Kadang-kadang
orang emang suka punya banyak prejudice sama cewek Indonesia yang kawin
sama bule. Kerasa banget samaku, kalau orang kita emang kadang2 mikir
kalo cewek kaya’ aku nikah sama bule hanya karena hartanya. Emang
kebetulan Tom, suami tercintaku, bukan orang yang kekurangan. Sebagai
expat yang bekerja di bidang marketing suatu perusahaan multi-national
dia memang cukup sukses. Namun, kalau aku ditanya kenapa aku gak kawin
sama orang Indonesia aja, alasan uang mungkin buatku alasan yang ke 13
ato 27. Hihihihi… bener-bener gak sebegitu pentingnya buatku.
Yang
benar2 berarti bagiku adalah pandangan Tom terhadap perilaku sex-ku.
Jujur aja, aku doyan sex. Dan aku gak pernah bisa setia 100%. Aku gak
akan munafik. Biarpun sudah menikah selama 2 tahun, aku sering banget
getting laid sama orang lain. Mungkin orang pada bilang aku ini
nymphomaniac, atau perek – but, hey, that’s what I am!
Tentang
physical appearance-ku; tinggiku 1,65, tapi aku selalu pakai high-heels
yang tinggiii banget dan aku rasa aku cukup langsing untuk masuk ke baju
manapun. Bulu memekku selalu kucukur a la Brazillian, kalo nggak, aku
sisakan segaris yang menunjuk ke arah klitoris-ku. Oh iya, dan aku suka
banget sama Tattoo. Anyway, you guys we’ll see it sooner or later….
Office Party
Dua
bulan yang lalu aku memulai affair dengan bos-ku di kantor. Sebenarnya
Peter atau Pete bukan bos-ku langsung melainkan bos departemen
client-service di advertising agency dimana aku bekerja. Awalnya aku
kesel banget sama kelakuannya yang sok merintah-merintah siapa saja
kalau dia lagi kesel. Tetapi suatu malam, waktu kita abis merayakan
masuknya new business ke agency kami, kita satu team pergi ke Wwwok! di
Kemang buat sedikit minum2. Mungkin karena bos-ku stress banget setelah
dua atau tiga minggu kerja non-stop, dia sedikit keterlaluan maboknya.
Anak2 kantor seperti biasa cuma ketawa2 saja liat tingkahnya yang tidak
bisa berhenti ngajak orang ngobrol kalau sudah mabok. Tapi tidak ada
yang menyadari bahwa dia selalu mencoba untuk merayuku. Dari mulai
matanya yang tidak bisa lepas dari cleavage-ku saat berbicara denganku,
sampai dengan tangannya yang terkadang mengelus buah pantatku dari luar
rok ketatku. Waktu ia pergi ke toilet pun aku bisa merasakan ereksinya
bergesek dengan pahaku. Jujur aku jadi horny juga, dan terpikir olehku
untuk ke kamar kecil untuk membuka g-string-ku yang sudah lepek banget.
Setelah anak2 yang lain mulai bubar, aku menawarkan untuk
mengantar Pete pulang, mengingat keadaannya yang sedemikian parahnya.
Dia setuju, dan kami pun menuju pelataran parkir. Waktu itu sudah hampir
pagi, jadi tinggal ada mas2 penjaga parkiran aja yang ada di dekat
mobil-ku. Pete tidak berhenti juga nyerocos sambil mabok, padahal jalan
saja sudah susah dan harus bertumpu di bahuku. Kadang2 ia jahilnya
datang dan meremas toketku dari luar tank-top yang aku pakai waktu itu.
Tukang parkir yang menunggu dekat mobilku tertegun melihat nipple-ku
keluar dari bungkusnya karena tertarik sama tangan si pemabok. Aku hanya
tersenyum nakal saja. Aku paling suka kalau bikin cowok tersipu2 dengan
badanku!
Aku menyalakan mobil dan langsung cabut. Tukang parkir
tidak kubayar – enak aja, kan udah liat toket gratis! Baru sampai Jalan
Prapanca, bos-ku melepas seatbelt-nya. Aku pertama bingung. Dia
ternyata membenamkan mukanya di selangkangan aku, sambil menarik rokku
ke atas! Aku hampir menabrakkan mobilku ke trotoar. I was horny as hell!
Sambil terus ngoceh, si bos menjilat pahaku… makin lama makin ke atas…
”Pete,
please stop it!” kataku sambil memijit-mijit memekku yang basah dengan
merapatkan pahaku. Tetapi dia tidak memperdulikanku! Terus, naik, naik,
naik, sampai dekat sekali dengan memekku yang basah…
”I can smell your wet cunt, Anissa!”
Ia
meregangkan pahaku dan menarik g-string-ku sampai putus di pinggulku.
Aku meregangkan pahaku, terasa mukanya dengan bulu-bulu jenggot pedek
yang kasar dibenamkan di antara pahaku. Lidahnya menjulur-julur kedalam
memekku yang benar2 sudah banjir! Tapi, karena aku harus menyetir
mobilku, aku sulit sekali terus mengangkangkan pahaku seperti yang ku
mau, sehingga, permainannya terputus2. Aku kesel banget!
Untung
kami tidak lama kemudian sampai di rumahnya. Mobil aku parkir di jalanan
di depan rumahnya. Saat aku hendak membuka pintuku, ia berkata: ”Babe,
sorry, but you can’t come in. My wife’s at home and it would be… you
know….” Sialan! Umpatku dalam hati. Udah dibikin horny gini, sekarang
aku gak boleh masuk ke rumahnya! Aku sudah benar2 butuh dientot banget.
Aku tidak akan bisa nunggu sampai rumah untuk dientot sama suamiku.
Akhirnya aku nyerah deh!
Aku menghadap ke jendela samping
sebelah kanan, dan menunggingkan pantatku ke arah si Pete. Dia sedikit
bingung sepertinya. Tetapi aku angkat rokku keatas dan terpampanglah
vagina dan lubang pantaku yang sudah basah dari cairan memekku yang
banjir.
”Just fuck me Pete. Stick your dick up my pussy!
Please!” desahku. Aku tetap duduk menyamping sambil menunggingkan
pantatku ke arahnya. Aku sudah masa boso kalau ada orang yang mungkin
bisa memergoki kita. Aku hanya ingin memekku diisi kontol bos-ku yang
keras itu. Sambil menunggu kontolnya menyusup ke memekku, aku memainkan
klitorisku dengan jari2ku, sambil membuka lebar lubang kenikmatanku.
