Ana
meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebah di atas sofa di
ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy, bilang
padanya kalau ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan menginap
di akhir pekan ini, jadi disamping mengurus bayinya, dia mempunyai
sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk menyambut
tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya
yang akan datang nanti, Jodi.
Jodi adalah sahabat lama suaminya
saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Ana sudah cukup
mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu
berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah perasaan yang tumbuh
semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat
janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar
hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan
sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.
Ada sedikit
pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia
dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran
terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga
kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di
sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di
hatinya terhadap Jodi hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur
sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu
membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang
tinggi tegap membuatnya sangat menawan.
Ana seorang wanita ayu
yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada
sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah
melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar karena
menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya lurus panjang
dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang
ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap
lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.
Ah… seandainya saja dia mengaenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!
Ana
pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati
kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya terasa
bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri
yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa
tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya
lalu menurunkan resleitingnya. Tangannya menyelinap di balik celana
dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga
sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak
saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur
tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.
Dia terdiam beberapa
waktu. Roy pulang 2 jam lagi, dan Jodi juga datang kira-kira dalam
waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati
kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya
sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi
lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang
semakin membesar dalam dadanya.
Ana menurunkan celana jeansnya
dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana
jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di
atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka. Pejamkan
matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal
pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.
Dia
nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Jodi
sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah
berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja
belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang
ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.
“Ups!
Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan dia
tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan.
Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari
10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga
tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar
kalau bayangan pria itu adalah Jodi, dengan terburu-buru dia mengambil
pakaiannya dan segera memakainya lagi.
“Mafkan aku Ana,” kata
Jodi, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia
berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat
banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini
membakar pikirannya. Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang
lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya.
Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang
hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam
celana jeansnya.
“Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga,
“Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan
dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak
tangannya. “Aku sangat malu.” katanya kemudian.
“Ah, kita semua
pernah melakukannya, Ana!” jawab Jodi. Dia berdiri tepat di samping Ana,
seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa ‘kerasnya’ dia. Dia
tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia
ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!
“Tetap saja memalukan!”
katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Vaginanya berdenyut
sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran
yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian
depan celana Jodi. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih
saja pria ini memergokinya. Sekarang Jodi menjadi lebih terbakar lagi,
ini lebih dari cukup.
“Nggak ada yang harus kamu permalukan,
setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!”
katanya tenang. Ana menatapnya penuh dengan tanda tanya. “Aku jadi
benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan, “Sebuah
perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah
kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana semakin basah.
Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini ‘tertarik’ akan
perkataannya tersebut dan Jodi memutuskan untuk lebih menekannya lagi.
“Lihat
akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada
bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan
‘wajar’, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat
‘noda’ basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak
berpaling dari seputar pinggangnya, Jodi memutuskan akan melanggar batas
tersebut.
Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya
ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa
mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan
kata yang tepat untuk mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria
di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri,
vaginanya terasa semakin basah. Jodi mengeluarkan penis kedua dalam
hidup Ana yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang
film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu. Nafas Ana
tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum
melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik
suaminya. Tapi ternyata ‘perbedaan’ itulah yang semakin membakar
nafsunya semakin lapar.
“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya
pelan. Ana mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata
Jodi sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Jodi mengumpat
betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.
“Sentuhlah!”
Ragu-ragu,
dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan
tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan
jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik
suaminya, dalam enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang bergolak
di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Jodi melihat
penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia
hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.
Terasa
sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat
hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu.
Jodi bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya
beberapa inchi saja dari wajah Ana.
Jodi menyentuh tubuh Ana,
tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa
sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Jodi
bergerak semakin dalam ke celah paha Ana. Terasa desiran kuat keluar
dari vaginanya saat tangan Jodi mulai mengelusi dari luar celana
jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.
Dengan
tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan
mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih
terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium
ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai
menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.
Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana
yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak
menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi,
menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar
referensi yang dimilikinya).
