Ivan
namaku berpostur tinggi dengan berat yang ideal serta penampilan dan
wajah keren kalau kata teman-temanku, saat ini aku berusia 24 tahun,
kelahiran Bandung. Terus terang aku termasuk lelaki yang mempunyai
libido seks tinggi dan butuh variasi yang bermacam-macam dalam melakukan
hubungan seks. Saat ini aku sudah bekerja dan mempunyai posisi yang
cukup bagus. Serta sudah mempunyai seorang istri yang cantik dan
berkulit putih mulus dengan postur tubuh yang menarik serta selalu
merangsang nafsuku.
Cerita yang akan kutampilkan ini adalah
pengalamanku beberapa waktu lalu. Saat itu aku mendapat undangan dari
seorang teman lamaku yang bernama Jay. Jay adalah temanku semasa kuliah
dulu di kota Surabaya. Sejak lulus dari kuliah kami tidak pernah
bertemu, tetapi komunikasi melalui telepon tetap berjalan lancar. Saat
ini dia juga sudah menikah, dan aku belum mengenal istrinya. Dia juga
saat ini sudah berkerja di salah satu perusahaan besar di Surabaya,
sedangkan aku berkerja di Jakarta sampai sekarang.
Pada saat
menghubungiku, Jay mengatakan bahwa dia akan berada di Jakarta selama
satu minggu lamanya dan tinggal sementara di sebuah apartemen yang telah
disediakan oleh perusahaannya. Dia juga datang bersama istrinya dan
saat ini mereka juga belum mempunyai anak seperti aku dan istriku,
maklum kami kan masing-masing baru menikah dan masih fokus ke karir
kami, baik istriku ataupun istri Jay hanya ibu rumah tangga saja, sebab
kami pikir kondisi itu lebih aman untuk mempertahankan sebuah rumah
tangga, karena dunia kerja pergaulannya menurut kami tidaklah aman bagi
istri-istri kami.
Malam itu sampailah kami di kamar apartemen yang dihuni oleh Jay dan istrinya.
“Hai… Jay gimana kabar kamu, sudah lama yach kita nggak ketemu, kenalkan ini istriku Lusi,” kataku.
“Hai Van, nggak ngira gua kalau bakalan bisa ketemu lagi sama kamu, hai
Lusi… apa kabar, ini Sari istriku, Sari ini Ivan dan Lusi…” kata Jay
balik memperkenalkan istrinya dan mengajak kami masuk.
Kemudian kami
ngobrol bersama sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Jay
dan Sari. Kulihat Lusi dan Sari cepat akrab walaupun mereka baru ketemu,
begitu juga dengan aku dan Jay.
Ketika Sari dan Lusi asyik
ngobrol macam-macam, Jay menarikku ke arah balkon yang ada dan segera
menarik tanganku sambil membawa minuman kami masing-masing.
“Eh.. Van gua punya ide, mudah-mudahan aja elo setuju… karena ini pasti sesuai dengan kenakalan kita dulu… gimana…” kata Jay.
“Mengenai apa…” kataku.
“Tapi elo jangan marah ya… kalau nggak setuju…” kata Jay lagi.
“Oke gua janji…” kataku.
“Begini… gua tau kita kan masing-masing punya libido seks yang tinggi,
gimana kalau kita coba bermain seks bersama malam ini, dengan berbagai
variasi tentunya, elo boleh pakai istri gua dan gua juga boleh pake
istri kamu, gimana…” ucap Jay.
“Ah.. gila kamu…” kataku spontan.
Tetapi
aku terdiam sejenak dan berpikir sambil memandangi Lusi dan Sari yang
sedang asyik ngobrol. Kulihat Sari sangat cantik tidak kalah cantiknya
dengan Lusi, dan aku yakin bahwa sebagai laki-laki aku sangat tertarik
untuk menikmati tubuh seorang wanita seperti Lusi maupun Sari yang tidak
kalah dengan ratu-ratu kecantikan Indonesia.
“Gimana Van… kan kita akan sama-sama menikmatinya, tidak ada untung rugilah…” kata Jay meminta keputusanku lagi.
“Tapi gimana caranya… mereka pasti marah… kalau kita beritahu…” aku balik bertanya.