Aku
mendengar resletingnya dibuka dan tak lama kemudian, kontol raksasanya
Pete masuk dengan satu sentakan ke dalam memekku yang super-licin.
”Ooohhhh
god!” gumamku, namun bos-ku hanya mengeram sambil mengeluar masukkan
kontolnya dengan kasar sekali. Terasa panjangnya… setiap urat-urat yang
ada di kontolnya. Seakan membuat memekku semakin lebar. Tidak lama
kemudian kontolnya menegang keras dan berdenyut-denyut. ”Keluarin di
dalam, Pete… fill me up with your cum, baby!” aku meracau tidak jelas.
Terasa semburan demi semburan memenuhi rahimku, mengalir keluar dan
meleleh ke pahaku. Bos-ku langsung mencabut kontolnya. Terdengar bunyi
’plop’. Si bajingan itu langsung menutup resleting celananya dan keluar
dari mobilku, meninggalkanku dengan memek penuh dengan spermanya dalam
posisi menungging seperti pelacur. Aku melihat bagaimana ia sempoyongan
masuk ke dalam rumahnya.
Aku mengumpat. Tapi apa boleh buat?
Tidak lama kemudian, aku menurunkan rok-ku dan memacu mobilku ke arah
rumahku sendiri. Sepanjang jalan sperma bos-ku terus mengalir keluar
dari lubang vaginaku. Di setiap lampu merah aku masukkan jariku ke dalam
liang memekku dan kubersihkan sisa2 spermanya dari jariku dengan
menghisap2 jariku sampai bersih. Aku membayangkan sedang menyepong
kontolnya si Pete yang gede itu.
Tom, suamiku membukakan pintu rumah. Rupanya dia sudah tertidur.
”Wow! What happened to you? You’re a mess! Are you okay, baby?” sepertinya ia sedikit khawatir melihat penampilanku.
”Nggak
apa2 kok, baby! Aku cuma abis dipake sama bos-ku,” jawabku nakal sambil
berjalan ke kamar tidur kami sambil mengayunkan pinggul, ”I’ll tell you
all about it, while you fuck my ass ’til I cum… You wanna do that?”
Pesan nyasar, bikin lembur
Setelah
kejadian di pesta kantor, Pete belaga seolah2 tidak terjadi apa2. Aku
kesel. Enak aja dia bisa ngentotin memekku tanpa ada tanda2 terima kasih
sedikit pun! Aku berkali2 mencoba mengajak ngomong bos-ku soal kejadian
malam itu, namun ia selalu mengelak. Nggak usah ngobrol berdua, satu
ruangan pun dengan aku sendiri, Pete langsung mencari alasan untuk
pergi! Aku benar2 gemes dan kesal melihat tingkahnya.
Sekali
waktu aku balik dari lunch lebih cepat daripada teman2 yang lain. Tidak
ada siapa2 di satu lantai kantor kami, kecuali satu atau dua orang yang
sedang asik chatting YM di cubicle mereka.
Waktu aku melewati
ruangan Pete, sepertinya ia pun belum balik dari lunch. Aku tersenyum
sendiri. “isengin ah!” kataku dalam hati! Pelan2 aku masuk ke dalam
ruangannya. Aku tutup pintu, agar tidak ada yang bisa melihat ke dalam.
Sambil nyengir jahil aku membuka g-string renda yang aku pakai hari itu
dan kuletakkan diatas laptopnya Pete yang ada di atas mejanya. Aku
tertawa sendiri. “Kalau dia tetap ‘gak ingat’ juga sama malam itu sih
keterlaluan!” tawaku dalam hati. Tetapi aku terdiam. Sepertinya ada yang
masih kurang - surprise-ku kaya’nya belum perfect!
Aku
mengambil kembali g-string-ku dan mengangkang sedikit. Sambil sedikit
jongkok aku gesek2 celana dalamku di permukaan memekku yang basah
berlendir. Sialan, aku jadi konak!
Setelah cukup basah, aku cium
g-string tersebut…. Hmmm… Benar2 bau memek! Hahaha! Terdengar orang2
yang kembali dari lunch. Cepat2 aku taro g-string-ku diatas laptop si
bos, terus aku kabur.
Aku benar2 tidak sabar menunggu reaksinya
Pete. Ngebayangin dia mencium2 g-string yang bekas aku pakai saja bikin
aku horny sekali.
Sejam kemudian telah kuperhatikan dari
cubicle, bahwa bos-ku telah mondar-mandir keluar-masuk ruangan berkali2.
Kok mukanya ‘lempeng’ aja ya? Aku benar2 bingung. Apa dia nggak lihat?
Sepertinya nggak mungkin deh! Aku semakin kesal dan frustrasi.
Hariku
berlalu seperti biasa. Jam menunjukkan pukul enam sore. Aku siap-siap
untuk pulang, waktu Emir, seorang Junior Art Director yang jauh lebih
muda dariku menghampiriku.
“Nissa, loe udah mau balik?”
“Iya. Udah
kelar semua kerjan gue. Mo balik ah!” jawabku. Aneh. Jarang sekali si
Emir mengajak aku ngobrol, “Loe mau nebeng gue?”
“Nggak.”
Tetapi,
bukannya menyudahi small-talknya Emir hanya terdiam sambil nyengir2 di
hadapanku. Matanya memperhatikan belahan rok mini-ku yang cukup berani.
“Nis, loe di kantor gak pernah kedinginan ya?” Aku terdiam.
“Maksud loe?”
“Iya, aneh aja. Orang lain bilang AC kantor kita terlalu dingin… Kok elo malah pake buka2 celana dalam loe segala sih?”
Ia menatapku sambil menyengir.
“Gue, gak tau, loe ngomong apa, Mir!” kataku, dan melangkah pergi dari cubicle-ku. Tiba2 tangan Emir menngkap lenganku.
“Anissa…
Jangan pergi gitu dong, say. Gue tadi nemuin barang di ruangan si bos.
Kalau gue gak tahu ini barang punya siapa, kan harusnya gue kasih ke
bagian HRD. Tapi gue takutnya ntar jadi bikin masalah…”
Sambil mendekatkan mulutnya ke telingaku ia berkata, sedikit bisik2: “Dan gue yakin, loe orang yang nggak suka masalah, kan?”
Aku hanya menunduk mengalah: “Loe mau apa, Mir?”
“Gue?
