih ke dalam. Ananda nyaris berteriak keras begitu Jay
akhirnya berhasil memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam lubang
anusnya. Bersamaan dengan penis Rai di dalam vagina Ananda, Jay mulai
mengayun maju mundur penisnya dalam lubang anus Ananda dengan variasi
dangkal dalam menyebabkan Ananda langsung mendongakkan kepalanya ke
atas. Jay menggeram hebat begitu spermanya menyembur dalam anus Ananda.
James tiba-tiba menggantikan posisi Jay dan segera meggasak
kembali lubang anus Ananda, sperma Jay meleleh keluar dari lubang anus
Ananda begitu James melesakkan penisnya ke dalam. Dia juga tak sanggup
bertahan lama dan dalam menit berikutnya menanamkan penisnya dalam
dalam, mencengkeram dan memukul bongkahan pantat Ananda, menariknya
rapat-rapat menempel erat dengan tubuhnya. Pinggangnya bergerak cepat
maju mundur mengiringi pengisian lubang anus Ananda dengan spermanya
lebih banyak lagi.
Rai mengeluarkan penisnya dan mengincar
lubang anus Ananda sebagai pelepasan terakhir juga. Untuk 10 menit ke
depan Rai menggoyang Ananda dari belakang. Aku mendekati Ananda dan
menarik rambutnya ke belakang membuat wajahnya menengadah keatas.
Langsung kuberi dia ciuman yang panjang dan dalam. Kemudian menyodorkan
vaginaku ke depan wajah, hidung dan mulutnya. Kupegang kepalanya dan
mendekatkannya pada bibir vaginaku, melingkarkan kedua pahaku pada
lehernya memaksanya untuk membenamkan mulut dan lidahnya lebih dalam
lagi pada vaginaku dengan tanganku yang mengendalikannya dari belakang
kepalanya.
Dan meledaklah orgasmeku. Reflek ku himpit kuat kuat
kepalanya dengan kedua belah pahaku, menekan ke depan pantatku agar
semakin dalam wajahnya tenggelam dalam vaginaku. Aku menggeram hebat.
Tubuhku mengejang ngejang untuk beberapa saat, lalu lemas
menyelubungiku. Ananda segera menarik kepalanya dari jepitan kedua
pahaku seperti orang yang kehabisan nafas, Rai mendekatkan kepalanya ke
arah vaginaku dan langsung menghisap habis cairan kenikmatanku, membuat
wajahnya belepotan karenanya.
Jay dan James mengocok batang
penis mereka saat Rai berteriak bahwa orgasmenya sudah dekat di dalam
lubang anus Ananda. Rai menarik keluar penisnya dari anus Ananda dan
segera mengocoknya di depan wajah Ananda. Teriakan Rai mengiringi
tembakan spermanya pada wajah, pipi dan mulut Ananda yang terbuka
menunggu.
Detik berikutnya Jay sudah berada diantara paha Ananda
dan bersiap untuk memasukkan batang penisnya dalam vagina Ananda yang
sudah sangat basah. Berdiri di ujung tempat tidur, dia memegangi kedua
tumit kaki Ananda dan mulai menggoyang Ananda kembali. Bibir tengah
vaginanya mencengkeram erat sekeliling batang penis Jay seiring tiap
hentakan, kelentitnya ikut tedorong masuk begitu Jay menekan masuk
penisnya. Orgasme Ananda berkesinambungan, Jay menggeram keenakan. James
kemudian melumuri payudara dan perut Ananda dengan spermanya.
Jay
tidak mengendorkan gerakannya sampai pada saat penisnya terasa akan
meledak oleh dorongan spermanya, dan akhirnya meyirami rahim Ananda
dengan guyuran sperma panasnya. Ananda berbaring terlentang dengan kaki
yang masih terpentang lebar. Sperma melumuri sekujur tubuhnya, dan
meleleh keluar dari kedua lubang bawahnya. Para pria mengoles oleskan
penis mereka yang basah pada wajah Ananda. Sedangkan aku juga telah
mendapatkan lagi orgasmeku sendiri dengan permainan jari tanganku.
Aku
pandangi Ananda, lalu mulai menjilat dan mengisap membersihkan sekujur
tubuhnya dari sisa-sisa sperma. Tangannya membelai rambutku saat aku
membersihkan sperma para pria yang masih tertinggal pada vaginanya.
Aku
kenakan kembali pakaianku secepat aku melepasnya tadi dan bilang pada
mereka kalau aku tak dapat tinggal lebih lama lagi dan harus segera
pulang karena suamiku sedang ada di rumah sekarang.
Aku
terbangun keesokan harinya, segera ke rumah Ananda begitu suamiku
berangkat ke kantor. Aku harus mencari tahu tentang semua kejadian
semalam…