Naskah
di bawah ini merupakan saduran dari kisah sebenarnya seorang ibu rumah
tangga, yang merupakan pengalaman dari para ibu rumah tangga yang saya
kumpulkan sejak tahun 1980 dalam satu buku berjudul "Benang
Merah"."Percayakah kau bahwa dalam kehidupan seseorang disadari atau
tidak dia pasti pernah mempunyai suatu fantasi mengenai kehidupan
seksualnya",
kata suamiku pada suatu saat ketika kami sedang bermesraan
di tempat tidur. "Aku tidak mengerti maksudmu?" jawabku. "Begini..
apakah dia itu seorang pria atau seorang wanita, apakah dia dalam status
sebagai seorang suami atau sebagai seorang istri, suatu ketika dia akan
pernah mengkhayal atau setidak-tidaknya pernah mempunyai suatu ungkapan
imajinasi mengenai keinginan seksualnya yang dia harapkan", kata
suamiku selanjutnya. "Ooo.. maksudmu suatu khayalan mengenai keinginan
seksual?" "Ya..!" "Mungkin saja ada.." "Kalau begitu apabila boleh aku
tahu, apa yang menjadi fantasimu?" "Ah, aku tidak pernah merasa
mempunyai fantasi mengenai itu" "Nah, itulah masalahnya.. kau bukan
tidak mempunyai fantasi tetapi tidak menyadari adanya fantasi tersebut.
Seperti yang aku katakan tadi fantasi tersebut sebenarnya terdapat pada
semua orang, perbedaannya hanyalah disadari atau tidak adanya fantasi
tersebut oleh seseorang itu" "Tetapi aku memang tidak pernah merasa atau
memikirkan hal itu, apalagi mengkhayalkannya!" "Boleh saja seseorang
mengatakan bahwa dia tidak mempunyai suatu fantasi seksual, akan tetapi
hal ini bukan berarti dia tidak dapat berfantasi. Hanya saja
ungkapan-ungkapan apa yang menjadi imajinasinya serta bagaimana dia
mewujudkan fantasinya, antara satu orang dengan lainnya akan sangat
berbeda. Hal ini tergantung dari pengaruh sifat pribadi, taraf tingkat
hidupnya, serta latar belakang pengalaman dan pendidikannya serta
lingkungan sosial di sekitarnya." "Misalnya apa..?" "Ya, misalnya contoh
yang paling umum bagi setiap orang, dia selalu mempunyai idola mengenai
type lawan jenisnya" "Ah, itu kan biasa, apalagi untuk anak-anak muda.
Kalau sekarang sih bukan waktunya lagi" "Tapi hal itu tidak terbatas
pada saat remaja saja. Bisa saja secara tidak disadari hal itu terjadi
sampai seseorang itu sudah dalam kehidupan perkawinan. Misalnya..
mungkin saja suatu saat seseorang mempunyai pikiran atau bayangan
bagaimana kiranya kalau melakukan hubungan seks dengan orang yang
menjadi idola kita, mungkin dia seorang bintang film atau penyanyi pop
yang menjadi pujaan kita. Atau secara umum bagi wanita senang apabila
suaminya memakai kumis, atau celana jeans. Demikian juga bagi pria,
misalnya senang apabila istrinya berambut panjang atau memakai gaun
warna tertentu" "Ah kau tambah membingungkan saja.. hal itu kan memang
wajar-wajar saja apabila seseorang mempunyai anggapan seperti itu"
"Memang betul sekali.. karena fantasi seksual itu memang suatu yang
wajar. Adanya suatu fantasi seksual dalam diri seseorang menurut Dr
Andrew Stanway, seorang pakar seksualogi dalam bukunya, "The Joy Of
Sexual Fantasy" adalah merupakan suatu hal yang normal. Fantasi seksual
menurut dia adalah merupakan suatu bagian yang kompleks dari pengalaman
seseorang, akan tetapi memang oleh kebanyakan ahli masih mempertanyakan
apakah fantasi tersebut merupakan bagian dari suatu mimpi atau merupakan
bagian dari suatu pengalaman nyata. Fantasi seksual secara umum
berfungsi untuk menyalurkan keinginan alam bawah sadar seksual seseorang
menjadi suatu kenyataan dalam suatu bentuk yang dapat diterima. Fantasi
seksual secara tidak langsung sebenarnya juga merupakan salah satu
mekanisme pembangkit gairah seksual seseorang, karena fantasi seksual
menyalurkan sejumlah besar informasi yang tersembunyi di antara alam
sadar dan alam bawah sadar seseorang yang berhubungan dengan kegairahan
seksnya. Oleh karena itu kadangkala fantasi seks tersebut dapat secara
tiba-tiba melanda diri seseorang. Apabila hal tersebut terjadi maka
secara tidak disadari seseorang akan mencari penyaluran sampai kepada
batas-batas alam kesadarannya. Oleh karena itu pula sangatlah penting
bagi kita untuk menyadari dan memahami adanya fantasi tersebut sehingga
dapat menyalurkannya sampai kepada batas-batas alam kesadaran kita
secara lebih terarah.. kalau tidak mungkin saja seseorang itu akhirnya
bertindak yang aneh-aneh""Eh tiba-tiba kok kau jadi seorang ahli
psikologi, dalam masalah seksualogi lagi, kapan kau belajarnya?" "Kapan
aku belajarnya itu tidak penting.. yang penting sekarang mau tidak kau
mengatakan atau mengingat-ingat kira-kira apa yang menjadi fantasimu?"