Oh, gue maksud loe? Enggak. Gue gak mau apa2 kok, Nis. Lagi pengen
ngobrol aja sama loe. Gue harus begadang nih ngerjain layout buat client
gue. Loe mau nemenin gue kan?” Aku hanya mengangguk. Kalau aku tidak
menurut sama Emir, mungkin dia bisa merepotkan posisiku di kantor.
Akhirnya
aku ikut ke cubiclenya Emir. Disana orang2 mulai pulang satu per satu.
Aku duduk disebelahnya, pura2 memperhatikan apa yang Emir kerjakan di
layar macintosh-nya.
Jam menunjukkan jam 8. Aku sudah menelfon
suamiku, untuk memberitahukan aku ada kerja lembur. Dia sudah biasa.
Emir dari tadi hanya sibuk dengan layoutnya, sama sekali tidak
memperhatikan aku ada disana.
Jam 9. Di kantor tinggal ada Emir
dan Michael, anak magang yang disuruh ikut lembur sama Emir. Michael,
yang duduk di cubicle seberang, adalah anak keturunan chinese yang
sedikit tambun. Lampu-lampu sudah redup. AC sudah dimatikan. Dan
satu2nya cahaya adalah layar2 komputer dan lampu2 gedung2 tinggi diluar.
“Eh, udah malam ya?” tanya si Emir dengan nada dibuat2. “Gue sampai lupa ada elo, Nis!”
Aku benar2 kesal! Maunya apa sih ini orang?
“Ya udah deh. Loe kan mau pulang… Mendingan loe mulai deh. Gue biasanya lama lho keluarnya…”
Aku hanya terdiam. Gila ini orang.
“Eh, Nissa, loe denger gak sih gue ngomong? Ayo jongkok depan gue. Mulai loe!”
Kasar
sekali orang ini. Aku malu dan terhina. Anak kecil ini, yang biasanya
secara hierarchy kantor dibawah aku, menyuruh2ku seperti pelacur
murahan.
“Hei, bengong lu! Buruan!”
“Mir… Masih ada Michael…”
“Trus
emang kenapa? Oh, loe kasian sama dia? Iya juga sih, anak magang
kasihan kalo kita suruh kerja rodi mlulu. Dia kan pengen belajar juga.”
Emir memanggil Michael ke tempat kita. Aku rasanya mau pingsan. Hina
sekali diriku…
“Mike, duduk sini loe! Loe liatin ya! Kalo loe
nanti udah jadi pegawai disini loe boleh juga diisep sama si Anissa…
Nis! Jangan bengong loe! Cepetan! Gue masih banyak kerjaan nih!”
Aku
merasa seperti di mimpi (nightmare mungkin ya?) saat aku jongkok di
depan Emir. Aku membuka resleting celana jeansnya dan aku keluarkan
kontolnya yang hitam. Cukup panjang juga buat orang Indonesia, cuma
kurang lebar kalau menurut seleraku. Aku buka mulutku lebar2 dan
memasukkan seluruh batangnya ke dalam mulutku. Aku menyepongnya sekuat
tenaga… Maju, mundur, maju, mundur… Dibantu dengan lidahku yang menari2
di bagian bawah batangnya. Aku berharap ia cepat2 menyemburkan spermanya
ke dalam mulutku, agar aku bisa cepat pulang. Tangan Emir meremas2
toketku dari luar baju. Pasti terasa olehnya putingku yang mengeras.
Tetapi si brengsek ini hanya terus ngobrol sama si Michael, mengomentari
layoutnya. Si Mike sepertinya sulit untuk konsentrasi!
‘Dicuekin’
seperti itu aku merasa semakin tertantang. Tanpa kusadari aku mengocok
kontolnya semakin cepat, semakin dalam… Sekali2 terasa mentok di
tenggorokanku. Terdengar suara kecipak2 yang benar2 jorok! Tanpa
kusadari aku memainkan klitorisku. Tanganku yang kiri menumpu badanku
yang sedang jongkok, sedangkan yang kanan menggosok2 memekku yang sudah
benar2 licin.
“Wah, bos,” sahut Michael ke Emir, “liat tuh dia memeknya kebuka banget!”
“Eh,
loe! Lagi gue ajarin ngelay-out, perhatiin dong! Dasar anak magang!
Susah deh emang kalo udah ada pelacur yang di kantor! Jadi gak ada yg
bisa konsentrasi.”
Aku sudah bodo amat. Memekku terasa menegang
dan berdenyut2. Tanganku yang tadinya hanya memainkan klitoris, kini aku
sumpel dalam2 ke liang memekku. Seperti orang yang lagi dientot, aku
merasa memekku mencengkram jari2ku. Dan tidak lama kemudian aku orgasme!
“Ummmmmmpff!” Aku tidak bisa teriak karena kontolnya Emir yang menyumbat tenggorokanku.
“Sialan
ini perek!” umpat Emir. “Belom gue suruh udah keluar! Paling males gue
ngewe sama cewek yang memeknya udah keseringan dientot.”
Emir menampar pipiku yang masih saja menghisap2 kontolnya.
“Bangun loe! Nggak enak banget disepong sama loe! Sini nungging di meja! Buang waktu gue aja loe!”
Aku udah seperti orang dungu mengikutinya. Aku menungging dengan badan atasku terlungkup di atas meja kantor yang dingin.
Aku melihat Michael yang memegang2 kontolnya dari luar celana. Mukanya sudah merah sekali.
Emir mengangkat rok mini-ku.
“Wah,
udah ngira gue! Lihat nih pantat. Udah sering dipake juga nih.” Dengan
kasarnya ia menusukkan jarinya ke dalam anus-ku. Aku menjerit kecil.
Tapi, iya, memang. Siapa saja yang telah melihat bentuk lobang pantatku
pasti bakal tahu, kalau aku sering sekali disodomi. Terutama oleh Tom,
suamiku.
Aku merasa penuh sekali, dengan dua jari Emir yang keluar masuk lubang pantatku.
“Please… udahan dong!” rengekku.
“Dasar
perek. Mikirin diri sendiri aja loe!” Jari2nya ditarik keluar. Terasa
udara dingin di sekiar lubang pantatku yang sekarang terbuka menganga.
Tetapi anusku tidak lama kosong. Terasa ujung kontolnya Emir menusuk
dengan kasar, membuka lebih lebar lagi lubang pantaku.
“Aghhhhhh…. Entot pantat gue, Mir!”
“Diem
lu! Pelacur! Pasti gaji loe gede karena suka ngentot sama si bule deh!