Tangan Jodi menyelinap dalam celana
dalam Ana, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh
pelan saat tangan Jodi menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya
dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya
berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya. Jodi mengerang,
merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan
melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Ana, bibirnya
mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.
Jodi
menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut
Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi. Dorongan
gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun
batang penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon
tarian jari Jodi pada kelentit sensitifnya.
Jari Jodi
mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin sering
terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan
mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa yang dia
perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia
dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila
dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja. Sesuatu yang
dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Jodi
sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan
kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua
menginginkan lebih dari sekedar begini.
Ana menelan seluruh
batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan
gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Jodi,
ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir
membuatnya tersedak.
Jodi mengeluarkan tangannya dari balik
celana dalam Ana yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa
hilang. Diraihnya tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana
mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya
melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat
suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.
Nafasnya
tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik celana
dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan
Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi
menelanjangi tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan
menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.
Dia
menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya
pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya
sendiri.
Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya
terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya.
Jodi mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai
di mulutnya, Ana membuka mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong
penisnya masuk.
Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya
dan Ana membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya
naik turun pada batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke
dalam vagina Ana, membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang.
Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang
itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.
Kini,
celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas lantai,
Jodi menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang
pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah
bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah
tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya
dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Jodi mendekatkan
kepalanya pada daging nikmat Ana.
Masih tetap menahan pantat Ana
ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana, mencicipi rasa dari istri
sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Ana langsung mengerang merespon,
sejenak menikmati sensasi yang diberikan Jodi sebelum kembali
meneruskan ‘pekerjaan’ mulutnya. Lidah Jodi melata pada dinding
bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang
dikeluarkannya.
Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya
dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak
terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Jodi kali ini. Batang
penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Ana. Jodi semakin
menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya
semakin bergerak menggila.
Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…
Jantungnya
berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah
Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini
memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam
hidupnya!
Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan
pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya
terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana
pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia
menginginkannya. Jodi naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara
paha Ana, yang tetap Ana biarkan terbentang lebar hanya untuknya.
Terlintas
dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Jodi
adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya. Sedikit
gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat
meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh bibir vaginanya,
membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.
Dengan
perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana. Pada
pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati
gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia
menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka
menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima
sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan
menakjubkan ini merenggut nalarnya.
Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana.
Erangan
keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan penisnya sejenak
di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan
kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil
menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan
lambat.
Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan
kejantanan Jodi keluar masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang
penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik
Ana lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya
semakin berat, Jodi bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang,
mengerang, kakinya terangkat keatas.
Kedua kakinya akhirnya jatuh
dibelakang pantat Jodi yang mengayun keluar masuk. Tubuh Jodi menindih
tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin
keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang telinganya dengan
mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh
mereka.
Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada
punggung Jodi saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut
Ana menyusuri leher Jodi, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu,
mereka berciuman untuk pertama kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke
dalam mulut Jodi mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya
berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam
mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit
berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.
Ana dapat
merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak
mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang
sangat keras dan semakin keras saat penis keras Jodi semakin melebarkan
vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah dalam.
Seorang pria
baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy sebelumnya
dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa
bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan erangannya
dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding vaginanya berkontraksi
mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana
menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Jodi di atas
tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin dalam pada
tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.
Jodi
memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya
dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan
pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga
segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.
Tusukan
terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Ana.
Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang
kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa
jeda.
Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua
sperma dari penis Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia
jatuh menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah
payah.
Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari
penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur
nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya
menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat
penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana
mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.
Dia
mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta
dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya.
Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana.
Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata.
Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak tahu harus
berkata apa.
********
Roy pulang 30 menit kemudian – dia
pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya
lalu makan malam, dan Ana tak dapat menyingkirkan pikirannya dari
bayangan Jodi sepanjang waktu itu.
Roy dan Jodi kemudian sibuk
dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Ana. Dan malam
berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Ana. Para pria
sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi
mereka. Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya
memikirkan pengalamannya bersama Jodi kemarin. Dia merasa gairahnya
menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk
memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.