"Begini saja.. sekarang kau saja dahulu yang mengatakan apakah kau juga
mempunyai fantasi tersebut, kau ingin berhubungan seks dengan siapa? Nah
ayo katakan!" "Eh, jangan marah dulu, ya tentunya ada fantasiku itu
tapi bukan seperti apa yang kau katakan!" "Jadi seperti apa?" "Kalau aku
katakan apakah kau tidak terus marah?" "Mengapa harus marah!"
"Baiklah.. memang selama ini aku merasakan adanya suatu fantasi seks
yang membayang dalam diriku, akan tetapi fantasi seks yang kurasakan
merupakan sebuah fantasi yang ganjil dan luar biasa", kata suamiku.
Kemudian dia diam sejenak. "Ayo katakanlah.. aku akan mendengarkannya,
apa yang kau maksud dengan ganjil dan luar biasa!" desakku agak
penasaran. "Yah karena fantasi yang kurasakan mungkin akan sangat sulit
di pahami karena berkisar kepada masalah hubungan seks antara kau
sebagai istriku dengan laki-laki lain sebagai pihak ketiga.." "Aku tidak
jelas akan maksudmu?" "Begini secara jelasnya.. fantasi tersebut
berupa suatu keinginan dalam diriku bahwa aku ingin sekali menyaksikan
istriku melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain!" "Apa..! Aku
harus melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?!" "Ya kira-kira
begitu! Apakah hubungan itu dilakukan hanya oleh kau berduaan saja
dengan laki-laki lain tersebut dan aku hanya ikut menyaksikannya, atau
hubungan seks tersebut dilakukan bersama-sama secara bertiga, yaitu
antara kamu dengan laki-laki lain itu dan aku sendiri secara bergantian,
atau paling tidak aku ingin melakukan hubungan seks dengan kau sebagai
istriku sambil disaksikan oleh laki-laki lain" "Memang aneh
kedengarannya.. dan siapakah laki-laki lain yang kau maksudkan itu?"
"Siapa saja.. asal sehat dan kau senang menerimanya" "Ah, itu fantasi
gila namanya!" jawabku agak terhenyak. "Nah, katanya kau tidak akan
marah tapi sekarang marah", kata suamiku. "Bagaimana tidak akan marah..
hal itu kan tidak mungkin.. bayangkan saja apa kata orang kalau mereka
tahu aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain!" "Ya jangan
sampai orang tahu.." "Oke, taruhlah orang tidak tahu, tapi kita kan
terlibat dalam suatu lembaga yang disebut lembaga perkawinan." "Ya
betul, memangnya kenapa?" "Kau tahu tidak apa artinya itu? Yaitu dimana
hubungan seks dengan orang lain di luar pasangan dalam perkawinan kita
dianggap sebagai suatu penyelewengan, apalagi kalau itu dilakukan oleh
seorang wanita yang berstatus sebagai istri, maka hal ini akan dianggap
suatu kesalahan yang sangat besar sekali!" "Justru itulah sekarang aku
bertanya kepadamu, karena aku tahu hal itu sangat susah untuk diwujudkan
kalau hanya aku saja yang berkeinginan, akan tetapi sebaliknya hal itu
tentu juga sangat mudah dapat dilakukan apabila kita berdua sepakat.
Nah, kalau kesepakatan ini ada, maka hal ini berarti juga tidak ada
penyelewengan!" "Tidak ada penyelewengan yang bagaimana maksudmu?!" "Ya
sebagaimana yang kau katakan tadi!" "Aku tidak mengerti maksudmu?"
"Begini, kita harus lihat dahulu apa sih definisi dari suatu
penyelewengan, yaitu suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan
atau maksud. Jadi penyelewengan dalam perkawinan artinya juga suatu
perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud dalam
perkawinan. Karena dalam perkawinan itu terlibat kepentingan dari dua
orang maka pengertian penyelewengan dalam perkawinan dapat diartikan
sebagai suatu perbuatan pengkhianatan, yaitu perbuatan yang dilakukan
oleh salah satu pasangan hidupnya secara diam-diam tanpa diketahui
apalagi disetujui oleh pasangan lainnya." "Jadi apa hubungannya dengan
yang kau maksudkan tidak ada penyelewengan di sini?" "Ya seperti yang
aku katakan tadi, bahwa untuk melaksanakan fantasiku itu, aku telah
sepakat dan bahkan telah memberikan izin kepadamu sebagai suami untuk
melakukan hubungan seks dengan orang lain, jadi sudah barang tentu unsur
penyelewengan tadi tidak berlaku lagi karena kita sama-sama menyetujui,
bahkan dengan restu suami!" "Nah, sekarang kau juga telah jadi pokrol
bambu! Bikin argumentasi seenaknya saja! Masalahnya kan bukan sampai
disitu saja, tapi ada konsekwensi yang lain, terutama untuk aku!"