Perek!” Sambil memaki2ku emir memukul-mukul buah pantatku. Aku hanya
memaju-mundurkan pantatku, agar ia cepat keuar. Untuk menghilangkan rasa
nyeri di pantatku aku gesek2 klitorisku lagi. Aku merasa hina sekali.
Ternyata aku terangsang juga ‘diperkosa’ seperti ini.
“Perek bule loe, Nis! Ini bakal gue certain ke semua nak di kantor biar loe tahu rasa dientot sama satu kantor! Agghhhhhhh…..”
Emir
menegang dan terasa kontolnya mengeluarkan sperma ke dalam lubang
pantatku. Akupun keluar sekali lagi. Biarpun orgasmeku tidak sehebat
sebelumnya, aku mengerang cukup keras. Hangat terasa cairan spermanya
yang langsung mengalir keluar lagi, seiring dengan dicabutnya kontol
yang panjang itu.
Aku lelah sekali. Terdiam aku di posisi
nunggingku, sambil memain-mainkan memekku yang memar, serta sperma yang
menetes ke laintai. “Perek!” sahut Emir. Ia meludah kearah lubang
pantatku. Sepertinya ia punya dendam terhadapku. Aneh, padahal aku
jarang sekali bicara dengannya.
Masih lemas sekali terdengar olehku bisik2 anata Michael dan Emir.
“Terserah
loe, Mike! Loe mau keluarin dimana kek! Emang gue peduli?” katanya
sambil tertawa. Aku menoleh kebelakang dan kulihat Michael sedang
mengocok kontolnya yang kecil namun sudah tegang sekali. Ia mengarahkan
kontolnya kearah lubang pantatku. Aku hanya memejamkan mata. Terasa
cipratan spermanya mengenai lubang pantatku yang terbuka menganga.
Clubbing!
Dua
weekend yang lalu aku diajak oleh Tom, suamiku, pergi clubbing bersama
teman2 bule-nya. Kita mulai dari jam 9 di Dragonfly, minum2 wne dengan
sopan, terus pindah ke Vertigo setelah jam 11. Aku senang juga pindah ke
sana, apalagi setelah tahu bahwa temanku Citra, bakal ada disana juga.
Dimana ada si Citra, disitu pula ada ecstasy! Aku bukan junkie tulen,
tapi kadang2 aku suka juga nelen pil gila tsb.
Sama juga seperti friday night itu! I really wanted to go crazy, dan ada E, udah pasti gila!
Kita
berangkat bersama tiga orang temennya Tom: Shane, Robert, atau Rob dan
Aldi, orang Indo. Shane dan Robert berbadan besar selyaknya bule dan
masih single. Well, shane sebenarnya punya girlfriend, tapi ia tinggal
di Bangkok (paling juga local prostitute disana lah, pikirku selalu).
Sedangkan Aldi seperti cowok indonesia rata2. Udah married. Mukanya
cukup keren namun badannya tegap tapi biasa aja.
Sampai di Vertigo,
aku langsung meninggalkan cowok2 itu untuk mencari si Citra. Ternyata
dia udah asiknya goyang2 sendiri dipojokan bersama laki2 yang tidak
kukenal. Aku diberinya sebutir E olehnya yg langsung kutelan diam2, dan
aku langsung pamit untuk kembali ke Tom dkk. Belum terasa apa2 aku terus
dancing2 sensual di depan cowok2 bule tadi. Aku tahu mereka
memperhatikan badanku yg terbalut tube-dress putih yg menyala karena
UV-light di Vertigo. Terutama Aldi sepertinya cukup horny memperhatikan
liuk-liukan tubuhku. Ia terus menerus memandangiku dengan tatapan yang
tajam. Walaupun aku tidak tertarik secara fisik dengannya, aku sengaja
mau teasing dia dengan berciuman dengan Tom yg bernafsu sambil menatap
matanya dalam2. Ia hanya menatapku dengan dingin.
Tak lama
kemudian inex di badanku mulai ‘on’! Aku sudah tidak peduli apa2 dan
naik ke meja kita. Aku goyang tanpa malu. Shane juga naik ke atas meja
dan kita bikin pertunjukan hebat selama (aku kira2) 1 jam lebih.
Aku
keringatan tak karuan dan tubuhku benar2 cape. Efek E juga sudah mulai
buyar. Aku terduduk di sofa dan memejamkan mata sebentar. Karena efek
obat gila-ku aku dapt melihat pola2 yg aneh di kegelapan mataku. Saat
aku dengan lemas membuka mataku kembali, aku melihat di kejauhan Shane
sudah hook-up dengan cewek di bar, Robert entah dimana. Dan Tom juga
sedang tertawa2 dengan cewek yang baru ditemui-nya. Aldi ada di
sebelahku, duduk di sofa corner yg cukup redup. Aku menghadap ke arahnya
dan bengong melihat jendolan kontolnya di jeans-nya. Ia mengusap
pipiku.
Aku tidak bisa berhenti melihat ke selangkangan Aldi.
Sepertinya kontolnya udah keras sekali. Tanpa sepatah katapun ia menarik
badanku ke dekatnya. Dibuka kakiku dengan kasarnya. Aku terkejut
sekali. Jari2nya yang kasar menyusup ke balik dress-ku. Terus, terus
naik menyusup dari samping panties-ku ke liang memekku. Dengan kasar
jempolnya dimasukkan ke dalam memekku dan telunjuknya mengorek2 lubang
pantatku. Ia tersenyum dingin.
Aku melirik ke arah Tom. Ia sedang tidak melihat ke arahku.
“Please
stop, nanti ada yg lihat!” pintaku. Aldi mencabut jari dan jempolnya
dan memasukkan keduanya ke dalam mulutku. Entah kenapa aku mengulum
jari2nya. Ia tertawa merendahkan. Seakan2 aku seorang perek yg senang
kalau dibayar hanya Rp.5000,-.
Tidak banyak yang kuingat dari
malam itu. Paginya aku terbangun disebelah Tom, yg sepertinya
mengentotku waktuku sedang tidur lelap. Aku langsung bangun dan mandi.
Kepalaku masih terasa berat sekali waktu ada bunyi sms di hp-ku.
Aku
baca, dan cukup kaget juga: “Datang ke apartemenku besok malam!,”
tertulis alamat di bilangan kuningan. “Jangan lupa pakai baju yang sexy.
