Sepasang
manusia sedang bergumul bugil di atas ranjang. Keduanya berpelukan
erat. Yang pria menindih si wanita. Kaki si wanita yang melingkar di
sekeliling pinggul pasangannya seolah ikut membantu gerakan-gerakan si
pria menyetubuhinya.
Keduanya saling memagut dan mengulum mulut
pasangannya. Menikmati setiap detik keintiman mereka.
Cuaca Jakarta di musim kemarau yang cerah dan panas seolah menjadi saksi persenggamaan mereka yang panas.
Si
pria bernama Arman. Ia seorang marketing executive pada sebuah
perusahaan nasional. Usianya baru 28 tahun. Wanita yang sedang
digelutinya adalah istrinya yang baru dinikahinya tujuh bulan, Lisa. Ia
adalah karyawati pada sebuah perusahaan jasa telekomunikasi di Jakarta.
Usianya 25 tahun.
Arman sangat mencintai istrinya yang cantik
rupawan itu. Kulitnya halus dan putih bersih. Nikmat sekali merasakan
kelembutan tubuhnya saat ditindih dan disetubuhinya. Aroma tubuhnya
begitu wangi alami. Suaranya pun merdu didengar. Apalagi saat
mengeluarkan erangan nikmat di tempat tidur… Arman sangat menyukainya…
Sejak
pacaran, orang sering mengatakan mereka pasangan yang serasi. Yang satu
cantik, yang lain tampan. Keduanya berasal dari keluarga yang mapan dan
berpendidikan tinggi. Masing-masing memiliki karir yang cerah.
Malam
itu mereka tuntaskan dengan meraih puncak kenikmatan bersama-sama.
Selesai bersetubuh, masih dalam keadaan bugil di balik selimut, mereka
pun membahas rencana yang sudah mereka susun.
“Jadi Boss sudah mengizinkan Papah untuk cuti?” tanya Lisa membuka percakapan.
“Iya, Mah…” jawab Arman tersenyum. “Jadi minggu depan kita mudik ke Sumatera.”
Lebaran
tahun itu Arman dan Lisa sepakat merayakannya di kampung halaman Arman
di Bukittinggi. Arman ingin mengajak Lisa yang asli Jawa untuk melihat
keindahan alam kampung halamannya itu.
“Hmmm… kalau begitu jadi ya petualangan pertama kita…?” senyum Lisa.
“Ha
ha ha… sudah gak sabar ya..?” timpal suaminya. “Iya. Nanti kita akan
melewati hutan juga… Banyak lah petualangan yang bisa kita lakukan…”
“Termasuk petualangan seks….?” goda Lisa sambil tersenyum nakal.
“Ha ha ha… Ya… ya… Tentu. Ide yang menarik…” jawab Arman bergairah. “Seperti… petualangan seks di hutan misalnya..?”
“Ha ha ha… kalau gitu Mamah jadi Jane… Papah jadi Tarzan…” gelak Lisa.
Keduanya pun tertawa terbahak-bahak. Sementara malam pun kian larut…
Di
daerah sekitar jalan lintas Sumatera sering terjadi bencana kekeringan.
Hal itu akan mengakibatkan para warga di sekitarnya kelaparan karena
hasil pertanian dan kebun mereka gagal.
Setiap musim paceklik
datang, di daerah itu sering terjadi perampokan terhadap mobil angkutan
barang atau penumpang yang melintasinya. Untuk menghindari peristiwa
itu, para sopir, baik truk, bus umum, dan mobil pribadi jika melewati
daerah itu selalu beriringan secara konvoi. Daerah itu amat angker dan
ganas. Belum lagi ditambah dengan kondisi jalan yang rusak parah.
Saat
itu adalah penghujung musim kemarau. Cuaca mulai menampakkan perubahan
ke arah musim hujan. Jalan yang rusak itu pun menjadi kotor dan becek
hingga membuat lobang-lobang besar di badan jalan. Kesempatan itulah
yang kadang digunakan oleh para perampok untuk menjarah mobil yang lewat
saat berjalan perlahan.
Arman menyetir sendiri Nissan
Terrano-nya. Ia tidak memakai jasa sopir. Selain ingin jalan santai juga
supaya bisa menikmati keindahan alam hutan sepanjang perjalanan. Arman
dan Lisa sama-sama memiliki hobi traveling ke tempat yang alami.
Kesempatan mudik itulah yang mereka manfaatkan untuk sekalian
menyalurkan hobinya.
Dalam melakukan perjalanan jauh itu mereka
bergantian menyetir. Jika Arman capai maka Lisa yang menggantikan.
Mereka hanya melakukan perjalanan dari pagi hingga sore. Pada malam hari
mereka menginap pada hotel yang mereka temui. Perjalanan mudik itu amat
santai dan dinikmati pasangan muda itu.