"Misalnya apa?" "Taruhlah aku mau melakukan hal itu, maka ada suatu
konsekwensi yang akan aku tanggung, yaitu apabila terjadi sesuatu hal
terhadap perkawinan kita dan terjadi perpecahan, maka kau akan dapat
saja berkata kepada orang lain bahwa hal itu disebabkan karena kesalahan
dariku. Kau dapat saja mengatakan aku telah menyeleweng berkali-kali
dengan laki-laki lain dan orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya
itu sebenarnya kau yang mengaturnya. Demikian juga seandainya laki-laki
lain yang kau beri kesempatan untuk berhubungan seks denganku pada
suatu saat menceritakan pengalamannya tersebut kepada orang lain, maka
akan hancurlah diriku, karena walaupun bagaimana orang lain tidak akan
percaya bahwa kesemuanya itu justru atas permintaanmu sebagai suami,
semua orang akan menuduhku sebagai seorang istri yang serong" "Akan
tetapi sungguh mati selama ini tidak pernah terlintas dalam benakku
untuk berbuat seperti itu. Aku meminta istriku untuk melakukan hubungan
seks dengan laki-laki lain bukan bertujuan karena ingin memojokkanmu
suatu waktu guna kepentinganku sendiri akan tetapi malahan sebaliknya
yaitu agar kehidupan perkawinan kami tetap bergairah dan langgeng,
karena aku akan mendapat kepuasan lahir dan batin hanya dari istriku
yang sekarang. Sehingga istriku yang sekarang ini benar-benar merupakan
teman hidup bagiku karena dia merupakan ibu dari anak-anakku, temanku
berdiskusi dan menumpahkan perasaan serta sekaligus merupakan teman
berkencan dalam menyalurkan hasrat seks!" kata suamiku agak terkejut.
Setelah diam sejenak selanjutnya dia berkata, "Mengenai kemungkinan
laki-laki itu akan bercerita kepada orang lain memang ada, akan tetapi
apabila memang hal itu terjadi, maka akan sangat mudah sekali ditangkal
karena justru orang lain tidak akan percaya kepada cerita dia. Apalagi
bila aku memberikan kesaksian bahwa kesemuanya itu hanyalah karangan dia
semata-mata sehingga hal itu benar-benar merupakan suatu fitnah saja"
"Baiklah kalau begitu, yang penting kini aku juga ingin tahu mengapa sih
kau mempunyai fantasi seperti itu?" "Entahlah, aku sendiri tidak tahu
mengapa mempunyai fantasi seperti itu. Tapi yang jelas aku merasakan
adanya suatu rangsangan gairah birahi yang hebat apabila aku melihat ada
seseorang laki-laki yang tertarik dan memperhatikan bagian tubuhmu yang
secara tidak sengaja terbuka." "Misalnya.." "Ya, misalnya ketika kita
berlibur di pantai. Saat itu kau mengenakan pakaian renang. Dan aku tahu
saat itu ada beberapa laki-laki memperhatikan bentuk tubuhmu. Mula-mula
memang aku agak merasa cemburu, akan tetapi lama-kelamaan hal itu
menimbulkan semacam suatu imajinasi dalam diriku. Apalagi apabila aku
melihat kau bertelanjang bulat di kamar." "Lha, memangnya kenapa? Aku
kan bertelanjang bulat di kamar sendiri dan yang lihat hanya kamu
sendiri saja?" "Justru itu yang merangsang imajinasiku." "Kalau begitu
aku tidak akan berbuat itu lagi!" kataku. "Eh, jangan salah sangka. Aku
senang melihat itu semua. Malahan kalau kau mau, boleh saja kau
berkeliaran dalam rumah dengan bertelanjang bulat seperti yang kau
lakukan di kamar, karena terus terang hal itu membangkitkan rasa
birahiku. Aku merasa nikmat memperhatikanmu berkeliaran di kamar dengan
berpolos bugil. Dan dalam keadaan itu pula kadang-kadang aku berpikir
apakah laki-laki lain juga akan bangkit birahinya apabila melihat
keseluruhan bentuk tubuh istriku ini. Dan bagaimanakah seandainya tubuh
istriku yang segar berisi itu dinikmati pula oleh laki-laki lain.
Imajinasi itu akhirnya menimbulkan suatu kenikmatan seksual yang lain
bagiku. Apalagi bila aku membayangkan bahwa ternyata laki-laki tersebut
memang sangat terangsang oleh keindahan tubuh istriku dan berusaha untuk
menikmatinya di tempat tidur. Imajinasiku itu selanjutnya terus
berkembang yaitu apakah istriku ini kira-kira juga tertarik untuk
merasakan hubungan seks dengan laki-laki lain dan bagaimanakah kiranya
sikap istriku ketika melayani laki-laki lain tersebut. Apakah dia juga
akan menjadi sangat lebih bergairah? Dan apakah dia akan mendapatkan
kepuasan seks yang lebih besar lagi?" bisik suamiku. Lalu ia
menambahkan, "Kenikmatan seksual yang kurasakan akan menjadi lebih hebat
lagi apabila aku terus membayangkan bagaimana istriku dengan tubuhnya
yang dalam keadaan polos bugil bergumul dengan hebat dengan tubuh
laki-laki tersebut yang juga berada dalam keadaan berpolos bugil.
