aEsDewi,
gua dengar, di daerah dusun luar kota ada orang pinter yang hebat loe,
eloe coba aja ke sana, mungkin dia bisa bantuaEt begitu kata Cindy teman
kantorku. Aku menatapnya dan berkata aEssekarang udah zaman komputer,
masa sih eloe nyuruh gua percaya, sama dukun?aEt kataKu dengan arogan.
aEsloh,
apa salahnya di coba,
apa loe mau sendiri terus, Ki Bejo itu dukun
hebat, sudah banyak yang berhasilaEt kata Cindy lagi.
Aku diam,
pikiranku menerawang jauh, memang aku tak penah mau jadi perwan tua,
umurku sudah 30 tahun, tapi tak ada seorang cowokku yang tertarik
padaKu. Padahal, aku tidak jelek. wajahku ayu, kulitku putih. Latar
belakang pendidikanKu juga tidak jelek, dengan S1 ekonomi. Aku juga dari
keluarga baik baik, dengan ekonomi cukup mapan.
aEseh koq
melamun sihaEt kata Cindy lagi. aEsah engak koq, aku lagi mikirin,
kerjaan, besok bos mau meetingaEt kataku asal jawab. aEsah, eloe,
kerjaan mulu, eloe mesti pikirin juga diri eleo dong, lihat gua, umur
gua lebih mudah dari eleo, anak gua udah dua, kapan eloe mau punya anak,
Dewi, DewiaE|aEt kata Cindy yang terus nyerocos kaya senapan mesin.
Aku
masih diam, mendengar nasehat teman baikku ini. aEsudah deh, eloe coba
konsultasi ama Ki Bejo, nih alamatnyaaEt kata Cindy lalu menyebutkan
alamat Ki Bejo. Aku pura pura, acuh, tapi otakku mememori seluruh
ucapannya.
aEsDewi, kalau mau, gua akan temanin eloe pergi ke
sanaaEt kata Cindy lagi. aEsudah deh, Cindy, gua gak percaya ama gitu
gituanaEt , kataKu. Cindy menghela nafas, aEsyah, sudah deh, tapi kalau
eloe berubah pikiran eloe bilang aja yah.
Saat itu, lewat Anto,
Teman kantorku juga, dia menjabat kepala mekanik. Dia seusia dengan ku,
dia juga lajang dan wajahnya tampan. Aku sudah berkali kali menarik
perhatiannya, tapi dia tampaknya acuh padaKu.
aEsHai, Cindy,
gimana kabarnya anak eleoaEt katanya menyapa Cindy. aEshe he baik baik,
anak eloe gimanaaEt kata Cindy. aEsah eleo, lagi gua design aEsjawab
Anto bercanda.
Anto berlalu, begitu saja di depanku, seakan
akan aku tak ada di situ. Ada rasa kesal di hatiku. Memang benar kata
Cindy, aku harus mencoba, kesaktian Ki Bejo, tapi aku terlalu gengsi
untuk mengakuinya.
Hari jumaE?at, malamnya sepulang dari kantor
aku melarikan mobilku, memasuki jalan tol dan melaju kencang. Sambil
mendengarkan lagu lagu romantis, mobilku melaju cepat. Sampai bertemu
pintu keluar, yand di sebutkan Cindy.
Mobilku terus berjalan,
dan jalan di perkampungan itu agak rusak. Jalan tak beraspal, penuh
debu, dan kerikil. Aku sampai tersesar, dan bertanya tanya orang. Sampai
orang terakhir aEspak, numpang tanya, rumah Ki Bejo di mana yah?aEt.
aEsoh,
Ki Bejo dukun sakti itu yahaEt katanya. Aku mengangguk, wah mungkin Ki
Bejo ini benar benar sakti pikirKu. aEsitu, ibu lurus saja, nanti lihat
rumah catnya hijau putih, nah itu rumahnyaaEt kata orang itu.
Setelah
mengucapakan terima kasih mobilku terus melaju pelan, sampai bertemu
rumah berciri sama dengan yang di ucapkan orang itu. Aku memarkirkan
mobilKu. Memasuki terus rumah, itu dan mengetuk pintu.
aEsyah,
ada apa buaEt kata seorang lelaki muda,berumur tak lebih dari 17 tahun.
aEsanu dik, Ki Bejo ada?aEt tanyaKu. aEsoh, ada tunggu yah, silakan
duduk dulu, saya panggilkan bapakaEt kata anak muda itu, sambil
mempersilakan saya duduk.
Mataku melihat sekeliling ruang tamu
itu, rumah itu tergolong mewah untuk ukuran kampung. Tak lama munculah
lelaki tua berumur sekitar 60 tahunan. Tubuhnya masih tampak kuat. Hanya
rambutnya sebagian sudah memutih. Kulitnya hitam legam.
Wajah
orang itu agak menyeramkan, lebih cocok menjadi preman di banding dukun.
Jari jari yang besar, di penuhi cin-cin dengan batu berwarna warni.
aEsselamat
malam, ada yang bisa saya bantuaEt katanya. Aku masih agak shock
melihat penampilan dirinya. aEseh, anu pak.. anu aEskatku terbata. Ki
Bejo tersenyum.
Anak muda itu kembali keluar dengan membawa,
segelas air aEssilakan buaEt katanya. Aku melihat anak muda. aEsini anak
saya,aEt kata Ki Bejo. Anak itu segera masuk kembali. Aku melihat
perbedaan yang nyata, anak itu ganteng, dan kulitnya putih, koq bapaknya
seperti ini yah pikirKu.
Setelah berbasi basi, dan tampaknya
Ki Bejo jauh lebih ramah, di banding penampilannya, Aku lalu
mengutarakan maksud kedatanganKu. aEsoh, masalah itu, itu masalah muda,
aya kita ke kamar praktekKuaEt kata Ki Bejo.
Aku mengikuti dia,
masuk ke sebuah kamar, berukuran cukup luas. Ki Bejo duduk bersila di
hapadannya ada meja, yang di atasnya terletak baskom berisi bunga
bungaan. Ada anglo, dengan arang yang membara, Ada kasur, dengan alas
putih di situ serta beberapa keris dan berbagai pernak pernik
perdukunan, yang terlihat berbau mistik.