-Aldi-”
Lubang pantat Nadya
Seharian
aku nggak bisa konsentrasi di kantor. Sepertinya pada saat ini separuh
kantorku sudah diceritakan sama Emir dan Michael, kalau aku seorang
‘bispak’. Tapi aku tidak memikirkan hal itu. Yang ada di benakku
hanyalah ‘date’-ku sama Aldi yang ia bikin sepihak. Aku dari pagi udah
siap2 dengan lingerie yg sexy di bawah baju kantorku dan terasa memekku
semakin sore semakin basah. Akhirnya kerjaanku pun selesai dan aku
meluncur ke alamatnya Aldi. Apartement-nya cukup megah, namun terlihat
bahwa masih baru dan masih kosong penghuninya. Aku pun naik lift ke
lantai 22. Di dalam lift aku memasukkan tanganku ke dalam rok mini-ku.
Gila! Udah banjir pasti udah keliatan noda basah cairan memek dari luar
panties-ku!
Pelan2 ku ketok pintu apartment. Sejenak tidak ada
yang menjawab dan akupun berniat untuk kabur saja. Ternyata terdengar
suara dari dalam: “Anissa! Silahkan masuk! Dan kunci pintunya!”
Sialan.
There’s no escape now! Aku beranikan diriku dan membuka pintu. Di dalam
semuanya gelap. Kamar2 pun masih cukup kosong. Sepertinya si Aldi baru
pindahan kesini! Aku mengikuti lorong menuju kamar tidur. Disna kulihat
seorang wanita berbadan tinggi dengan rambut coklat panjang terurai
telungkup di atas tempat tidur yang besar. Ia telanjang bulat, tanpa
sehelai benang pun. Dan sepertinya ia sedang tidur atau sedang tidak
sadar. Di belakangnya, bersender di tembok, Aldi duduk dengan santai. Ia
sepertinya sedang high dan terlihat ia sedang menyiapkan strip cocaine
di atas meja kaca disamping tempat tidur.
“Ah, akhirnya kamu
datang!” sapanya. “Perkenalkan, ini istriku Nadya. Sayang dia udah gak
sadar. Kamu sih telat datangnya! Cantik nggak dia?” Aku hanya
mengangguk. Ia menghirup strip cocaine-nya dengan hidungnya. Ia
menikmati rasanya sejenak. “Kamu mau juga?” ia menawarkan strip
berikutnya untukku. Sudah lama sekali aku tidak ‘neken’ cocaine. Abis
mahal juga sih! Aku mengangguk dan mendekati meja. Aku duduk di lantai
dan menghirup habis strip buatku. Rasanya langsung naik ke kepala. Enak
sekali. Aku terasa seperti melayang. Aku tersenyum nakal ke arah Aldi
sambil menjilat bibirku. Aldi menarik badanku ke atas kasur dan mencium
bibirku… Ia menjulurkan lidahnya yang hangat kedalam mulutku. Aku hanya
melenguh.
“Mau lagi?” tanyanya sambil meremas2 buah dadaku. Aku
mengangguk. Ia sisihkan lagi satu baris buatku dia atas meja kaca. Tapi,
waktu aku mau bergerak untuk menghirup bubuk tersebut kepalaku
didorongnya dengan kasar! Aku bingung.
“Sebentar dulu! Kamu kok
nggak mikirin tuan rumah sih. Kamu nggak kasihan tuh sama si Nadya?” ia
menunjuk ke arah bagian pantat Nadya. Aku baru melihat bahwa di sekitar
lubang pantatnya menggenang sperma banyak sekali. “Sana! Kamu bersihin
dulu. Baru kamu boleh neken lagi!”
Antara rasa jijik dan pengen
dapat bubuk setan itu sekali lagi aku benar2 bingung. Dengan iri aku
melihat Aldi menghirup cocaine yang tadinya untukku.
”Ayo, say, jangan malu2!” katanya sambil tertawa mengejek.
Namun
sepertinya aku udah nggak bisa mikir panjang. Aku naik ke atas tempat
tidur dan pelan2 membuka pahanya Nadya. Banyak sekali sperma yang keluar
dari lubang pantatnya. Aku melihat sekali lagi ke Aldi. Ia hanya
tersenyum. Aku menundukkan kepalaku sambil membayangkan bagaimana Aldi
tadi mengentot pantat istrinya sampai ia muncrat di dalam duburnya yang
sempit. Bau khas yang tajam menusuk hidungku. Aku mulai menjulurkan
lidahku dan dengan sedikit ragu2 mulai menjilat sperma yang ada di
sekitar lubang pantat wanita tersebut. Gila! Aku sudah benar2 gila!
Nggak tahu kenapa sepertinya aku sangat terangsang melakukan ini.
Tidak
lama kemudian aku mulai menjilat tanpa ragu2. Nadya benar2 cewek yang
cantik. Pantatnya indah sekali. Penuh dan sekel. Aku benar2 jadi buas
menelan semua spermanya Aldi yang kental itu. Aldi hanya memandangku
dengan dingin: “Ayo, say, di dalam pantatnya masih banyak kok!” Aku
merasa kotor sekali… Menjilati sperma laki2 yang aku hampir tidak kenal
dari lubang pantat istrinya…. Entah kenapa memekku berdenyut2 pengen
dientot. Aku semakin gila menjilatinya. Aku tusukkan lidahku ke dalam
lubang pantatnya Nadya yang licin. Benar saja! Di dalam lubangnya masih
ada banyak lagi spermanya Aldi! Aku membuka lubangnya dengan jari2ku dan
keluar meleleh peju yang banyak yang langsung kutelan. Aku dengar Nadya
melenguh dalam tidurnya dan mengencangkan otot anusnya.
Lidahku
terasa terjepit dan aku tusukkan lebh dalam lagi, hingga wajahku
menempel ke buah pantatnya yang berlendir. Aku memainkan memekku dari
luar baju, aku tidak bisa menghentikan permainan ini. Aku menempelkan
bibirku seperti french-kissing lubang pantatnya Nadya. Spermanya Aldi
mengalir tanpa hentinya kedalam mulutku!
”Please give me some
coke!” rengekku sambil mendongakkan wajahku. Aku baru sadar kalau Aldi
sedang memrekam semuanya dengan handycam yang dia sembunyikan
sebelumnya. Aku sudah tidak perduli.
”You can do better, babe!
Ayo terusin!” paksanya sambil mengeluarkan kontolnya yang udah tegang.
Aku menjulurkan lidahku dan menusukkannya ke dalam pantatnya Nadya
sambil tetap melihat nakal ke kamera. Aku memutar2 lidahku di sekitar
otot anusnya.
”Please…” rengekku.
Aldi hanya tersenyum.