Terlebih lagi apabila aku membayangkan bahwa ternyata ukuran alat
kejantanan laki-laki tersebut jauh lebih besar dari pada ukuran alat
kejantananku sendiri, dan istriku benar-benar sangat tergiur akan
kehebatan alat kejantanan itu, sehingga ketika laki-laki itu menindihkan
tubuhnya ke tubuh istriku dan memasukkan alat kejantanannya ke liang
istriku, aku menyaksikan istriku menjadi bergelinjang dengan hebat
merasakan alat kejantanan tersebut tertanam dalam-dalam di liang
senggamanya. Kemudian aku pun membayangkan bagaimana ketika laki-laki
tersebut mulai mengayunkan tubuhnya di atas tubuh istriku dan istriku
menjadi tambah hebat bergelinjang sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya
mengimbangi gerakan turun-naiknya alat kejantanan laki-laki tersebut
yang memberikan suatu kenikmatan lain daripada yang pernah dirasakannya
dari alat kejantananku sendiri. Selanjutnya aku pun membayangkan
bagaimana ekspresi istriku dan laki-laki itu ketika mencapai dan
melepaskan puncak ejakulasi bersama dengan penuh kepuasan", kata
suamiku. "Ah, sangat mengerikan sekali fantasimu." "Tapi ini kan baru
fantasi.. apabila menjadi kenyataan mungkin tidak mengerikan lagi,
tapi.. mengasyikan!" kata suamiku sambil tertawa. "Tidak lucu ah!"
kataku sambil memukul punggungnya. "Eh, jangan jadi sewot! Diberi
kesempatan enak malah marah. Jarang kan suami yang sebaik itu yang
mengizinkan istrinya boleh main dengan laki-laki lain. Malahan bukan itu
saja kadang-kadang aku juga sering membayangkan bagaimana rasanya
apabila aku mempunyai seorang istri yang hiperseks atau seorang istri
yang senang menyeleweng dengan laki-laki lain." "Apa maksudmu dengan
itu..? Jadi kau tuduh aku ini pernah menyeleweng?!" jawabku agak
tersinggung. "Bukan itu maksudku, tapi itu adalah kelanjutan dari
ungkapan imajinasi fantasi seksualku, seperti yang kukatakan tadi, aku
kan ingin sekali melihat istriku melakukan hubungan seks dengan
laki-laki lain, sehingga hal itu menimbulkan semacam imajinasi lanjutan
dalam diriku mengenai type istri yang bagaimana yang kira-kira
kuinginkan, atau paling tidak, aku kira-kira ingin mempunyai seorang
istri yang berpandangan sangat bebas mengenai masalah hubungan seks,
tidak posesif dan memandang masalah hubungan seks dengan laki-laki lain
atau sebaliknya bukan merupakan suatu masalah yang tabu melainkan
sesuatu yang wajar dan dapat dinikmati bersama", kata suamiku
selanjutnya. "Bilang saja terus terang kau yang mau melakukan hubungan
seks dengan wanita lain! Kalau begitu carilah type istri sebagaimana
yang kamu idamkan.. karena bagiku tidak mungkin melakukan hal tersebut!
Kalau mau, kau lakukan sendiri saja! Jangan ajak-ajak orang!" kataku
bertambah ketus. "Nah, lagi-lagi marah. Ini kan semua baru gagasan.
Siapa tahu kau mau?" balas suamiku. "Mau apanya? Lagi pula sekiranya aku
mau melakukan hal itu, aku lakukan saja sendiri secara diam-diam",
kataku dengan hati yang agak mendongkol. "Bukan itu maksudku.. aku sama
sekali tidak bermaksud untuk mencari istri lain, akan tetapi justru
kamulah yang aku inginkan menjadi type istri sebagaimana yang aku
idamkan", kata suamiku. "Jadi aku harus menyeleweng dan melakukan
hubungan seks dengan laki-laki lain, begitu maksudmu?" "Ada benarnya dan
ada tidaknya", kata suamiku. "Benar dan tidak bagaimana?" "Benarnya
memang aku ingin melihat kamu melakukan hubungan seks dengan laki-laki
lain, tidak benarnya adalah hal itu bukan berarti kamu harus
menyeleweng, karena seperti yang aku katakan tadi kesemuanya itu
berdasarkan persetujuan dan permintaanku sebagai suami, jadi unsur
penyelewengan di sini sekali lagi aku katakan sama sekali tidak ada..
tapi apabila kau lakukan secara diam-diam maka itu baru namanya
penyelewengan", kata suamiku. "Benar-benar kamu tidak menyesal apabila
aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?" kataku menegaskan.
"Malahan sebaliknya.. karena hal itu justru aku rasakan sebagai penambah
semangat dan gairahku terhadapmu. Mungkin kau merasakan bagaimana
keadaanku selama ini, aku merasa kehilangan gairah dalam bercinta dan
merasa sangat lelah sekali. Hal ini disebabkan aku merasakan fantasi itu
sedemikian membebani diriku", kata suamiku.Kini aku tahu bahwa masalah
yang dihadapi suamiku selama ini adalah beban psikologis. Fantasi
seksualnya telah membebani pikiran suamiku sedemikian hebatnya sehingga
mempengaruhi kualitas hubungan seksual kami sebagai suami-istri. Memang
aku merasakan akhir-akhir ini suamiku sering menjadi gelisah sendiri dan
tidak tahu apa yang harus diperbuat dan merasa sangat letih sekali baik
fisik maupun mental. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap kualitas
hubungan seks kami. Aku merasakan gairah suamiku menjadi agak menurun.
Suamiku sering mengalami prematur ejakulasi dan telah mencapai puncak
ejakulasi hanya dalam beberapa detik saja begitu dia melakukan
penetrasi, bahkan kadang-kadang telah orgasme sebelum sempat melakukan
persetubuhan sama sekali. Oleh karena itu suamiku mulai rajin
mengkonsumsi vitamin dan makanan yang dapat meningkatkan potensi
laki-laki, akan tetapi sejauh itu hal tersebut sama sekali tidak
membantu. Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku.
Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan
dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering mengalami
gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila
malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat
melakukannya secara sempurna. Hal ini dimaklumi oleh suamiku karena dia
tahu bagaimana kualitas hubungan suami-istri kami belakangan ini. Oleh
karena itu suamiku membeli sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat
itu mungkin secara tidak langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan
kepuasan dalam hubungan suami istri. Pada mulanya aku memakai alat itu
sebagai simulator sebelum kami berhubungan badan. Akan tetapi lama
kelamaan secara diam-diam aku sering pergunakan alat tersebut sendirian
di pagi hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku rasakan
semakin meluap-luap. Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan
hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras
untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku
terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan fantasinya.
Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut, tidak
jarang akhirnya kami terlibat dalam suatu pertengkaran yang hebat.
Malahan bukan itu saja. Gairah seks-nya pun semakin bertambah turun. Hal
ini lama-kelamaan membuatku menjadi agak khawatir juga, aku takut
suamiku akan menderita impotensi. Aku berpikir bahwa aku harus membantu
suamiku walaupun konsekuensi yang aku khawatirkan akan terjadi. Oleh
karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku
dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau melakukan
hal itu hanya untuk sekali ini saja. "Aku telah mengundang Syamsul
untuk makan malam di sini malam ini", kata suamiku di suatu hari sabtu.
Aku agak terkesiap mendengar kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat bahwa
suamiku akan memintaku untuk mewujudkan niatnya bersama dia, karena
Syamsul adalah salah seorang yang sering disebut-sebut oleh suamiku
sebagai salah satu orang yang katanya cocok untuk diriku dalam
melaksanakan fantasi seksual-nya dan kebetulan saat itu semua anak-anak
sedang libur bersama kawan-kawannya ke luar kota sehingga tinggal aku
dan suamiku saja yang berada di rumah. Memang selama ini sudah ada
beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang
disodorkan kepadaku yang dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks
denganku, salah seorangnya adalah Syamsul. Akan tetapi sejauh ini aku
masih belum menanggapi secara serius tawaran dari suamiku tersebut dan
juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan yang baik untuk itu.
Syamsul adalah salah seorang kawan dekatnya dan aku pun kenal baik
dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan Syamsul
tidak mengecewakan. Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari
tubuh suamiku. Aku berpikir tidak ada lagi gunanya aku berargumentasi
dengan suamiku. Kehendaknya agar aku melakukan hubungan seks dengan
laki-laki lain sedemikian kuat. Hal itu sebenarnya membuatku agak
tersinggung juga. Karena hal ini hanya biasa dilakukan oleh seorang
wanita penghibur atau dengan kata lain seorang pelacur dan suamiku
menghendaki aku melakukan hal seperti itu walaupun dengan alasan lain.
Namun mengingat kehendak suamiku itu merupakan suatu akibat dari gejala
psikologi, maka aku kesampingkan masakah harga diri itu. Aku hanya
berpikir bagaimana aku dapat membantu suamiku mengatasi masalahnya.
Selain itu aku pun mengharap bahwa dengan aku penuhinya fantasi
seksualnya itu malam ini, maka suamiku tidak akan lagi mempunyai fantasi
semacam itu karena secara psikologis keinginannya telah tercapai.
Ketika Syamsul datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun
yang agak seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik.
Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat
agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat
dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk dua buah bukit
daging yang indah. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin akhirnya
aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan keseluruhan bentuk
tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan
seimbang, tidak dipenuhi oleh lemak sebagaimana ibu-ibu rumah tangga
lainnya yang seumurku. Buah dadaku yang subur juga kelihatan masih
sangat kenyal dan padat berisi. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan
agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa kenyal.
Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat
keriput di sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi sangat
sempurna. Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara
terus terang timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk
tubuhku. Oleh sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai
imajinasi yang sedemikian terhadap laki-laki yang memandang tubuhku
karena bentuk tubuhku ini memang menggiurkan selera kaum pria. Setelah
makan malam suamiku dan Syamsul duduk mengobrol di taman belakang
rumahku dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang
dicampur dengan arak ginseng dari Cina. Tidak berapa lama aku pun ikut
duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya tinggal kami
bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi siang
telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika
hari telah menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba
suamiku berbisik kepadaku. "Aku telah bicara dengan Syamsul mengenai
rencana kita. Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini! Tapi
walaupun demikian kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan
hubungan seks dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum
berkenan, kuserahkan keputusan itu sepenuhnya kepadamu!" bisik suamiku
selanjutnya. Mendengar bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak
menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Aku merasa sudah berputus
asa bahkan aku merasa benar-benar nekat menantang kemauan suamiku itu.
Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh
dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa
istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh
bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati
oleh laki-laki lain. Apalagi bila dalam rahimku nanti akan tersebar
benih laki-laki lain selain dari benih suamiku sendiri. Tidak berapa
lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara
demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga
buah dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku
keluar kamar, baik suamiku maupun Syamsul agak terhenyak untuk beberapa
saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan
suamiku langsung berkata kepadaku. "Syamsul baru saja cerita bahwa dia
telah mempelajari pijat refleksi Siatzu. Aku rasa kau harus coba! Apa
benar dia bisa! Kau mau kan..?" tanya suamiku kepadaku. "Boleh saja..!"
jawabku sambil agak merapatkan leher baju tidurku sehingga siluet puting
susuku kini tercetak dengan lebih jelas. "Ah sebenarnya aku tidak
terlalu mahir..!" kata Syamsul, "Tapi bila mau dicoba boleh saja. Nanti
setelah pijat Siatzu, saya juga akan memberikan pijatan dengan tehnik
kucing mandi", katanya lagi. "Oo ya.. tehnik apa itu?" aku bertanya agak
heran. "Susah diterangkan sekarang, nanti saja deh kalau pijat
refleksinya sudah selesai." "Ayo..!" kata suamiku dengan wajah yang
berseri-seri dan semangat yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk
ke kamar tidur. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri
bertelungkup di atas tempat tidur untuk siap dipijit. Sebenarnya aku
tetap masih merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain
apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang
tipis dan tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang
agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan baik. Mula-mula Syamsul
memijit sekitar bagian punggungku dengan lembut kemudian secara
perlahan-lahan terus turun ke bawah menelusuri bagian pinggulku.
Sementara itu aku terus berusaha sekuat tenaga menekan perasaan risih
dan malu dengan melepaskan pikiranku dari kedua hal tersebut dan
berusaha menikmati pijitan Syamsul itu yang sebenarnya lebih tepat
dikatakan rabaan dan sentuhan di tubuhku. Rupanya usahaku itu berhasil
dengan baik, akan tetapi lama-kelamaan secara tidak langsung aku jadi
terbawa oleh semacam arus sensasional yang menjalar dalam tubuhku.
Apalagi ketika tangan Syamsul tiba pada bagian belahan pantatku yang
gempal lembut kemudian meremas-remas dengan halus pinggul serta daging
pantatku yang hanya ditutupi oleh gaun tidur nylon yang tipis maka
terasa adanya suatu gejolak hangat dalam diriku. Aku menjadi pasrah dan
benar-benar mulai menikmati pijitannya itu. Selanjutnya kurasakan
tangan Syamsul mulai lebih berani lagi menyentuh tubuhku dengan
sentuhan-sentuhan yang semakin lama semakin nakal. Bahkan dia kini
berusaha membuka baju tidurku dan menelanjangi diriku dengan seenaknya
sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi
sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Aku hanya dapat memejamkan
mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur gejolak dalam
diriku ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri. Kemudian
dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang
telah berpolos bugil sepuas-puasnya. Aku benar-benar tidak dapat
melukiskan betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum pernah
bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi
seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku
yang tidak diketahui Syamsul. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba
kurasakan Syamsul mulai melumat bibirku dalam suatu adegan cium yang
panjang dan berapi-api. Selanjutnya ketika bibir kami terlepas Syamsul
berbisik kepadaku bahwa sekarang saatnya dia akan melakukan tehnik
pijitan kucing mandi. Berbarengan dengan itu dia mulai menjilati seluruh
tubuhku yang telanjang dengan lidahnya bagaikan seekor kucing yang
sedang memandikan anaknya. Aku berpikir jadi inilah yang dia maksudkan
dengan tehnik kucing mandi. Aku menjadi menggelinjang, entah karena apa.
Tapi yang terang aku merasakan seluruh pembuluh darah di tubuhku
menjadi bergetar dan aku terlambung dalam suatu kenikmatan yang belum
pernah kurasakan selama ini. Apalagi sambil menjilati tubuhku dia juga
meremas dan menghisap buah dadaku dengan lahap, menjilati liang
kewanitaanku dengan rakusnya dan sementara itu suamiku hanya menonton
saja dengan asyiknya seperti orang dungu. Suamiku kelihatan benar-benar
menikmati adegan tersebut. Tanpa berkedip dia menyaksikan bagaimana
tubuh istrinya digarap dan dinikmati habis-habisan oleh laki-laki lain.
Sebagai seorang wanita normal keadaan ini mau tidak mau akhirnya
membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat.
Jilatan-jilatan Syamsul di bagian tubuhku yang sensitif membuatku
bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum pernah
kurasakan selama ini. Tidak berapa lama kemudian Syamsul berdiri di
hadapanku melepaskan celananya sehingga dia juga kini berada dalam
keadaan bertelanjang bulat. Saat itu pula aku dapat menyaksikan ukuran
alat kejantanan Syamsul yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh
lebih besar dan panjang dari ukuran alat kejantanan suamiku. Bentuknya
pun agak berlainan. Ukuran alat kejantanan Syamsul hampir sebesar lengan
bayi dan bentuknya agak membengkok ke kiri. Kemudian dia menyodorkan
alat kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku. Secara reflek aku segera
menggenggam alat kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak
tanganku. Aku tidak pernah membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah
memegang alat kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan suamiku.