“Tenang aja, gua punya caranya kalau elo setuju…” kata Jay lagi.
“Gua punya Pil perangsang… lalu kita masukkan ke minuman istriku dan
istrimu.. tentunya dengan dosis yang lebih banyak, agar mereka cepat
terangsang, dan kita mulai bereaksi.”
“Oke… gua setuju..” kataku.
Dan kami pun mulai melaksanakan rencana kami tersebut.
Jay
mengambil gelas lagi dan memasukkan beberapa butir pil perangsang ke
dalam dua buah gelas yang sudah diisi soft drink yang akan kami berikan
kepada Lusi dan Sari. “Aduh.. asyik amat… apa sich yang diobrolin..
nich.. minumnya kita tambah…” kata Jay sembari memberikan gelas yang
satu ke Sari, sedangkan aku memberikan yang satu lagi ke Lusi, karena
kebetulan minuman milik mereka yang sebelumnya kelihatan sudah habis.
Kemudian Lusi dan Sari langsung menenggak minuman yang kami berikan
beberapa kali. Aku duduk di samping Lusi dan Jay duduk di dekat Sari,
kami pun ikutan ngobrol bersama mereka. Beberapa waktu kemudian, baik
aku maupun Jay mulai melihat Lusi dan Sari mulai sedikit berkeringat dan
gelisah sambil merubah posisi duduk dan kaki mereka, mungkin obat
perangsang tersebut mulai bereaksi, pikirku.
Kemudian Jay
berinisiatif mulai memeluk Sari istrinya dari samping, begitu juga aku,
dengan sedikit meniupkan desah nafasku ke tengkuk Lusi istriku.
“Sar… aku sayang kamu…” kata Jay.
Kulihat tangannya mulai meraba paha Sari, istrinya.
“Eh Jay… apaan.. sich kamu… kan malu… akh.. ah…” kudengar suara Sari halus.
“Nggak pa-pa.. ah… ah… kamu sayangku… ah…” desah Jay meneruskan serangannya ke Sari.
Melihat kondisi itu, Lusi agak bingung… tapi aku tahu kalau dia pun mulai terangsang dan tak kuasa menahan gejolak nafsunya.
“Lus… aku cinta kamu.. ukh… ulp… ah…”
Aku pun mulai memeluk Lusi istriku dan langsung mencium bibirnya dengan
nikmat, dan kurasa Lusi pun menikmatinya. Aku pun mulai memeluk tubuh
istriku dari depan, dan tanganku pun mulai meraba bagian pahanya sama
seperti yang dilakukan oleh Jay.
“Lus… akh… ak… kamu… sangat cantik sayang…” kataku.
“Akh.. Van… ah… ah…” desah istriku panjang, karena tanganku mulai
menyentuh bagian depan kemaluannya, dan mengelus dan mengusapnya dengan
jari tangan kananku, setelah terlebih dahulu menyibakkan CD-nya secara
perlahan.
Kulihat Jay sudah membuka bajunya dan mulai perlahan
membuka kancing baju Sari istrinya, yang kelihatan sudah pasrah dan
sangat terangsang. “Ah.. Jay… ah… ah… ah…” desah Sari kudengar. Dan Jay
sudah berhasil membuka seluruh pakaian Sari, dan kulihat betapa mulusnya
kulit Sari yang saat ini hanya tinggal CD-nya saja, dan itu pun sudah
berhasil ditarik oleh Jay. Tinggallah tubuh bugil Sari di atas sofa yang
kami gunakan bersama itu dengan kelakuan Jay pada dirinya. Kulihat Jay
pun sudah membuka semua pakaiannya dan sekarang tanpa sehelai benang pun
yang menutupi tubuh Sari maupun Jay yang saat ini saling rangkul dan
cium di sampingku dan istriku. “Ah… ulp… ulp… ulp.. ah.. sst.. sst…”
kulihat Sari menjilat dan menghisap kemaluan Jay yang putih kemerahan
dengan nikmatnya. “ukh…ukh..ohh….ukh…” erang Jay menikmati permainan
Sari.