Tangan Ki Bejo
mengambil menyan, segemgam menyan itu di taruh di atas arang yang
membara, asap mengepul dengan bau menyegat, memenuhi ruang itu. Kepalaku
tersa berkunang, kunang. Dan mulut Ki Bejo berkomat kamit.
aEsjodoh
kamu ada, cuma tertutup, sinar aura kamu gelapaEt kata Ki Bejo. Aku
hanya mengangguk. aEsKalau kamu mau Aku bisa menolong kamu, dan aku
jamin berhasilaEt kata Ki Bejo lagi. Aku tersenyum aEssaya mau Ki,
tolong sayaaEt.
aEsBaik, sekarang, lepaskan baju kamuaEt kata
Ki Bejo. Aku kaget mendengar kata kata Ki Bejo. Naluriku langsung
berkata tidak, tapi tanganku mulai mengangkat kaos T-shirtKu. Dan aku
perlahan membuka celana jeanku. Kini aku berdiri dengan hanya memakai
Bra dan celana dalam saja. Mata Ki Bejo menatap liar tubuhKu Dia
menghapiriku. Mulutnya berkomat kamit, tangannya bergerak gerak, aneh
sepeti menari di depanKu.
aEscoba, lepas BH kamu aEsperintah Ki
Bejo. Saat itu tanganku segera melepas kait BH kream Ku tanpa berpikir.
Mata Ki Bejo, seperti melahap buah dadaku yang mengantung terbuka.
Tangannya segera meraba buah dadaKu. Mulutnya masih terus berkomat
kamit, dengan bahasa yang sama sekali aku tak mengerti.
Yang
saat ini Aku rasakan ada desakan kuat di rahimKu. Aku merasa vaginaKu
mulai berreaksi, aku terangsang. Tangan tangan Ki Bejo terus meraba raba
buah dadaKu. Dia meremas, dan memainkan putting susuku. Putting susuku
pun menerima perlakuan ini dan agak menegang.
Dan tiba tiba,
jarinya menekan selangkangan celana dalamKu. aEsaghhhh aEsjeritku. Aku
semakin terhanyut, dalam birahi yang di berikan Ki Bejo.
Ki
Bejo kemudian membaringkan ku di kasur, di ruang itu. Aku benar bena rke
hilangan pikiran jernihku, Entah kenapa aku menurut saja.
aEssekarangkan, kamu bayangkan lelaki yang kau inginkanaEt kata Ki Bejo.
Setelah berbaring, Ki Bejo dengan nafsu sekali melumat
bibirku. Dia menciumku dengan penuh nafsu. Lidahnya juga terus berusaha
mesuk ke mulutku. Berputar di sana, menyentuh langit langit mulutKu.
Mengelitik, dan memberiku rangsangan yang hebat.
Lidahnya juga
menjilati leher, kuping dan pipiku. Ada rasa jijik, tapi Aku tak bisa
menolak, Aku hanya memejamkan mata, membayangkan kalau Anto yang
melakuan ini semua pada diriku.
Lidah lidah Ki Bejo terus turun
hingga ke buah dadaKu. menjilati putting susuKu yang semakin mengeras,
dan menyedotnya dengan lembut, membuat aku makin terlena. Vaginaku
rasanya terus berdenyut, dan lendir nafsuku mengalir deras membasahi
celana dalam creamku.
Sambil terus menyusu, Ki Bejo juga
memainkan selangkangan celana dalamKu. Aku menjadi begitu hot. aEsasss,
ohh Ki, Ki Bejo, saya tak tahan KiaEt kataKu.
Aku benar benar
terangsang, seumur hidupku, aku baru kali ini merasakan, hal ini. Memang
terkadang aku melakuan masturbasi, kalau birahiku meninggi, tapi
rasanya tak seperti ini. Rasa nikmat ini benar benar membuatku gila.
Dan
Ki Bejo terus saja, memainkan buah dadaKU, dan selangkangan celana
dalamKu. Pemainannya ini terus membawaku ke puncak kenikmatanKu. Aku
benar benar tak tahan lagi, Aku menjerit penuh kenikmatan, tubuhku
bergetar hebat. aEsKi Bejo, ahh saya tak tahan aE|aEt.
Ki Bejo
diam sebentar, menatap tubuhku yang mengejet, menikmati orgasmeku.
Kemudian, yang kulihat, Ki Bejo sudah berbugil ria. Tongkat saktinya
bergatung bebas, membuatku bergidik. Penisnya besar, hitam. aEsayo, buka
mulut kamuaEt katanya sambil mendekatkan penisnya ke wajahKu.
Aku
seperti di sirep, mulutku terbuka lebar, dan penis itu bermain di dalam
mulutku. Ki Bejo, memegang kepalaKu, membelai rambutku yang hitam, dan
sebahu, yang selalu aku rawat dengan baik.
Penisnya terus
begerak dalam mulutku. Entah kenapa, aku sangat menikmatinya. Tanpa di
suruh, aku melakukan gerak seperti di filem filem porno. Ki Bejo juga
sangat menikmatinya. Dia mengeram, kenikmatan.
Penisnya terus
bergerak maju dan mundur, Aku sediri, dengan nasfu menyedot nyedot
kepala penisnya. aEsohhh aE| aEsdan sperma Ki Bejo memenuhi mulutku.
aEscepat, telan p-e-j-u Ku, jangan di buang, itu obataEt kata Ki Bejo.
Aku menelan spermanya, yang berbau anyir, dan membuatku ingin muntah.
Ki
Bejo lalu dengan tenangnya melepas celana dalamku, melebarkan kakiKu,
menatap liar pangkal pahaku. Bukit kemaluanku yang berbulu, itu jadi
santapan matanya. Jarinya kemudian, bergerak memaikan klitorisku. Aku
kembali mendesah. Rasa gatel dan nikmat, kembali menyerang klitorisKu.
Sementara itu dia juga memainkan batang penisnya yang sudah mulai membesar kembali
Dan
penis itu mulai mendekat ke vaginaKu. Hatiku menjerit, menolak
perlakuan itu. Tapi tubuhku bagai patung, diam saja, tak protes.
Perlahan ujung penisnya mulai membuka liang vaginaku yang perawan itu.
Lendir
lendir nikmat yang membasahi liang vaginaku memudahkan usahanya. Penis
itu bergerak masuk, membuatKu merasa pedih. Dan terus mendesak masuk
aEssakit, sakitaEt. Jeritku pelan.
Tanpa peduli, Ki Bejo
merobek selaput darahKu. Dia terus bergerak, maju dan mundur Penis
besarnya mengisi ruang ruang dalam liang sagamaKu. Rasa perih dan sakit
mendera vaginaKu. Aku mengigit bibirku menahan sakit di vaginaKu.
Tanpa
peduli ke adaanku yang mengerang kesakitan Ki Bejo terus mengoyang
tubuhKu. Sebentar kemudian dia mencabut penisnya tubuhku di baliknya,
pinggulku di angkatnya Dari belakang, penis itu memasuki tubuhKu. Dan
Aku merakan sakit kembali mendera vaginaKu.
Dengan posisi ini aku merasakan penis Ki Bejo semakin besar. Melesak dalam liang vaginaku, bergerak keluar masuk dengan cepat.