Oleh karena itu aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin
bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa memikirkan
perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis-habisan oleh
seorang laki-laki lain. Dalam hatiku tiba-tiba muncul kembali perasaan
geramku terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif kuraih alat
kejantanan Syamsul itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya
dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya. Aku merasa
sudah kepalang basah maka aku akan nikmati alat kejantanan itu dengan
sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu
membuat alat kejantanan Syamsul yang memang telah berukuran besar
menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat kejantanan
Syamsul yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam
aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini. Aroma itu
menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku
mulai terasa menjadi liar hingga secara tidak sadar membuatku bertambah
gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat
lagi secara bertubi-tubi. Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu
rupanya membuat Syamsul tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan
tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini
semakin nekad dan pasrah untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua
belah pahaku lebar-lebar. Berbarengan dengan itu kurasakan alat
kejantanannya kini menghimpit dengan tepat di liang surgaku dan
selanjutnya secara perlahan-lahan langsung memasuki dengan mudah ke
dalam liang kenikmatanku yang telah menganga lebar dan licin dengan
cairan birahi. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat
kejantanan Syamsul itu menerobos ke dalam liang kemaluanku dan menyentuh
leher rahimku. Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu merupakan
alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan
memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih
disebabkan aku merasakan alat kejantanan Syamsul memang terasa lebih
istimewa daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun
ketegangannya. Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan hubungan
seks dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini
membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan
seorang laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks
seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua
belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Syamsul erat-erat untuk
selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan
gerakan tubuh Syamsul. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar
lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin
cepat. Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapati
suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh
Syamsul. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di hatiku,
maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Syamsul
sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah film biru.
Keadaan ini tiba-tiba membuatku merasakan ada suatu kepuasan dalam
diriku. Hal itu bukan saja disebabkan oleh kenikmatan seks yang sedang
kualami bersama Syamsul, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan
lain yaitu aku telah dapat melampiaskan rasa kesalku terhadap suamiku.
Suamiku menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain dan malam
ini kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti
aku yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku
telah hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku. Setelah agak beberapa
lama kami bergumul tiba-tiba Syamsul menghentikan gerakannya dan
mengeluarkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegar dari
liang kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami ejakulasi dini. Pada
mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri belum merasakan apa-apa.
Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma yang tumpah dalam rahimku.
Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat alat kejantanannya masih
sangat tegar berdiri dengan kerasnya. Syamsul menghentikan
persetubuhannya karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk
meneruskan hubungan seks tersebut. Kini dia yang akan menonton diriku
disetubuhi oleh suamiku sendiri. Suamiku dengan segera menggantikan
Syamsul dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu
birahi suamiku sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga sambil
berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku. Akan
tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan
kudapatkan bersama Syamsul, maka ketika suamiku menghunjamkan alat
kejantanannya ke dalam liang kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan
suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot liang senggamaku
tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit alat kejantanan itu sebagaimana
ketika alat kejantanan Syamsul yang berukuran besar dan panjang itu
menerobos sampai ke dasar liang senggamaku. Alat kejantanan suamiku
kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam liang senggamaku dan terasa
lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam liang
senggamaku yang kini telah pernah diterobos oleh sesuatu benda yang
lebih besar. Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh minuman
alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada
dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya
dalam beberapa kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan
dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak
ejakulasi dengan hebat. Malahan karena alat kejantanan suamiku tidak
berada dalam liang kewanitaanku secara sempurna, dia telah menyemprotkan
separuh spermanya agak di luar liang kewanitaanku dengan berkali-kali
dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan kemaluan sampai ke
sela pahaku basah kujub dengan cairan sperma suamiku. Selanjutnya
suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di
sampingku. Sementara itu aku masih dalam keadaan liar. Bagaikan seekor
kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku belum
sempat mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi oleh
Syamsul. Oleh karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat
kejantanan suamiku itu dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat
segera tegang kembali. Akan tetapi setelah berkali-kali kulakukan
usahaku itu tidak membawa hasil. Alat kejantanan suamiku malahan semakin
layu sehingga akhirnya aku benar-benar kewalahan dan membiarkan dia
tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya tanpa ampun suamiku
tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya sama sekali. Aku
segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih
bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang menyatu dengan kamar
tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang melumuri tubuhku.
Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba Syamsul yang masih dalam keadaan
bertelanjang bulat menyusul ke dalam kamar mandi. Dia langsung memelukku
dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara
bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir bak mandi
sehingga aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang
sedemikian Syamsul menyetubuhi diriku dari belakang dengan garangnya
sehingga dengan cepat aku telah mencapai puncak ejakulasi terlebih
dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak ejakulasi, Syamsul menarik
alat kejantanannya dari liang sengamaku, kemudian dengan sangat brutal
dia segera menggarap lubang duburku. Aku jadi agak terpekik keras dan
bergelinjang dengan hebat ketika alat kejantanannya itu tiba-tiba
memasuki lubang duburku. Tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata betapa
perasaanku saat itu mendapatkan pengalaman yang belum pernah kurasakan
sama sekali. Selama ini suamiku sendiri belum pernah menyetubuhi duburku
sebagaimana yang dilakukan Syamsul sekarang ini. Ketika kami sedang
asyik melakukan anal seks, tiba-tiba suamiku menyusul ke kamar mandi.
Dia kelihatan tidak senang kami melakukan hubungan seks di kamar mandi.
Dengan nada suara yang agak keras dia memerintahkanku untuk segera
kembali ke kamar dan melakukan hubungan seks di sana, di hadapannya.
Dengan masih tetap berbugil aku kembali ke kamar tidur dan langsung
merebahkan diri di tempat tidur. Sementara itu suamiku mengikuti
merebahkan diri di tempat tidur tapi untuk selanjutnya dia tertidur
kembali dengan nyenyaknya. Rupanya suamiku benar-benar kelelahan
disebabkan oleh suatu tekanan ketegangan syaraf yang tinggi dan juga
agak setengah mabuk karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak.