Saat menuangkan
minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat bergairah, dan
sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran halus pada
vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa
ketagihan!
Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan
istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh
telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar
mandi, Jodi beringsut mendekati Ana.
“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.
“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi terbakar.
“Apa
kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan. Penisnya sudak
mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani
itu, malu-malu, lalu mengangguk.
Jodi memutuskan akan sedikit
menggodanya. Membuat Ana semakin menginginkannya agar kesempatan
mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting
celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian
dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana
tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah
sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia
menginginkannya lagi sekarang.
Mereka mendengar pintu kamar mandi
terbuka dan Jodi segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya.
Roy masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja
memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.
Tak lama
berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Roy
lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar
mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu Roy
menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari kursinya.
Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat mereka
mendengar pintu kamar mandi ditutup.
Dia langsung menurunkan
resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Jodi
mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Ana. Jodi
berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan sahabat
suaminya.
Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan
bergerak ke mulutnya. Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung
kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.
Segera saja kepala
penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir itu
bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut
panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang
penisnya lenyap dalam mulut Ana.
Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.
Kembali,
mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan
penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan
penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya,
menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak
tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain
dalam mulutnya.
Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi
di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi
melihatnya. Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat
menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun
mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.
Mereka
dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana
langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi ke’hausannya’
akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera
melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi
segera membukanya untuknya…
Tangan mungilnya dengan cekatan
melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam
sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Jodi dan mengeluarkan penis
kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja.
Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal
batang penis Jodi hingga ke ujung.
Sekali lagi, dia kembali
memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga
mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Jodi
mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy
tidak turun ke bawah.
Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang
penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena
lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam
menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat
ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.
Gairahnya
sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya
keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana
berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi
menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah
mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana
membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya,
berusaha melepaskan kancing celananya.
“Jangan…” desahan lirih
keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya
saat dia ingin mengucapkan kata ‘ya’. Celananya jatuh hingga
lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam
katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung
menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di
hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi
dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan
penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!
Nafas
keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan,
tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh
lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya.
Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk
lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi
untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi
hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.
Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh
bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan
api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala
penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan.
Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam
dengan cepat.
Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi
mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke
dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman
hangatnya. Jodi mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya
separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada
di surga bagi mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya
beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api
gairah yang membakar.
Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari
lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam
perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana
ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan
bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan
celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah
duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.
Jodi dan Ana
menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam
itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung
mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya
bermasturbasi dan legalah…
Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu.
Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang
dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi.
Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat
jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi
untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.
Dia
turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur
lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya
memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk
menutupi tubuh mungilnya.
Dengan hati-hati dia membuka pintu
kamar Jodi, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya.
Jodi sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping
tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia
akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif
ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan
besar.
Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek
tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram
bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya,
membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana
merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak
terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana
cara membangunkannya.
Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan
membuka kaki Jodi ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang
masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di
sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya
membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya
benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui
apa yang sedang terjadi – istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!
Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut
panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana.
Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana
dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia
menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang
professional.
Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut
Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana
yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana
sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi
sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.
Ana
tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat
terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian
tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan
bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian
bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi
celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya
untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi
dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana
dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.
Diarahkannya
batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke
atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat merasakan bibir
vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai
menurunkan pinggulnya.
Daging dari bibir vaginanya yang basah
membuka dan kepala penis Jodi menyelinap masuk. Ana mengerang lirih,
tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana
semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Jodi
akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Erangan Ana semakin terdengar
keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-benar membukanya lebar! Ana
semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Jodi,
berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling
melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi,
menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis
Jodi agar berada di dalam vaginanya.
Jodi membalas lilitan lidah
Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak
ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan
pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya
naik turun di atasnya – Ana tetap tak membiarkan batang penis Jodi
teangkat terlalu jauh dari vaginanya!