Ki
Bejo dengan penuh nafsu terus merodok vaginaKu. Dia mendengus seperti
banteng yang siap menanduk mangsanya. Turus begerak, membuat tubuhku
semakin mengerang
Hampir 15 menit kemudian, setelah peluh
membasahi tubuhnya Ki Bejo mengerang. Aku merasakan cairan spermanya
tumpah ruah dalam rahimku.
Aku tersungkur, terberaing tengkurap
di kasur itu. Aku lemas sekali. Di sprei berwarna putih tampak jelas,
noda merah, darah perawanku. Air mataku menitik, bathinku menganggis.
Kesucianku yang ku jaga selama ini telah di renggut dukun cabul ini.
Ki
Bejo berjalan ke mejanya. dia mengambil segelas air, dia berkomat
kamit. aEsnih, minum air ini, habiskanaEt katanya. Aku meminum air itu,
dan setelah itu, tenagaku seperti pulih kembali. Aku segera berpakaian
kembali. Dan segera pergi dari tempat itu tanpa permisi.
Semakin
mobilku menjauh dari rumah Ki Bejo, aku semakin sadar. Dan Aku kembali
menangis di mobilku, Aku telah menjadi korban penipuan dukun cabul.
Setibanya
di rumah, aku membuka seluruh pakaianku, dan di selangkangan celana
dalamku terdapat noda darah, kembali air mataku menitik. Aku segera
membasuh tubuh membersihkan dari kotoran Ki Bejo.
Malam itu aku tidur dengan mata sembab. Aku tertidur karena ke lelahan.
Di
kantor esok harinya, aku seperti tak bergairah. Aku tak bisa bekerja
dengan baik. aEstok tok tok, pintu ruang kantor di ketuk seseorang.
aEsyah, masuk aja aEsjawab Ku.
aEsmaaf Dewi, eh bu Dewi, saya
mau lihat laporan pembelian, spare pert mesin,yang bulan lalu?aEt kata
Anto. Aku menatapnya, tak biasanya dia minta laporan pembelian. Karena
memang bukan tugas dia. Tapi aku langsung mengangguk, dan mencari file
pembelian.
aEsini pak AntoaEt kataKu sambil mememberikan file
itu padanya. Dia menatapku, aku merasakan kehangatan dari bola matanya.
aEsterima kasih Bu Dewi.aEt dia menerima file itu, lalu berjalan ke
pintu. Dia berhenti sebentar, membalikan badannya lagi aEseh maaf Bu
Dewi, apa eh.. maksud sayaaEt katanya agak gugup.
aEsada apa
pak Anto, koq kayak bingungaEt kataku. aEseh, anu, saya ada undangan
pesta pernikahan teman saya, maksud saya, apa Bu Dewi ada acara entar
malam, apa boleh saya ajak Bu Dewi ke pesta teman saya ituaEt katanya.
Jantung
saya berdebar, kata katanya seperti lamaran buat saya, saya tersenyum,
aEsah Pak Anto, saya entar malam gak ada acaraaEt kataKu dengan perasaan
berbunga bunga.
aEsjadi, Bu Dewi, bersedia menemani saya ke
pesta itu?aEt tanya Anto lagi. Aku menganggukan kepala. aEsterima kasih
Bu Dewi, nanti malam saya jemput yahaEt katanya yang tampaknya juga
gembira sekali.
Saat itu aku termenung, apa semua ini, dari Ki Bejo. Apa dia benar benar begitu sakti.
Jam
5.00 sore aku sudah tiba di rumah. Begitu di kamar, aku melepas seluruh
pakaianku, bercermin menatap bayang bayang tubuhku di cermin. Aku
mengagumi sendiri bentuk indah tubuhKu.
Hpku berbunyi tepat
pukul 5.30. Aku menerima Hp itu, dari Anto. aEsBu Dewi, apa sudah siap,
saya sedang menuju ke sanaaEt. aEsoh sudah sudah siap aEsjawabku, dan
segera masuk ke kamar mandi, begitu pembicaraan selesai.
Tepat
jam 7.00 mobil BMW Anto telah ada di depan rumahKu, aku masuk ke dalam
mobilnya. Aku tersenyum dan dia juga tersenyum. Mobilnya pun berjalan
pelan. Dia banyak berbicara padaKu. aEsDewi, apa kamu sudah punya pacar ?
aEstanya Anto tiba tiba
Aku mengeleng aEsbelum, saya belum
punya pacaraEt kataKu. Anto tersenyum, lalu berkata aEsDewi, kita sama
sama telah berumur, kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita
berpacaran sajaaEt kata Anto.
Hatiku dag dig dug, rasa senang,
melanda diriku, saat itu juga aku resmi menjadi pacarAnto. Rupa undangan
pernikahan itu cuma pura pura, Anto memang ingin mengajakku keluar,
untuk menyatakan cintanya.
Kini di kantor hari hariku lebih
ceria. Tiga bulan sudah kita melewati masa pacaran yang penuh
kebahagian. Saat malam minggu Anto mengajakku menginap di Villanya di
puncak. Aku tak keberatan, toh Anto sudah meminangku, dan orang tuaku
setuju sekali. Kita tinggal menunggu hari untuk melangsungkan pesta
pernikanan kita.
Di Villa itu, rasa dingin menyelimuti ku. Anto
memelukku erat, memberiku rasa hangat. Bibir kami menempel erat, seakan
tak bisa lepas. Tangan Anto pun mulai menjamah buah dadaKu. Aku mulai
merasakan kenikmatan dari calon suamiku.
Tangan Anto terus
menyusup di balik bujuku, dan memainkan putting susuKu. Saat itu
kepalaku rasanya pusing, dan tiba tiba terbayang Ki Bejo. Saat itu
diriku menjadi tak enak. Birahi agak menurun. Aku tak suci lagi,
bagaimana jika Anto tak bisa menerima diriku.
Anto terus saja
menstimulasi tubuhKu. Bajuku dilepasnya, dan kini aku sudah hampir bugil
total. Anto terus menjilati buah dadaKu. Rasa birahi perlahan bangkit
kembali Anto pun mulai membuka celana dalamku.
Dia sendiri
membuka celananya. Aku menatap penisnya yang jauh lebih kecil dari milik
Ki Bejo. Dia mendekat, dan membuka lebar kakiKu. Dia mau melakukan
penetrasi. aEsAnto, apa tidak kita tunggu sampai menikah nantiaEt
kataKu. Sambil mencium keningku Anto berkata aEssayang, sejak aku
menyatakan cintaku, aku sudah menganggap kamu istri saya sayangaEt.