Sedangkan aku justru sebaliknya. Aku kini tidak dapat tidur walaupun
barusan aku telah mengalami orgasme di kamar mandi bersama Syamsul.
Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Syamsul muncul di hadapanku. Dia
masih tetap bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku. Dengan tatapan
yang tajam dia menarikku dari tempat tidur dan mengajakku tidur
bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku. Bagaikan didorong oleh
suatu kekuatan hipnostisme yang besar, aku mengikuti Syamsul ke kamar
sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh
masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru
yang sedang berbulan madu. Memang saat itu aku merasa diriku seakan
berada dalam suatu suasana yang mirip pada saat aku mengalami malam
pengantinku yang pertama. Sambil mendekap diriku Syamsul terus-menerus
menciumiku sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang
hebat. Dan tidak lama kemudian tubuh kami kami pun sudah bersatu kembali
dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat. Tidak berapa lama
kemudian Syamsul membalikkan tubuhku sehingga kini aku berada di posisi
atas. Selanjutnya dengan spontan kuraih alat kejantanannya dan
memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat
ke tubuh Syamsul dan mulai mengayunkan tubuhku turun naik di atas
tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan
semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu
Syamsul dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai
tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai
mengerang-erang kecil. Dengan semakin cepat aku menggerakkan tubuhku
turun naik di atas tubuh Syamsul dan nafasku pun semakin memburu berpacu
dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di
bawahku. Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil
melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku langsung terkulai
menelungkup di atas tubuh Syamsul. Setelah beberapa saat aku
tertelungkup di atas tubuh Syamsul, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu
gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di
atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke
atas sehingga liang kenikmatanku yang telah basah kuyup tersebut menjadi
terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Syamsul mengacungkan
alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah liang
kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut ke
tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika
alat kejantanan Syamsul mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku
dan membuat gerakan mundur maju dalam liang senggamaku. Aku pun kini
semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan
turun naiknya alat kejantanan Syamsul yang semakin lama semakin cepat
menggenjotkan di atas tubuhku. Kami bergumul bagaikan dua ekor binatang
liar yang sedang bertarung, saling hempas dan saling bantai tubuh
masing-masing dengan sekuat tenaga tanpa mempedulikan apa-apa lagi
kecuali berlomba untuk menggali segala kenikmatan dari tubuh
masing-masing. Nafas kami semakin memburu berdesah-desah dengan kencang
yang kadang-kadang diselingi dengan pekikan kecil di luar kesadaran
masing-masing. Tubuh bugil kami yang sedang bersatu padu itu pun basah
dengan keringat. Aku merasakan betapa liang kewanitaanku menjadi tidak
terkendali berusaha menghisap dan melahap alat kejantanan Syamsul yang
teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh
otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Selama pertarungan itu
beberapa kali aku terpekik agak keras karena mencapai puncak orgasme
berkali-kali, sementara itu Syamsul masih tetap tegar dan perkasa
mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku. Akan tetapi akhirnya kulihat
Syamsul tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang sangat luar
biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi menyemprotkan
seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang amat panjang.
Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di
liang kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam
tubuhku sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan
ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek,
alat kejantanan Syamsul masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun
memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera
kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku. Setelah beberapa lama
kami tergolek melepaskan lelah, Syamsul mulai bangkit dan menciumi
wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku
sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh
dengan perasaan. Selanjutnya kubenamkan wajahku ke dadanya mengecup
puting susunya sambil menjilati permukaan dada yang bidang dan penuh
dengan bintik-bintik keringat. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan hal
itu. Akan tetapi yang terang kurasakan keringat Syamsul saat itu membuat
semacam rangsangan yang lain dalam diriku. Syamsul agak memejamkan
matanya menikmati sentuhan-sentuhan ujung lidahku itu, sementara itu
tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami
yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya. Suasana
romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali. Kulihat alat
kejantanan Syamsul mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta
merta Syamsul segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya
lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku kembali. Berlainan
dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan
persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini
kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang
romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan
tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra
bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya. Aku
pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Syamsul
sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung
sangat lama sekali. Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali puncak
ejakulasi kami secara bersamaan. Kami kini benar-benar kelelahan dan
langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak
dalam suatu kepuasan yang dalam. Semenjak pengalaman kami malam itu,
suamiku tidak mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak
pernah menyinggung lagi soal itu. Hubunganku dan suamiku pun tetap
berlangsung seperti biasa-biasa saja seperti dahulu. Hanya memang sejak
pengalaman kami malam itu kurasakan gairah suamiku berangsur-angsur
normal. Bila kami melaksanakan kewajiban suami-istri, dia telah dapat
melaksanakannya secara normal sebagaimana lazimnya walaupun secara
kualitas kurasakan tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama
Syamsul. Kuakui malam itu Syamsul memang hebat. Walaupun telah beberapa
waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu
dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan seksual yang
luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami bersama suamiku selama
ini. Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Syamsul masih tetap
saja kelihatan bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi
dengan baik melakukan tugasnya keluar masuk liang kewanitaanku dengan
tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar
lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus
mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun alat kejantanan
Syamsul masih tetap tegar bertahan. Memang secara terus terang kuakui
bahwa selama melakukan hubungan seks dengan suamiku beberapa bulan
belakangan itu, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali.
Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti
malam itu.