Tak menghiraukan keberadaan
Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi
terhadap satu sama lainnya. Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik
kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana
mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan
kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk
pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap
keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu
yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Jodi,
menggodanya.
Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar
menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana
menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah
payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan
Jodi mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam
vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas
payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara
yang satunya dengan mulutnya.
Ana memandang Jodi yang merangsang
payudaranya, tangannya membelai rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa
penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali
ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam
tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Jodi yang mulai
bertambah cepat.
Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari
payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat
pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar
seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi
kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah
menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung
lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut
Ana.
Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai
terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi
menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan
tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi
menyentak dalam tubuhnya berulang kali.
Dengan cepat orgasmenya
semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Jodi,
menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar.
Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi
gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi,
seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya.
Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.
Melihat
pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi
kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya
tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke
atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara
refleks.
Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir
vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke
dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya
lebar lebar untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua
lengannya.
Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik,
ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya.
Jodi mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar
gairahnya. Jodi mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri
sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana
terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.
Tempat tidur
sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya untuk
meredam erangannya yang semakin bertambah keras.
Jodi mulai
kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum
akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat
basah.
Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam
genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih
keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa
darinya bahkan sampai di payudaranya.
Ana menarik nafas, dadanya
terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat
keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat
panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari
bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.
Akhirnya,
sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut
kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar.
Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.
“Aku
membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas
yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka.
Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.
Ana memakai
kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar
dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.
********
Jodi
bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap
benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan
perlahan mulai mengocoknya.
Dia merasa sangat senang saat
mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya
kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan
bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.
Dia
berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia
mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan
ternyata…
Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi,
sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di
baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung
tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di
vaginanya saat memandang Jodi.
Ana terkejut saat tangan Jodi
melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana
sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang
sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan
menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh
payudaranya.
Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya
merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung
menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya
dalam dekapan Jodi, tangan Ana melingkari leher Jodi.
Mereka
berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi
mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan
pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada
bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.
Ciuman Ana
turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju putting Jodi. Ana membiarkan
Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat
Jodi menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu
pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.
Vaginanya
berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya.
Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari
lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.
Perlahan
diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah,
kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira
saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!
Dengan tak sabar,
tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya menatapnya saat tangan
Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut
kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.
Ana
menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar
dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi
menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat
lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah
melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.
Lidah Jodi mulai
menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya,
mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya.
Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan
bagaimana rasanya cairan gairah Ana.
Dihisapnya bibir vagina itu
ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di
sana, membuat Ana semakin basah.
Desahannya terdengar,
menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi melepaskan bibirnya,
lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif
itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.
Ana menaruh
kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Jodi
menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.
Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang
menyentak tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana
yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah
dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya
menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat.
“Oh Tuhan… ”
bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari Jodi bergerak
tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit bibirnya
berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang
berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya
sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya
merapat.
Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi.
Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya
mengiringi terlepasnya orgasmenya.
Jodi berdiri dan langsung
mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis
dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana
dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis
Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju mendekat.
Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang
basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang
masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar
mandi di lantai atas yang masih terdengar.
Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.
Jodi
mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya,
mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa
terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai
akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.
Ana
sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya terkubur
di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang
padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan
yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.
Lidahnya
mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Jodi
menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana
mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana
terjuntai terayun dibelakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan.
Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.
Sementara
itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini
menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar
masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan
ciumannya.
Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar
masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil
menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran
karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras,
menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.
Jika
Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya
yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga
mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun
dengan kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar. Roy
mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.
Jodi terus
mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia
tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi
sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami
itu dan menahannya di dalam sana.
Dia menggeram hebat, penisnya
menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma
yang tertumpah di dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar
saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar
kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari
sudah berapa lama itu tak terdengar.
Bibir Jodi mengunci bibirnya
dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Jodi
yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan
Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana.
Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana
dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat
ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.
Roy turun tak lama berselang, siap untuk sarapan.