Tiba
tiba penis itu telah masuk, aku pura pura menjerit aEsaduh, sakit
sekali AntoaEt. Padahal Aku tidak merasakan apa apa, aku merasa hambar.
Anto terus bergoyang, dengan nafsu, penisnya bergerak dengan cepat
keluar masuk.
Aku pun terus mendesah, walaupun tak merasakan
apa apa. Anto terus mengoyang tubuhku. Udara dingin pegunungan itu, tak
mampu membendung peluh yang membasahi tubuhnya. Anto mengeram, dan dia
melepas spermanya.
aEsOh, sayang aku sangat menikmatinyaaEt
katanya sambil menciumi bibirku dengan mesra. Setelah itu Anto terbaring
kelelahan, tak lama dia tertidur.
Aku termenung di toilet, aku
heran aku tak merasakan apa apa, ada nafsu, vaginaku berlendir, tapi
aku tak bisa merasakan penis Anto. Vagina seperti mati rasa. Apa yang
terjadi dengan diriku. Saat itu bayang bayang Ki Bejo membayangi diriku
lagi.
Aku hanya berharap, aku terlalu tegang karena sudah tak suci lagi.
Esoknya
pagi pagi Anto telah bangun. Dia mencium keningku,aEt selamat pagi Dewi
sayangaEt. Aku pun tersenyum. Dan Anto sama sekali tak menanyakan soal
keperawanan ku. Ini membuatku menjadi tenang.
Setelah itu, Anto
kembali mencumbuKu. Kini dengan tanpa beban, Aku bisa terangsang dan
menikmati setiap sentuhannya. Tapi tetap saja aku tak bisa merasakan
penis Anto. Sama sekali mati rasa, seakan akan, penis Anto tak ada. Dan
bayang bayang Ki Bejo selalu menghapiriku. Ini membuatku sangat
menderita. Anto membuat birahi yang memuncak, tapi tak terselesaikan.
Aku tak bisa membicarakan hal ini dengan Anto. Aku hanya bisa berpura pura menikmati permainannya.
Hari
itu, aku sudah berencana, ingin menanyakan masalah ini pada Ki Bejo.
Sepulang dari kantor kembali aku memacu mobilku ke tempat Ki Bejo.
Menyusuri jalan jalan berdebu, sampai tiba di rumah Ki Bejo.
aEsada
masalah apalagi, neng, apa ilmuKu tak berhasil ? aEstanya Ki Bejo. Aku
mengutarakan kondisiku. Ki Bejo mengajak Aku ke kamarnya lagi.
Kembali
kepala pening karena asap menyan yang mengepul. aEssini, biar saya
periksaaEt kata Ki Bejo. Sambil membuka bajuku juga bra Ku. Dia melihat
buah dadaKu aEshmm, kilihatannya normal ajaaEt. Kemudian dia juga
membuka celanaKu berikut celana dalamnya.
Sambil duduk, tangan
Ki Bejo, membuka belahan vaginaKu. aEsHmm, normal ajaaEt katanya
berguman. Lalu lidahnya menjulur, dan klitorisku menjadi sasarannya.
nafsuku tiba tiba menjadi tinggi. aEsoahhh Ki, ada apa dengan kemaluan
saya aEsdesahKu.
Lidah Ki Bejo terus merangsang syaraf syaraf
sensitif di vaginaKu. Lendir kenikmatanku mengalir deras. aEsoh Ki, enak
sekali, terus Ki, enak sekali aEsdesahku. Aku benar benar merasa gatel
di klitorisku. Setelah bermain tak terpuaskan dengan Anto, sekarang aku
benra benar merasakan nikmat.
Lidah Ki Bejo aktif sekali, dan
tubuhku bergetar, menerima rangsangannya. Rangsangan yang tidak ku
dapati dari Anto. Sebentar saja, tubuhku bergetar hebat. Aku kejang
kejang, Aku tenggelam dalam kenikmatan Ki Bejo.
Setelah
membiarkan aku sebentar, kembali tangan Ki Bejo meraba raba bagian
dadaKu. Putting susuku juga tak luput menerima sensasi nikmat Ki Bejo.
Birahi perlahan naik lagi. Dan tanganku juga meraba raba selangkannya.
aEsKi, saya mau iniaEt kataKu.
Ki Bejo mengeluarkan senjatanya,
dan membiarkan Aku memainkannya. Tanganku seperti gemas sekali,
mengocok ngocok penis besar Ki Bejo. Sampai Aku merasakan gatel di
Klitorisku, dan Aku memintanya aEsKi, ayo masukin aja, aku udah gak
tahan aEspintaku.
Dan Ki Bejo membalikan tubuhKu. Aku tahu dia
ingin memasukannya dari belakang aku langsung menungging. Aku mendesah,
ketika ujung penisnya menyentuh klitoriKu Ki Bejo dengan lembut mengesek
ujung penisnya di Klitorisku. Aku mendesah aEsohh Ki, udah gak tahan,
masukin aja..aEt pintaku merengek.
Pelahan Ki Bejo mendorong
masuk penisnya. Aku merasakannya, tiap tiap centi, daging itu menerobos
masuk ke kemaluanku. Aku mengerang nikmat, begitu juga Ki Bejo,
merasakan jepitan erat vaginaku. Tubuhnya bergerak, seiring penisnya
keluar masuk vaginaku.
Aku benar benar merasakan nikmat
bersetubuh, dengan seorang pria. Sebentar saja tubuhku kembali bergetar
hebat. Aku menerima puncak kenikmat itu dari Ki Bejo.
Tahu, aku
tengah menikmati orgasmeKu, Ki Bejo diam sesaat, lalu mulai bergerak
dengan lembut. perlahan menaikan kembali birahi. dan turus mengocok
dengan cepat.
Membawaku ke puncak nikmatku lagi.
Tiga kali aku di buatnya orgasme, sampai dia pun mengerang, menikmati orgasmenya di vaginaKu. Tubuhku pun menjadi lemas.
Setelah,
aku berpakaian, dan merapikan pakaiaanKu. Aku kembali menanyakan
masalahKu. Ki Bejo membelai rambutku, aEsSudahlah, saya akan coba,
membantu kamuaEt.
Dalam perjalan pulang, mobilku berjalan
lambat. Aku berpikir, kenapa aku begitu suka permainan sex Ki Bejo. Aku
sepertinya ke tagihan oleh permainannya.
Aku seperti ingin
membatalkan pernikahanKu dengan Anto. Dari pada menikah, tapi bathinku
tersiksa, lebih baik aku sendiri pikirKu.
Hari pernikahanku
akhirnya tiba juga. Dimana Aku dan Anto menjadi raja dan ratu sehari.
Anto pun telah menyediakan tempat bernaung untuk ku. Sebuah rumah yang
cantik di perumah yang cukup ternama.