Aku pun sekarang sudah berhasil membuka semua pakaian Lusi
istriku, kulanjutkan dengan meremas buah dadanya yang kenyal itu dan
kulanjutkan dengan mengisap kedua puting susunya perlahan dan
berulang-ulang. “Ah… ah… ah… Van… terus… ah.. ah..” desah Lusi keenakan.
Tangan Lusi pun mulai membuka celanaku dengan tergesa-gesa karena hanya
celanaku yang belum kubuka dan kelihatannya Lusi sudah mulai tidak
sabaran. “Akh… akh… ukh… oh…” ketika celana dan CD-ku terbuka dan jatuh
ke bawah, Lusi segera memegang kemaluanku dan menjilatinya seperti apa
yang dilakukan oleh Sari.
Aku kemudian segera mengatur permainan
dengan mengambil posisi jongkok dan membuka lebar kedua kaki istriku dan
mulai menjilati klitorisnya dan semua bagian luar kemaluannya,
“Aah… oh.. terus.. terus Van… enak… akh… akh…” desah Lusi.
“Ulp.. ulp.. sst… sst… ah… uhm.. uhm… uhm…”
Aku terus menjilati klitoris istriku dan kulihat bibir kemaluan dan
klitorisnya merekah merah merangsang serta kelihatan basah oleh
jilatanku dan air kenikmatan milikya yang tentunya terus mengalir dari
dalam kemaluannya.
“Ah… terus.. ah… ah… terus Van.. enak… akh… akh… ukh…” rintih Lusi.
Yang membuka lebar kedua kakinya serta meremas buah dadanya sendiri dengan penuh kenikmatan.
Perlahan
kulihat Jay menggendong Sari istrinya dan membaringkannya sejajar di
sebelah istriku di sofa panjang yang kami pakai bersama ini, kemudian
Jay mulai memasukkan kedua jari tangannya ke lubang kemaluan milik Sari
dan mengocoknya pelan serta menariknya keluar masuk.
“Akh… Jay… ahk… kamu.. gila Jay… akh.. terus… terus Jay… ahh…” rintih Sari terdengar.
“Ukh… ah… ulp… akh… akh… akh.. oh… oh… oh…”
Suara dan desahan dari istriku dan Sari secara bersamaan dan penuh
kenikmatan. Perlahan tangan kananku mulai ikut meraba kemaluan Sari yang
berada di sebelah istriku. Dan aku pun ikutan memasukkan kedua buah
jariku ke kemaluan Sari tersebut. Dan Jay pun membiarkan semua itu
kulakukan, kemudian sambil terus mengocok lubang kemaluan Sari, tangan
kiri Jay pun mulai ikut meraba kemaluan istriku yang saat ini tanpa
rambut, karena habis kucukur kemarin, permainan ini terus berlanjut baik
Sari maupun istriku membuka dan menutup matanya menikmati permainan
yang aku dan Jay lakukan.
Perlahan aku mulai meraba buah dada sari
dengan tangan kananku dan meremasnya pelan, kurasakan buah dada milik
Sari lebih kenyal dibanding milik istriku, tetapi buah dada istriku
lebih besar dan menantang untuk dihisap dan dipermainkan. Kemudian aku
mulai berdiri dan mengarahkan kemaluanku yang berukuran panjang 16 cm
serta diameter 4 cm itu ke arah mulut istriku, dan tangan kananku terus
meremas buah dada milik Sari. Istriku dan Sari pun membiarkan semuanya
ini terus berlanjut. Dan kulihat Jay tetap memasukkan dan mengocok kedua
lubang kemaluan yang di depannya dengan kedua buah tangannya dengan
sekali-kali meremas buah dada milik istriku maupun Sari, istrinya.
Kemudian
Jay mulai berdiri dan mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluan Sari
yang sudah sangat basah, “Ah… Jay… terus… masukkan… terus Jay semuanya…”
kata Sari.
Melihat itu aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan istriku.
“Akh… ukh.. ah… oh… ah… oh…” erang istriku keenakan.
Saat ini baik posisiku dan jay maupun Lusi dan Sari berada pada posisi
yang sama. Aku dan Jay terus menarik turunkan kemaluan kami di lubang
kemaluan milik Sari dan Lusi. Begitu juga dengan Sari dan Lusi membuka
lebar kakinya dan memeluk pinggangku maupun Jay seolah-olah mereka takut
kehilangan kami berdua.