Sambil terus merekam adegan tadi, ia membuka sekantong cocaine dan
menaburkannya ke atas batang kontolnya yang ia basahkan dengan ludahnya.
Aku langsung melahap kontolnya dengan mulutku. Rasanya nikmat sekali!
Aku menyepongnya dengan keras. Aku maju-mundurkan kepalaku sampai terasa
kontolnya di tenggorokanku.
”Mpppppppphhhhhh….” aku hanya melenguh… benar2 high….
Aku
mengokoknya sekuat tenaga dan tidak lama kemudian spermanya muncrat
kedalam tenggorokanku. Aku tersedak, namun Aldi menahan kepalaku. Aku
terbatuk2, hampir kehabisan udara.
Aldi hanya memandangku dengan dingin.
”Bajingan kamu!” umpatku sambil terbatuk2. Aldi hanya tersenyum.
”Ya udah pergi sana!”
Aku bingung. Mungkin karena aku masih high banget, tapi mungkin juga karena aku tidak pernah diperlakukan sekasar ini.
”Udah keluar sana! Pulang ke suamimu!”
”Bajingan!”
umpatku sambil menangis. Dengan muka yang masih basah oleh spermanya
aku berlari keluar apartemennya Aldi. Belum pernah aku diperlakukan
serendah itu.
Kangen
Sejak
malam itu tidak ada kabar apapun dari Aldi. Sepertinya dia memang
bajingan yang hanya ingin memanfaatkanku untuk sex saja. untuk
menghubungiku. Tetapi entah kenapa aku menunggu2 dia sms atau telfon.
Aneh, padahal physically dia sama sekali bukan tipeku. Di sisi lain aku
juga masih terlalu sakit hati buat make the first move - aku yakinkan
saja diriku kalau aku tidak mau ketemu bajingan itu lagi seumur hidup.
Entah
kenapa akupun tidak cerita tentang pengalamanku dengan Aldi sama
suamiku. Padahal aku ngentot sama laki2 siapapun juga pasti cerita
kepada Tom - namanya juga kita menganut paham swinging lifestyle!
Mungkin aku merasa terlalu hina untuk menceritakan ke Tom, bahwa aku
membersihkan lubang pantat istrinya Aldi dengan lidahku. Aku takut
se-toleran2nya suamiku, ia pun mungkin merasa jijik terhadapku.
Kira2
empat hari berlalu tanpa kejadian apa2. Di kantor orang2 semakin
memandangku dengan aneh. Pete juga mulai genit2 lagi denganku. Namun
semua itu tidak terfikirkan olehku. Yang ada di kepalaku hanyalah
kejadian malam itu… dan setiapkali aku memikirkannya memekku jadi basah
dan aku harus pergi ke wc buat masturbasi. Hari rabu aku sampai 4 kali
masturbasi!
Menjelang akhir minggu aku rasnya ingin sekali
menelfon Aldi. Malam harinya aku tidak bisa tidur. Tom mengajakku having
sex, tapi aku menolak. Dengan menggerutu dia tertidur. Aku benar2 tidak
bisa tidur. Akhirnya aku memain-mainkan memekku sambil sekali lagi aku
membayangkan dientot oleh Aldi. Kangen rasanya; ingin sekali aku
merasakan asinnya sperma Aldi sekali lagi.
Nggak Tahan!!!
Satu
minggu pas berlalu tanpa ada kabar dari Aldi. Weekend berlalu tanpa
kejadian yang seru. Dan hari Senin itu aku suntuk sekali karena harus
lembur sampai jam 8 malam dengan tim-nya Emir yang tak henti2nya
nyengir2 kaya’ anak SD setiap kali aku lewat depan cubicle mereka.
Waktu
berlalu pelan sekali. Akhirnya kerjaan kita selesai juga dan aku naik
mobilku untuk pulang. Di jalan ku telpon kerumah. Sepertinya Tom juga
belum pulang. Paling juga dia nyari ‘ayam’ karena gak aku kasih udah
satu minggu ini. Dasar bule!
Aku pun dapat ide nekat. Aku putar
balik ke arah apartemennya Aldi. Sepanjang jalan ke arah apartmennya aku
merinding membayangkan aku bakal diapakan olehnya.
Aku pencet
tombol bel apartemen. Terdengar suara langkah kaki. Aku senewen sekali.
Sesosok wanita di usia akhir 20 tahun-an, yang memakai gaun mandi silk
berwarna merah maroon membukakan pintuku. Terlihat cleavage-nya yang
dalam dan puting susunya yang tercetak di bahan gaun. Rambutnya
acak-acakan dan matanya terbuka sayu. Ia hanya memandangku dengan pouty
lips-nya yang sexy abis – Nadya! Baru sekarang aku melihat dengan jelas
wanita yang waktu itu kujilat habis2an lubang pantatnya yang penuh
sperma!
Kami hanya berpandangan.
“Datang juga kamu akhirnya!”
Lamunanku buyar mendengar suara Aldi memanggil dari dalam kamar.
“Nadya, baby! Biarkan dia masuk!”
Tanpa
berkata apa2 Nadya mempersilahkan aku masuk. Baru sekarang aku bisa
melihat Aldi. Ia melilitkan handuk di pinggangnya. Sepertinya ia baru
saja habis mandi.
“Aku pikir kamu nggak mau kesini lagi, say? Waktu itu manggil aku bajingan, ternyata doyan juga ya?” tanyanya dengan dingin.
Aldi
menghampiruku dan mencium mulutku. Ku julurkan lidahku sedalam mungkin.
Aku benar2 kangen! Ia meremas2 pantat dan toketku dari luar baju
kantorku. Terasa tonjolan kontolnya yang keras. Sementara itu Nadya
hanya menundukkan kepalanya, seakan tidak sopan kalau menonton kita
bercumbuan seperti itu. Aku benar2 terangsang making-out dengan Aldi
didepan istrinya yang nerima saja kelakuan suaminya yang gila begitu.
Aldi
mendorong tubuhku untuk berjongkok. Aku sudah mengerti dan melepas
handuknya sehingga batang kontolnya yang tegang mencuat ke atas. Aku
sedot2 sebisaku sambil meraba2 otot paha dan pinggulnya yang kekar. Aku
ingin ia cepat2 keluar di mulutku agar aku bisa merasakan spermanya yang
nikmat itu. Namun setelah kira2 dua atau tiga menit ia mencabutnya dari
mulutku. Kontolnya dirahkan ke mukaku sehingga muncrat membasahi
mukaku. Aku berusaha menangkap sebagian spermanya dengan mulutku, namun
hanya sedikit yang tertelan olehku.