Pesta perkawinanku juga tergolong mewah, dengan di hadir lebih dari seribu orang, kerabat ku dan Anto, serta orang tua kami.
Malam
harinya, Aku bercinta dengan Anto secara resmi. Sama seperti
sebelumnya, vaginaKu mati rasa. Aku terangsang, menikmati cumbuan
suamiku, tapi ketika nafsuku sudah tinggi, sewaktu Anto melakukan
penetrasi, aku tak merasakan apa apa.
Tidak ada rasa sakit dan tidak ada rasa nikmat. Sangat berbeda dengan Ki Bejo.
Setelah
Anto ejakulasi, dan Aku belum apa apa, Aku berbaring saja. Hatiku
gembira menerima sosok Anto sebagai suamiKu. Anto suami yang baik. Tapi
Badanku menolak Anto. Badanku seperti milik Ki Bejo.
Di saat ini, sepertinya Aku ingin melarikan mobilku dengan kencang menuju rumah Ki Bejo, dan melampiaskan birahiku padanya.
Malam pengantin ini membuat hatiku bahagia, tapi badanku menangis kecewa
Entah apa yang akan terjadi besok.
Setelah
melewati malam pengantin dengan kekecewaan, Aku semakin merasa jemu
dengan suamiku Anto. Di lain pihak aku juga merasa kasih sayang dia.
Sebagai pengantin baru, Anto sangat memeperhatikan Aku.
Anto
bahkan tidak mengizinkan Aku untuk berkantor lagi. aEsMami, sekarang
mami, di rumah saja, ngapain cape cape kerja,biar papi yang cari duit,
mami mau berapa aEsbegitu katanya. Teman teman ku mengatakan aku sangat
beruntung bisa bersuamikan Anto.
Aku tak tahu, perasaanku
dengan Anto, hambar. Hampir tiap malam aku bercinta dengan Anto. Tiap
malam pula aku kecewa. Lebih baik jika Anto tidak mengajakku bercinta.
Lebih baik kita tidur saja, itu pikirku dalam hati.
Tapi tidak,
Anto mencumbuku, membuatku terangsang. Aku tak bisa menolak suamiku
sendiri. Anto membuatku sangat terangsang dengan cumbuan cumbuan
mesranya, tapi aku tak bisa terpuaskan, aku tak bisa orgasme.
Berapa
lama pun Anto mengoyang vaginaku dengan penisnya, tetap Aku tak
merasakan apa apa. Seperti ada sesuatu yang menjaga vaginaku, menahan
orgasmeku.
Ini membuat Aku kesal dengan Anto. Apa lagi setelah
itu dia biasanya terlelap membawa kenikmatannya sendiri. Sedang Aku
hanya bisa, termenung. Di saat seperti ini yang ada di bayangan sosok Ki
Bejo, dengan penisnya.
Aku segera menghindar, Aku melakuan
sesuatu, menonton televisi, atau apa saja. Aku tak mau memikirkan Ki
Bejo, Aku milik suamiku, aku harus setia, itu yang selalu aku tanamkan
dalam diriku.
Pagi itu, setelah sarapan suami siap aiap
berangkat ke kantor. Dia mencium keningku, lalu dia meremas pantatku,
sambil berbisik aEsmami, semalam goyangan papi hebat gak?aEt. Aku
tersenyum aEshebat pi, hebat aEsjawabku. aEsentar malam papi goyang lagi
yahaEt katanya. Aku hanya mengangguk, dalam hatiku lebih baik tidak
usah bercinta.
Apa aku harus hidup dalam kepura puraan. Kenapa
vaginaku tak bisa menerima penisnya. Kenapa mati rasa, kenapa. Ki Bejo,
apa yang kau lakukan terhadap diriku ?
Setelah Aku mandi, Aku
berencana akan ke Dr Genekolog (ahli kebindanan ). Aku tak mau lagi ke
Ki Bejo. Aku mau yang logic pikirku.
aEsyah selamat siang, ada
masalah apa aEstanya Dokter itu. aEsbegini dok, saya tak bisa merasakan
penis suami sayaaEt kata saya. Dokter itu tersenyum aEsmaksud ibu, tak
bisa terangsang ? aEstanya Dokter itu lagi.
aEsbukan, saya
terangsang, bahkan sangat terangsang, tapi waktu suami saya mulai,
vagina saya mati rasa, tak merasakan penis suami saya..aEt kata saya.
aEstak merasakan penis.. hmmm hmm aEsDokter itu berguman sendiri.
aEskalau
ibu menyentuh vagina ibu, apa ibu merasakannya ? aEstanya Dokter itu
lagi. Aku menatap Dokter itu, sepertinya dia tak percaya pada cerita
saya, sepertinya saya mengada ada. aEstentu saja, saya bisa merasakan
jari saya DokteraEt kata saya.
Dokter itu mangut mangut aEsjadi
ibu bisa merasakan jari ibu di vagina ibu, tapi tak bisa merasakan
penis suami ibu di vagina ibuaEt. Intonasi nya seperti mengejek. Aku
menatap Dokter itu lagi, aEssaya sungguh sungguh Dokter, saya tidak
bercandaaEt.
aEsoh, maaf bukan begitu maksud saya, saya baru
kali ini mendapat kasus seperti iniaEt kata Dokter itu. Aku diam. aEsOk,
begini, ibu silakan berbaring, saya coba periksaaEt kata Dokter itu
kemudian.
Aku menurutinya, aku berbaring. aEsmaaf Bu, saya
harus memeriksa vagina IbuaEt kata Dokter itu. Aku mengerti, aku melepas
celana dalam ku. Dokter itu mulai memakai sarung tangan karetnya. Dia
mulai memeriksa vaginaku.
Dia membuka bibir vaginaku, lalu
jarinya di masukan ke vaginaku. Sebentar kemudian dia mencabut jarinya.
aEsIbu, bisa merasakan jari saya aEstanya Dokter itu. aEsya, bisa DokaEt
kataKu. aEssaya, rasa vagina ibu normal normal saja, mungkin ini hanya
pskikologis saja, karena ibu kan pengantin baruaEt kata Dokter itu.
aEsmaksud
Dokter saya steressaEt kata saya. aEsyah mungkinaEt kata Dokter itu.
Aku benar benar tak puas atas jawaban Dokter ini.
Tiba tiba,
aku melihat tubuh Dokter itu mengejang. Kemudian dia bengong sebentar.
aEsDok, kenapa ?aE? tanya saya keheranan melihat tingkahnya. aEsoh tidak
apa apaaEt katanya.
aEsCoba saya periksa sekali lagi, untuk
lebih jelasnyaaEt kata Dokter itu. Dia melepas sarung tangan karetnya.