Selang beberapa saat kemudian Jay
menghentikan kegiatannya dan memintaku mundur, kemudian memasukkan
batang kemaluannya yang berukuran panjang 17 cm tetapi diameternya
mungkin 3 cm dan kelihatan begitu panjang dari punyaku hanya punyaku
lebih besar dan keras dibanding kemaluan Jay yang terus menuju ke lubang
kemaluan milik istriku. Kulihat istriku cukup kaget tetapi hanya pasrah
dan terus menikmati kemaluan milik Jay yang mulai mengocok lubang
miliknya tersebut. Aku pun mulai juga mengarahkan kemaluanku ke lubang
kemaluan milik Sari, perlahan kurasakan lubang kemaluan Sari masih cukup
sempit serta menjepit batang kemaluanku yang kutekan perlahan.
“Akh… akh… Sar… memekmu begitu padat.. dan enak… akh…” kataku.
“Terus… Van.. Terus.. punyamu begitu besar… terus Van… enak… akh…” rintih Sari.
“Van.. terus… beri aku kenikmatan.. akh… akh… terus Van… enak… lebih dalam Van… akh..”
“Lus… punyamu begitu enak… sangat… rapat dan menjepit kontolku.. akh…” desah Jay kepada istriku.
“Ehm… ehm… ukh… ukh… lebih dalam Jay… lebih dalam… teruskan Jay…
teruskan… kontolmu… sangat panjang… akh.. dan menyentuh… dinding..
rahimku.. akh… akh… enak… Jay..” desah istriku lirih.
Kemudian aku
terus meremas dan menjilat puting susu milik Sari dan sekali-kali
kugigit pelan putingnya dan Sari terus menikmatinya, sementara
kemaluanku terus naik-turun mengocok lubang kemaluan Sari yang terasa
padat dan kenyal serta semakin basah tersebut. Terasa batang kemaluanku
serasa masuk ke lubang yang sangat sempit dan padat ditumbuhi
daging-daging yang berdenyut-denyut menjepit dan mengurut batang
kemaluanku yang semakin keras dan menantang lubang kemaluan Sari yang
kubuat basah sekali, dan Sari pun terus menikmati dan mengangkat
pinggulnya serta menggoyangkannya saat menerima hujaman batang
kemaluanku yang saat masuk hanya menyisakan dua buah biji kemaluan yang
menggantung dan terhempas di luar kemaluan Sari tersebut.
“Akh… Sar… enak.. sekali.. punyamu… akh.. akh..” desahku.
“Oh Van… aku sangat… suka… milikmu ini… Van yang besar dan keras ini… akh… ogh… ogh… terus Van… ah…”
Kulihat Jay membalikkan tubuh istriku dan memasukan kemaluannya yang panjang putih kemerahan tersebut dari belakang,
“Akh… akh… akh… Jay… terus.. lebih dalam Jay… akh.. enak… Jay…” rintih
istriku, yang kulihat buah dadanya menggantung bergoyang mengikuti
dorongan dari kemaluan Jay yang terus keluar masuk, dan kemudian tangan
Jay meremas buah dada tersebut serta menariknya.
“Akh… Jay.. akh… ogh… ogh… ahh…” jerit nikmat istriku menikmati permainan Jay dari belakang tersebut.
“Ogh.. Lus… buah dadamu begitu besar… dan… enak… ukh… ehm… ehmmm…” sahut Jay penuh kenikmatan.
Sari
mencoba merubah gaya dalam permainan kami, saat ini dia sudah berada di
atas tubuhku yang duduk dengan kaki yang lurus ke depan, sedangkan Sari
memasukkan dan menekan kemaluannya dari atas ke arah kemaluanku.
“Blees…”
“Aakh… enak… akh… Van punyamu begitu besar… akhg…” desah sari yang
terus menaik-turunkan tubuhnya dan sesekali menekan dan memutar
pinggulnya menikmati kemaluanku yang terasa nikmat dan ngilu tetapi
enak.
“Oh… Sar.. terus… ah… ah…” desahku.
“Oh Van… oh.. oh… oh… Van… aku hampir keluar Van… aogh… ogh…” jerit Sari.