Tanpa ba-bi-bu, Aldi menjauh dariku dan duduk di sofa.
“Sini
Nad, bersihin!” perintahnya dengan santai. Istrinya pun datang dengan
nurut. Tanpa mengatakan apa2 ia tiduran disamping Aldi dengan kepalanya
di pangkuan Aldi. Sambil memandangku penuh birahi Nadya menjilat2 dan
membersihkan kontolnya Aldi yang basah dengan spermanya. Aku iri sekali
rasanya. Aku bangun untuk ikut menjilatnya, namun Nadya mendorongku agar
menjauh dengan kakinya. Seakan2 ingin menikmatinya sendiri.
“Di… Please aku butuh dientot!” rengekku, udah nggak ada rasa malu atau harga diri lagi… “Please dong… Entot aku!”
Aldi hanya menatapku dingin dan berkata: “Kamu pulang dulu deh, Nissa. Aku lagi males ngentotin kamu. Udah! Pulang sana!”
Untuk kedua kalinya aku diusir dari tempat itu. Namun aku tahu ini bukan yang terakhir.
Kado dari Aldi
Tanpa
dipuaskan sama sekali aku pulang ke rumah. Tom malam itu tidak pulang.
Sepertinya dia dapat perek yang bisa dientot olehnya. Lucky guy!
Aku
tidak ada pilihan lain selain masturbasi lagi sambil membayangkan
dientot sama Aldi. Aku juga tidak bisa melupakan tatapan Nadya yang
horny saat ia membersihkan kontol suaminya.
Paginya sebelum aku berangkat kerja, Tom pun pulang.
“Baby
i missed u so much!” kataku sambil merangkulnya! Ia masih kesal namun
aku paksa dia untuk mengentotku saat itu, disitu juga. Akhirnya aku pun
keluar! Finally. Tapi sepertinya Tom tidak keluar banyak. Aku tidak tau
perek bule siapa yang sekarang jalan2 dengan memek becek karena suamiku.
Kegiatan pagi hariku di kantor benar2 membosankan. Aku diajak
pergi lunch dengan Pete dan Mark (orang departemen Media) ke JW Marriot.
Sepanjang lunch Pete meremes2 pahaku terus menerus. Aku biarkan, namun
tidak aku tanggapi juga.
Kira2 30 menit setelah lunch, aku dapat
telfon dari resepsionis. Katanya ada orang mau ketemu dengan saya.
Karena emang aku menunggu tamu orang dari production house, saya pun ke
lobby.
Betapa kagetnya diriku melihat Nadya duduk menunggku. Ia
dandan benar2 seperti supermodel. Sendal berhak tinggi, rok super-mini,
tank-top yang aku kira dipakainya tanpa bh dan dandanan yang cukup
rapih. Namun kecantikannya benar luar biasa, sehingga ia tidak terlihat
murahan sedikit pun. Aku juga baru menyadari betapa besar dan kencangnya
kedua toketnya. Saat melihatku ia berdiri. Aku bingung harus berkata
apa, untung aku dapat akal untuk membawa dia ke ruang meeting yang
kosong – daripada jadi awkward dan orang2 mulai gossip aneh2 lagi!
Aku
tutup pintunya. Aku berbalik dan ternyata Nadya sudah duduk diatas
meja. Sebelum aku sempat be tanya apa2, ia berkata: “Ada kado dari Aldi.
Aku disuruh mengantarkannya ke kamu…” Aku baru sekali ini mendengar
suaranya. Lembut, lemah, hampir seperti ABG.
Aku tidak mengerti
apa yang dimaksud olehnya. Tetapi tiba2 yang mengangkat kedua kakinya ke
atas meja. Mengangkang selebar-lebarnya! Astaga! I can’t believe it!
Nadya tidak memakai panties! Dari jarak 1 meter aku bisa mencium bau
khas memek yang basah tercampur dengan bau peju! Benar saja… Ternyata
memeknya Nadya sepertinya abis dientot dan dijadikan penampungan sperma!
Sambil membuka lubang vaginanya dengan jarinya ia menatapku
dengan sayu: “Kamu harus habisin katanya Aldi, kalau besok2 mau datang
ke rumah lagi!”
Aku tak tau lagi harus bagaimana? Aku merasa
kotor sekali melakukannya namun aku juga terangsang tiada taranya! Aku
langsung menyambar memeknya Nadya! Mulutku kutempelkan di bibir memeknya
sambil aku sedot2 isi sperma yang ada. Hidungku bergesekan dengan
klitorisnya! Iya, aku memang pelacur murahan yang gunanya hanya untuk
menelan sperma!
“Hmmmmgh….hmmmgh…” Nadya mengerang kecil…
Tangannya menahan kepalaku agar menghisap lebih kuat lagi. Otot2
memeknya berkontraksi sehingga menekan keluar sperma di memeknya…
“Ohhhh… Nadya… I love your pussy! Basah sekali sayang! Basah sekali!”
Pahanya yang halus dan langsing menjepit kepalaku. Aku menjilat memeknya
dari bawah ke atas, menjilat2 dari dekat lubang anusnya sampai ke
klitorisnya… Nadya mengerang cukup keras.
”Oh my god…” kataku diantara jilatan, ”..banyak sekali spermanya! I can’t believe this!”
Memang
sepertinya sperma yang tertampung di dalam memek Nadya jauh lebih
banyak daripada waktu terakhir saat aku ‘membersihkannya’.
Ia membisikkan ke telingaku terengah2: “Kamu aneh ya, kok spermanya banyak begini?”
Aku hanya menganggukkan kepala sambil terus menyedot cairan asin peju dari lubang kenikmatannya yang tiada habisnya.
“…
Karena… Ini… Sperma…kumpulan… dari 4 cowok yang berbeda… yang baru saja
mengentotku sebelum aku kesini…” Aku seperti mau pingsan! Pelacur
paling rendahan pun mungkin tidak akan melakukan ini! 4 orang! Tanpa
menyentuh memekku pun aku orgasme! Bersamaan dengan Nadya yang
membanjiri mulutku dengan asamnya cairan kewanitaanya!
Dengan
muka belepotan sperma aku terhempas di salah satu kursi ruang meeting.