Lalu jarinya membuka bibir kemaluan saya. Jarinya memainkan klitoris
saya. Sekarang saya merasakan sesuatu yang lain.
Jari jarinya
terus memainkan klitoris saya, saya mengigit bibir saya, lendir saya
mulai merembes keluar liang vagina saya. Dengan adanya lendir saya, jari
jari itu lebih terasa, di klitorisku yang makin membesar. Bibir
vaginaku juga terasa menebal akibat rangsangan nikmat yang di beri
Dokter itu. Sensasi ini, seperti yang di berikan Ki Bejo.
Semakin
lama diriku makin terhanyut, mataku terpejam, tanganku mencengkram
pingir ranjang praktek dokter itu. aEsbagaimana, bu apa ibu, bisa
merasakan nikmatnyaaEt kata Dokter itu. aEshmm, haa, hmm aEshanya itu
suara yang keluar dari mulutku.
Lidah Dokter itu juga menjilati
vaginaku. Tubuhku mengeliat, kenikmatan, lendir yang keluar liang
vaginaku semakin menjadi. Tubuhku terus gemetar aEsohh, Dokter saya
merasakan, ahh, ahhh, nikmat.. saya tak tahan, ahhhaEt. Lidah Dokter itu
terus mengaduk aduk vaginaku.
Tubuhku mengeliat, dan akhirnya
menegang kejang, Aku menerima orgasme yang aku rindukan selama ini.
aEsLihat, vagina anda normal saja kanaEt kata Dokter itu.
aEsSekarang
saya akan periksa t-e-t-e ibu yahaEt kata Dokter itu yang tanpa permisi
membuka bajuku. Buah dadaku di remas remas, dan putting susuku di
mainkan sesuka dia. Tubuhku mengelinjing, kenikmatan. Lidahnya juga
menjilati putting susuku.
aEsahh, Dokter, saya nafsu sekali,
isep pentil saya dong..aEt pintaku dengan tak malu malu. Dokter itu juga
sangat bernafsu dengan tubuhku. Dia menyedot putting susuku, dengan
nafsu. Aku benar benar nikmat, dan mulutku terus mengerang ngerang,
kenikmatan.
Puas bermain dengan buah dadaku, Dokter itu
menyodorkan penisnya ke mulutku. Penis yang sebesar penis suamiku itu
aku kulum dengan nafsu. Aku menyedot nyedot, mengocok, dan terus membuat
Dokter itu mengerang kenikmatan.
Doket itu terus mengocok
penisnya di mulutku, maju mundur dengan cepat, sampai aku merasakan
penis itu diam, dan mulutku penuh dengan spemarnya. Dia mencabut
penisnya yang telah layu itu keluar dari mulutku.
Dia berjalan,
dan memegang kakiku, lalu membuka kakiku selebar mungkin. Wajahnya
sepertinya berubah, Dokter itu menjadi sangar. Penisnya dengan begitu
cepat telah menegang kembali.
Dan dia mulai melesakkan penisnya
masuk ke vaginaku. Aku merasakan penisnya memenuhi relung relung di
dalam vaginaku. Aku merasakan penisnya besar sekali. Padahal tadi jelas
jelas, aku melihat penisnya hanya sebesar penis suamiku.
Aku
merasa nikmat yang luar biasa, aku mengerang. Aku mendesah, tubuhku
terus mengeliat, pinggulku bergoyang, seirama desakkan penis Dokter itu.
Aku terus mendesah. Tak lama tubuhku, menegang aEsohhh gatel, aku
keluarrraEt.
Tanpa memberiku waktu, untuk menikmati orgasme,
Dokter itu terus mengoyang tubuhku. Aku mengelijing, ngilu. Sebentar
kemudian, dengan aktifnya penis Dokter itu yang terus mengesek dinding
vaginaku, nafsu ku bangkit lagi.
Lima menit berikutnya aku
mencapai puncak kenikmatan kembali. Hampir tiap lima menit rasanya
tubuhku mengejang, merasakan puncak nikmatku. Entah berapa kali, aku
berorgasme, sampai Dokter itu melepas spermanya di dalam liang vaginaku.
Setelah Dokter itu melepas, batang penisnya dari liang
vaginaku. Aku kembali mengenakan pakaianku. aEsnah, bagaimana,
berasakan, berarti anda memang suka sama penis orang lainaEt kata Dokter
itu. aEsha, apa maksudnya Dokter?aEt tanyaku.
aEsyah, kamu
memang tipe istri yang suka selingkuh, kamu doyan n-g-e-n-t-o-t sama
orang lain ha.. ha.. ha.. aEsejekan Dokter itu membuat panas hatiku. Aku
segera keluar dari ruang praktik Dokter itu, dan langsung berlari
pulang.
Di rumah, aku menangis, hatiku pedih, baru kali ini aku
di rendahkan orang seperti itu. Tapi aku juga merasakan nikmat yang
luar biasa, yang di berikan Dokter itu. Aku memenuhi bathtub ku dengan
air hangat, lalu aku berendam. Aku memejamkan mata, aku lebih merasa
bersalah terhadap suamiku sekarang. Apa kata kata dokter itu benar.
Sensor
hindungku seperti menangkap bau menyan. Aku membuka mataku, tak ada
apa, hanya imajinasiku saja pikirku. Kembali aku menenangkan diri, air
hangat ini membuat otot otot ku menjadi rilex.
Tida tiba, aku
merasa seperti ada yang mengelitik vaginaku. Aku langsung berdiri,
memegang vaginaku, aku tak menemukan sesuatu, bulu kudukku sontak
berdiri. Apa apa ini. Tida tiba tubuhku kaku, aku tak bisa mengerakan
anggota tubuhku, bibirku terkunci, aku seperti patung.
Dalam
keadaan tegang itu, aku merasa jelas sekali seperti ada sosok yang tak
nampak mata sedang merabai vaginaku. Benda seperti jari jari tangan itu
menyelinap masuk ke tubuhku, bermain di dalam liangku. Anehnya, aku
merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Dalam keadaan tubuh yang kaku,
lendir kenikmatan ku keluar begitu saja.
Semua organ sex ku,
menjadi sangat terangsang. Aku benar benar nikmat, samapi tak bisa
menahan kenikmatan itu, tiba tiba tubuhku terbebas dari ke-kaku-annya,
tubuhku bergetar hebat, aEsohhhh ahhhhhaEt.