“Okh.. Van… okh… aku ke… luar… okh.. okh…” tubuh Sari mengejang
bagaikan kuda dan kurasakan kemaluanku pun bergetar mengimbangi orgasme
yang dicapai Sari.
“Oh… ukh… okh.. Sar aku juga keluar.. okh… okh…”
Kami pun berpelukan dan mengejang bergetar bersama serasa berada di
awan, menikmati saat klimaks kami tersebut selama beberapa saat hingga
kemudian kami berdua merasa lemas, dan tetap berpelukan dengan posisi
Sari di atas, seolah kami sangat takut kehilangan satu sama lain sambil
memandangi permainan Jay dan istriku di sebelah kami.
Kulihat Lusi
istriku sangat menikmati permainan ini dengan posisi bagaikan ******
atau kuda yang sedang kawin, buah dada istriku yang besar
bergoyang-goyang ke depan-belakang dengan cepatnya, sekujur tubuh Jay
maupun istriku berkilap dikarenakan keringat yang mengalir pelan karena
permainan seks mereka ini, kulit Jay yang putih mulus karena dia
berdarah Manado ini kelihatan bersinar begitu juga istriku begitu
menikmati panjangnya kemaluan Jay. Tangan istriku meremas sandaran sofa
dan berteriak lirih, “Ah… ah… ah… uh… uh… uh.. Jay tekan terus Jay
dengan keras… ah.. ah..” kulihat satu tangan istriku memutar dan
memelintir puting susunya sendiri serta sekali-kali meremas keras buah
dadanya tersebut seolah takut kehilangan kenikmatan permainan mereka
tersebut.
Aku kemudian mendorong kepalanya dan sebagian tubuhku
dan berbaring di bawah buah dada istriku, kemudian berinisiatif untuk
ikut meremas buah dadanya dan mengisap puting susunya, “Akh… Van… akh…
enak.. ogh… ogh… ogh… terus Van…” rintih istriku, terasa olehku kemudian
Sari menjilati dan menghisap batang kemaluanku yang mulai mengeras
kembali.
“Ogh… ogh… ogh… Van… ogh… ogh… Jay… kontolmu sangat panjang dan membuatku sangat… puas Jay… akh… terus… akh…” kata Lusi.
“Ulp.. ulp… ulp.. ulp… ulp..” jilatan Sari di kemaluanku yang mengeras.
“Okh… Jay… aku.. hampir.. ke.. ke.. luar… Jay… terus” desah istriku.
Kuremas dan kupelintir dengan keras puting susu dan buah dada istriku, dan kulihat Jay juga mengejang.
“Akh… akh.. akh… akh.. Lus.. aku juga keluar… akh… akh…” jerit Jay kuat, kemudian tubuhnya mengejang dan bergetar hebat.
“Ogh… ogh… ogh… ogh…” istriku pun mengejang dan meremas sandaran sofa
dengan kuat. Beberapa saat. Aku pun kembali merasakan kenikmatan
mengalir di batang kemaluanku dan… “Akh… akh… akh… akh…” kemaluanku pun
memuncratkan spermaku kembali, sebagian ke wajah Sari dan sebagian lagi
meloncat hingga ke tubuh istriku dan aku pun kembali mengejang
kenikmatan dan kulihat Sari terus menjilati kemaluanku yang besar
tersebut dan membersihkannya dengan lidahnya.
Kemudian kami
terbaring dan tertidur bersama di sofa tersebut hingga pagi harinya,
dalam kondisi tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku, istriku, Jay
dan Sari istrinya. Permainan ini kembali kami ulangi pagi harinya. Dan
kembali kami ulangi bersama dalam beberapa hari hingga saatnya Jay dan
Sari harus pulang ke Surabaya, ini semua adalah awal dari permainan seks
bersama kami yang hingga kini seringkali kami lakukan kembali jika aku
dan istriku ke Surabaya, ataupun mereka ke Jakarta. Bahkan
kadang-kadang-kadang Sari sendiri ke Jakarta bermain seks bertiga
denganku dan istriku, ataupun aku atau istriku yang ke Surabaya bermain
seks bertiga atau bersama dengan salah satu dari Jay atau Sari.