Nadya mencium bibirku dan lidahnya menjulur2 ke dalam mulutku menyedot2
sisa2 sperma yang ada dimulutku. Ia juga menjilat2 lelehan sperma yang
mengalir ke daguku. Sepertinya lidahnya udah jago sekali dalam
jilat-menjilat. Ia mencium keningku dengan penuh kasih sayang dan
meninggalkanku di ruangan meeting itu tanpa berkata apa2. Sambil
membersihkan mukaku aku bertanya2 pada diriku mengapa aku bisa jatuh
serendah ini.
Hubby dan Ayam
Dua
minggu telah berlalu dari kejadianku di boardroom sore itu. Selama dua
minggu ini aku sebelum pulang ke rumah mampir apartmennya Aldi dulu. Ya,
aku telah menjadi budak nafsunya Aldi dan istrinya, Nadya. Setiap malam
aku diperlakukan seperti pelacurnya Aldi. Kadang2 aku beruntung dan
diperbolehkan untuk menyepong penisnya Aldi sampai ia muncrat di
tenggorokanku, hari2 lain, aku hanya boleh menonton bagaimana ia
mengentot Nadya dan aku diperbolehkan membersihkan spermanya dari
lubang2 istrinya yang cantik itu. Beberapa kali aku benar2 beruntung dan
aku dientot oleh Aldi, walaupun kasar dan tidak mempedulikan
orgasme-ku. Aku juga jadi sedikit nyandu cocaine. Karena setiap kali aku
datang kesana, selalu aku disuguhkan bubuk putih itu.
Namun,
the worst thing is, aku belum berani juga cerita kepada Tom. Aku tahu ia
sudah curiga, kalau aku punya affair, namun aku benar2 takut kalau ia
marah if he finds out that I’m a cum-loving slave for his friend, Aldi!
Hubunganku dengan hubby makin lama makin renggang. Sekarang Tom
sering sekali pulang malam. Dan badannya selalu terlihat lemas seperti
abis ngentot. Aku sudah ngira kalau dia suka makai ‘ayam’ bersama dengan
teman2 bule-nya yang lain.
Hari jumat yang lalu terjadi hal
yang cukup gila juga menurutku. Seperti biasa aku pulang dari tempatnya
Aldi sekitar pukul 10 malam. Malam itu aku sial. Aku hanya diperbolehkan
menjilat2 kakinya Nadya sambil menonton bagaimana ia dientot oleh
suaminya. Aku neken coke cukup banyak malam itu, jadi saat aku sampai
rumah, aku sudah setengah sadar. Tom seperti biasa belum pulang. Tanpa
mandi aku hanya membuka bajuku (aku selalu tidur naked!) dan ambruk di
tempat tidur.
Kira2 jam 4 pagi aku setengah terbangun mendengar tawa cekikikan seorang perempuan. Dan juga suara Tom yg berat.
“Oh
my god! Who’s this?” tanya si cewe’ dengan logat indo yg jelas - pasti
‘ayam’, sempat terlintas di otakku yang masih burem.
“That’s my wife!” kata hubby-ku tertawa, “Don’t bother ’bout her. She’s fuckin’ stoned!”
Tom
menidurkan pereknya di sampingku. Dengan posisiku yang menghadap ke
jendela aku memunggungi dia. Aku tak kuat untuk bangun, namun aku bisa
mendengar Tom mengentotnya dengan kasar.
“Please, go slowly baby!”
Tom hanya mendengus. Memang memang Tom suka sekali ‘memakai’ cewe’ dengan kasar!
“Fuck baby, you hurt me! God! You split me open!”
Tiba2
tubuh cewek itu menekan ke punggungku. Toketnya yang besar dan kenyal
terasa menempel di belakangku. Ia mulai menangis: “Please baby! Slower!
My ass hurts!” Sentakan2 Tom terasa di punggungku. Setiap kali ia
memasukkan kontolnya ke anus pereknya, terasa toketnya menekan
punggungku. Aku terfikir untuk bangun tapi aku terlalu lemas.
“Ahhhhrggg,
tolong, jangan! Jangan!” ia teriak2 tak karuan. Karena tak tahan
merasakan sakitnya perkosaan Tom rasa di lubang pantatnya, ia
mencengkramkan kuku2 jarinya yang panjang ke pundak dan toketku. Aku
masih teringat mendengar Tom melenguh puas.
Besok paginya aku
terbangun dengan sesosok wanita yang telanjang merangkulku dari
belakang. Aku baru sadar bahwa ini adalah perek yang di bawa oleh
suamiku tadi malam. Aku terduduk. Tom sudah pergi kantor.
Ada
beberapa uang ratusan ribu di samping cewek itu diatas tempat tidur. Aku
membelai rambutnya. Ia lumayan cantik buat seorang pelacur - sedikit
‘kampungan’ mungkin. Tapi masih sangat muda. Paling2 baru 16 tahun. Ia
berkulit hitam gelap, dengan muka khas Jawa. Namun ada satu hal yang
luar biasa di tubuhnya - Toket yang gede banget buat badannya. Aku
penasaran. Aku remas toketnya. Tetapi ia tidak bergeming. Aku cubit
nipple-nya. Ia tetap diam. Mungkin ia terlalu capek buat bangun,
pikirku.
Aku mulai horny melihatnya tak berdaya seperti itu. Aku
membelai perut, pinggang dan pinggulnya, turun ke pantatnya. Ia begitu
muda. Aku baru ingat, ia semalam di sodomi sama Tom! Aku buka perlahan2
buah pantatnya dan terlihat lubang anusnya yang merah menganga. Cairan
peju suamiku masih mengalir keluar dan menggenang di kasur. Aku mulai
memainkan memekku. 2 jariku dari tangan satunya lagi aku selipkan ke
dalam lubang anusnya. Setelah basah aku tusukkan jari2ku tadi kedalam
memeknya. Badannya bergerak sedikit. Terasa sekali otot memeknya yang
menjepit jari2ku. Aku baru sadar kalau didekat memeknya banyak bekas
cupang. Entah Tom, atau customer lain. Aku entot memeknya pelan2 dengan
jari2ku. Ia melenguh dengan lemas. Aku meludah ke memeknya. Jadi licin
sekali! Aku masukkan 3, terus 4 jari. Aku suka sekali melihat memeknya
yang muda itu menjepit dengan keras jari2ku. Aku keluar-masukkin lebih
cepat lagi. Aku melihat bagaimana lubang pantatnya tertekan dan sperma
di dalamnya membusa keluar. Gemes aku rasanya! Dan horny sekali! “Hari
ini aku bakal bolos kerja nih kaya’nya,” pikirku. Aku memejamkan mataku
dan aku julurkan lidahku kedalam lubang anus yang penuh sperma
didepanku….