Tubuhku terjatuh
dalam bathtub, terpeleset, rebah. Kini tubuh kembali merasakan air
hangat di bathtubku. Mataku terasa berat sekali, rasa ngantuk
menyerangku, aku seperti melayang, dalam setengah sadar aku mendenga
suara yang ku kenal, sayup sayup Ki Bejo berkata aEsbagai mana Dewi, apa
kau merasa nikmat dengan permainanan ku tadi, kau memang istri yang
suka selingkuh ha.. ha..ha.. aEs
aEsmami, mami..aEt. Aku merasa
tubuhku di goyang, di bangunkan, aku membuka mataku, aku melihat suami
dengan wajahnya yang kawatir. aEsmami, kamu kenapa sayang, ayo
bangun,aEt kata suamiku menarik tanganku.
Tapi tubuh seakan
lemas tak bertulang, aEspapi.. mami sakit, pusingaE|aEt suaraku lemah.
Suamiku langsung mengendongku, membawaku ke kamar, dan memaringkan
tubuhku di ranjang.. Tubuh tak bisa bergerak, suaraku sesak, tapi
kesadaranku tetap tinggi. Bola mataku bisa melihat jelas, wajah kawatir
suamiku.
Tangannya sibuk menekan tombol Hp nya. Dia menelpon
Dokter Benny, dokter keluarganya. Selagi menunggu ke datangan Dokter
Benny suami saya dengan penuh kasih sayang, membelai rambutku, dia
mencium keningku.
Hatiku menjerit, Anto maafkan diriku. Setelah
Dokter Benny tiba, tubuh langsung di periksa. aEsbagaiman dok, apa
istri saya kena stroke ? aEstanya suamiku dengan cemas.
aEstekanan darah normal, detak jantung juga normal, tak ada tanda tanda strokeaEt kata Dokter Benny.
aEslalu
apa, penyakitnya Dok ? aEstanya suamiku. Dokter Benny tampak bingung
juga, dia berkata aEsUntuk sememtara, saya menguda istri anda ke
lelahanaEt. Suami tampak tak puas dengan jawaban Dokter Benny. aEsbegini
saja, saya akan memberi resep, kita lihat besok, jika tidak ada
perubahan, bawa istri kamu ke rumah sakitaEt kata Dokter Benny.
Besoknya
Aku di bawa suamiku ke rumah sakit, Tubuhku masih lemas, tapi aku sudah
bisa mengerakkan anggota tubuhku. Dari hasil pemeriksaan USG, dan hasil
tes Lab, tubuhku normal saja. Ini yang membuat suamiku bingung.
Aku
tahu penyakitku, aku tahu penyebabnya Ki Bejo, dia menginginkan
kehangatan tubuhku, dia tak mau melepaskan tubuhku. Dalam keadaan
setengah sadar di bathtub beberapa hari yang lalu, aku seperti berbicara
dengan Ki Bejo.
Ada semacam telepati, Ki Bejo menginginkan
tubuhku, dan Dialah yang membuat tubuhku suka dengannya. Walaupun
jiwaku, hatiku tidak sudi.. Tapi tubuh menginginkan Ki Bejo. Dia tak
akan melepaskan tubuhku.
aEsMami, tadi Cindy menyarankan
membawa kamu ke orang pintar, dia ada kenal namanya Ki BejoaEt kata
suamiku. Kepalaku seperti di pukul palu besar. aEspapi, masa sih, papi
percaya sama, dukunaEt kataku. aEskalau memang bisa menyembuhkan mami,
apa salahnya dukunaEt kata suamiku lagi. aEstidak mauaEt kataku.
Selagi
suami saya mandi, saya menelpon Cindy. aEsCindy eleo gila yah, kenapa
kasih tau Anto masalah Ki Bejo?aEt. aEstenang Dewi, gua ngak bilang eloe
dapet jodoh dari Ki Bejo koq aEsaEseleo engak tahu yah, gua di..aEt aku
menghentikan kata kataku.
Aku tak pernah menceritakan tentang
hubungan ku dengan Ki Bejo. Kalau aku bicara takutnya akan menjadi
bumerang unutuk ku. Dewi pun bertanya aEstahu apa ?, kamu kan dapet Anto
dari dia, kenapa tak minta tolong sama dia?aEt. Aku menarik nafas
aEsyah sudah dehaEt kataku langsung memutus hubungan telepon itu.
Keesokan harinya, tanpa ku ketahui suamiku, pulang dengan membawa Ki Bejo.
aEsmami,
itu aku bawa Ki Bejo, dia akan mencoba mengobati kamuaEt kata suamiku.
aEsha, Ki Bejo, aku gak mau, aku gak percaya dukunaEt kataku protes.
aEssudalah mi, di cobakan ngak ada salahnyaaEt kata suami merayuku.
Benar benar Ki Bejoo tak mau melepaskan diriku.
Aku mengalah,
dan suamiku membawa Ki Bejo masuk ke kamarku. Ki Bejo tersenyum
melihatku, aku memandang rendah dirinya. aEssaya akan periksa istri
bapakaEt kata Ki Bejo kepada suamiku. aEssilakan pakaEt kata suamiku.
Ki
Bejo memegang tanganku. sambil mulutnya berkomat kamit. aEswah, istri
anda di ikuti barang halusaEt kata Ki Bejo. aEswah, bisa di tolong
Ki?aEt tanya suamiku. aEsoh ini hal mudah..aEt kata Ki Bejo.
aEssaya
minta berdua dengan istri anda, selama pengobatan tidak boleh ada yang
ganggu jika konsentrasi saya terganggu jiwa istri anda akan terancam,
mengertiaEt kata Ki Bejo.
aEssaya mengerti KiaEt kata suami saya tanpa curiga.
aEsmami,
saya tinggal dulu yah, biar lah kita kasih sesempatan sama ki BejoaEt
kata suamiku. Aku diam saja, mau bilang tidak rasanya tidak mungkin.
Setelah
suami meninggalkan kama, Ki Bejo langgsung mengunci pintu kamarku. Aku
benar benar tak bisa apa apa, kini aku harus ditiduri Ki Bejo di ranjang
ku dan suamiku sendiri.
Ki Bejo mendekat, Aku melotot aEsjangan macam macam, aku akan teriak aEsancamku.
aEskau
lupa yah, dari siapa kau mendapat suamimuaEt kata Ki Bejo sambil
membuka celananya. Penisnya yang besar mengacung tepat di wajahku.
Setelah melihat penisnya tubuh seketika mendapat tenaga extra. Aku
seperti tak bisa mengatur tubuhku.
Aku meraih batang penisnya
tegak itu, memainkan dengan nafsu. Lalu aku membuka mulutku lebar lebar,
dan aku mengulum penisnya. Penis itu aku sedoot sedot, sepreti anak
kecil yang mengharapkan susu dari ibunya..
Ki Bejo memegang
kepalaku, dan terus mengocok batang penisnya di mulutku. Kira kira lima
belas menit, Ki Bejo memuntahkan spermanya dalam mulutku. Bagai orang ke
hausan air maninya aku telan. Rasanya kerongkongan ku dingin dan suara
serak ku hilang.
Ki Bejo pun tanpa segan memreteli pakaianku
satu persatu. kini dengan senyum penuh nafsu Ki Bejo menatap tubuhku,
yang hanya memakai celana dalam pink. Lidahnya terus membangkitkan nafsu
birahiku di seputar buah dadaku. Aku tak bisa apa apa, aku seperti
wanita haus belaian sex, dari Ki Bejo.
Klitorisku rasanya mulai
gatel, lendir pun mulai membasahi selangkangan celana dalamku. Sambil
terus menjilati buah dadaku dengan nafsu jarinyapun bermain di
selangkangan celana dalamku. Tanpa sadar, aku melebarkan kakiku sendir,
sehingga jari Ki Bejo leluasa memainkan selangkangan celana dalamku.
Sentuhan
jari Ki Bejo sangat terasa menembus celana dalamku. Lendir terus
membasahi celana dalamku. Klitorisku makin terasa gatel. Aku mulai tak
tahan, aku mendesah pelan aEsshhh, Ki aku gak tahan..aEt. Ki Bejo terus
memainkan tubuhku aEsyah, Dewi, akuilah kamu membutuhkan diriku, kamu
membutuhkan kepuasan dariku aEs
Aku mengerang erang kenikmatan
aEsyah Ki, aku butuh, aku mau Ki.. aku mau..aEt. Jari Ki Bejo makin
cepat, bergetar di selangkangan celana dalamku, yang kian basah. Tubuhku
melengkung, aku mencapai puncak birahi.
Tanpa melepas celana
dalamku, Ki Bejo memasukan penisnya dengan menyingkap celana dalamku ke
samping. aEsahhh.. KiaE|aEt. aEskamu suka Dewi..aEt kata ki Bejo setelah
seluruh batang penis besarnya menancap di liang sagamaKu. aEsoh Ki,
saya suka. ayo goyang Ki aEspintaku.
Ki Bejo pun bergerak, maju
dan mundur, penisnya yang besar itu merodok liang vaginaku dengan nafu
yang tinggi. Aku mendesah desah, nikmatnya tak bisa kubayangkan.
Gesekkan penis besarnya, membuat klitorisku menjadi membengkak. karena
nikmat.
Ki Bejo terus mengoyang liang vaginaku, aku benar benar
di buatnya melayang, tak lama tubuhku mengejang, mencapai puncak
birahiku. Beberapa kali aku mencapai puncakku, sampai Ki Bejo juga
menyumburkan spermanya di liangku.
Setelah batang penisnya
tercabut, Ki Bejo merapikan celana dalamku, dan dia membiarkan spermanya
di dalam liang vaginaku. Aku sama sekali tak keberatan. Anehnya aku
malah merasakan vaginaku menjadi sensitif.
Tubuhku kembali
normal seperti sediakala. Malah terasa lebih sehat. Ki Bejo menyuruhku
berpakaian kembali lalu dia memanggil suamiku.
aEsLihat istri
anda telah sembuhaEt kata Ki Bejo. Suamiku menghampiri diriku aEswah,
bagaimana Mi, apa sudah mendinganaEt. aEsyah, aku jauh lebih baik
aEsjawabku.
Suamiku pun mengucapkan terima kasih pada Ki Bejo.
aEsBegini,
sekarang istri anda telah sembuh, tapi mahluk halus yang berhasil saya
keluarkan dari tubuh istri anda, bisa balik lagiaEt kata Ki Bejo. aEswah
jadi bagaimana Ki ? aEstanya suami saya. aEsyah, saya harus menjaganya
untuk beberapa waktu, di siniaEt kata Ki Bejo.
aEsoh terima
kasih Ki, KI Bejo bisa tinggal di kama atas, kusus buat tamu kata
suamiku.aEskata suamiku. aEsbaiklahaEt kata Ki Bejo.
Kemudian mereka ke luar dari kamar ku, dan suamiku membawa Ki Bejo ke kamar atas.
Tanganku
menyelinap ke balik celana dalamku, meraba vaginaku yang basah oleh
sperma Ki Bejo, meraba klitorisku sendiri, dan merasa nikmat.
Melihat kondisi tubuhku yang sudah pulih kembali, suamiku tampak gembira sekali.
Malam
itu dia mencumbuku, sudah seminggu ini aku tak bisa melayaninya. Malan
ini suamiku menagih. Aku bercumbu hingga terangsang tinggi.
Tapi
tetap saja, setelah penis itu dalam vaginaku aku tak merasakannya.
Suamiku mendasah kenikmat, memuji muji betapa nikmat liang vaginaku,
sedang aku sendiri tak pernah merasakan nikmatnya penis suamiku.
Akhirnya
suamiku mencapai puncak kenimatannya. dangan menyiram banyak sperma di
rahimku.Aku hanya tersenyum. Tak lama suami yang ke lelahan itu telah
terlelap.
Kakiku langsung melangkah kecil, perlahan gagang pintukamarku aku buka, aku berjalan mengendap endap ke kamar atas.
Ki
Bejo, seperti sudah tahu, dia sudah bersiap siap. Aku melepas gaun
tidurku.aEt katakan apa yang ada di hatimuaEt kata Ki Bejo. aEsKi,
puaskan diriku, aku ingin Ki aEspintaku.
Ki Bejo merangkul
diriku, menyuruh aku menunging, penisnya yang telah siap itu, di masukan
dari belakang. aEsheemmaEt kata dengan desah yang ku tahan. aEsDewi,
menjeritlah, betapa keras jeritan mu suamimu tak akan bangun ha ha haaEt
kata Ki Bejo
Penis itu terus mengesek dinding vaginaku, aku menjerit, mengerang nikmat. Samapi aku benar benar merasa puas.
Setelah
nafsuku terpuaskan, aku segera mengenakan pakai-an ku kembali. aEsKi
Bejo, apa Ki Bejo bisa mengemudikan mobil?aEt tanyaku. Ki Bejo
tersenyum, sambil dia mengelus elus punggungku.
Aku berjalan menurunin tangga rumahku, dan kembali ke kamar tidurku. Kali ini aku tertidur dengan membawa kenikmatanku.
Esok
pagi tubuhku terasa segar sekali.wajahku juga berseri seri. aEsmami,
wah mami benar benar sudah sehat sekarangaEt kata suamiku. Aku
memeluknya, dan mencium suamiku.
aEspi, bagaimana kalau Ki
Bejo, kita jadikan sopir pribadi, Ki Bejo sudah setuju tuhaEt kataKu.
aEsOh, kalau dia mau tentu saja bolehaEt kata suamiku.
Aku mencium pipi suami ku.