Pasangan ini memilih
membawa mobil sendiri karena tidak ingin merepotkan para famili di
kampungnya. Dengan membawa mobil sendiri, mereka pun dapat jalan-jalan
sesuka hati mereka. Lagipula jika naik pesawat akan membuat mereka repot
mengurus tiket dan terpaksa akan mengganggu waktu santai mereka.
Setelah
menyeberang, mereka pun melanjutkan perjalanan ke Sumatera. Beberapa
jam mereka berhenti untuk makan siang pada sebuah restoran di pinggir
jalan lintas itu.
Sore harinya mereka memasuki wilayah yang
terkenal angker tersebut. Arman berusaha mencari penginapan dan motel di
sepanjang jalan yang penuh dengan hutan lebat. Di daerah itu memang
jarang ada motel. Yang ada hanya rumah makan sederhana yang biasa
dipakai oleh sopir truk untuk istirahat.
Beberapa kilometer
kemudian mereka menemukan sebuah motel kecil. Mereka memang tidak ingin
melanjutkan perjalanan malam. Tubuh mereka berdua sudah capai dan penuh
keringat. Yang mereka inginkan adalah segera istirahat malam itu.
Motel
yang mereka temui cukup sederhana. Mereka lalu masuk dan menemui
petugas motel. Rupanya masih ada kamar yang tersedia. Sayangnya mereka
cukup kecewa setelah mendapati tarif yang diajukan oleh si petugas cukup
mahal. Dengan angkuhnya si petugas yang rupanya sekaligus pemilik motel
kecil itu menolak tarifnya ditawar. Padahal sebenarnya ia memang telah
menaikkannya di atas tarif normal karena melihat penampilan calon
tamunya yang mencerminkan orang yang mapan ekonominya.
Bagi suami
isteri itu memang tidak ada pilihan lain. Jika terus berjalan, maka hari
telah larut. Lebih baik istirahat di motel itu meskipun sewanya mahal.
Dengan terpaksa, Arman pun membayar tarif sewa yang diajukan. Mereka
berdua lalu diantar menuju kamar yang diberikan si pemilik motel.
Begitu
masuk, Lisa langsung merasa amat jijik melihat kondisi kamar itu. Kain
spreinya saja amat jorok. Keempat dindingnya dipenuhi oleh coretan dan
kata-kata kotor. Apalagi dinding itu banyak lobangnya yang di tutup
dengan isolasi. Lisa sempat mengeluh pada Arman.
“Aduuh, Pah… Motel semacam ini koq mahal amat, siiih….?” gerutunya. “Mana budukan lagi….”
Arman cuma bisa menghela napas sambil merangkul istrinya.
“Yaah,
Mah… Emang gak bisa kalo membandingkan motel ini dengan yang di
Jakarta…” kata Arman menenangkan istrinya yang cukup sewot saat itu.
“Anggap aja ini bagian dari petualangan kita…” lanjutnya.
“Kamu
pernah punya khayalan kita berbulan madu ke hutan dan bercinta seperti
Tarzan dan Jane, kan…?” goda Arman. “Naah… anggap aja ini bagian dari
perwujudan khayalan kita….”
Lisa hanya mencibir dan menonjok suaminya dengan manja. Mereka pun tertawa terbahak-bahak.
Setelah
membersihkan badan dan berganti pakaian, mereka pun tidur di kasur yang
tipis itu. Sebelumnya, Lisa melapisi kasur itu dengan bed cover yang
kebetulan ia bawa di mobilnya karena sprei yang ada amat kotor dan bau.
Saat
malam semakin larut, pasangan suami istri itu berusaha untuk tidur.
Namun tak lama kemudian mereka terjaga oleh suara gaduh di sebelah kanan
kamar mereka.
Samar-samar terdengar suara-suara erotis dari
sepasang pria dan wanita yang sedang memadu birahi…. Sesekali terdengar
pula kata-kata kotor yang diucapkan si pria saat melampiaskan nafsunya.
Dari kata-kata yang dikeluarkannya, tampak sekali betapa kasar dan tak
berpendidikannya laki-laki itu. Bunyi derit dipan dan dengus nafas dua
manusia yang sedang bersetubuh itu terdengar begitu jelas di malam yang
hening itu. Tak pelak, suara-suara itu membuat Arman dan Lisa terbangun.
Saat
itu di kamar sebelah mereka rupanya ada seorang pria yang membawa
seorang pelacur dan melakukan hubungan seks. Motel itu memang sebenarnya
lebih banyak digunakan oleh para sopir maupun begal setempat untuk
beristirahat dan melampiaskan nafsu syahwatnya bersama para pelacur.
Terbukti bahwa tak lama kemudian, dari kamar sebelah kirinya pun
terdengar suara-suara yang sama.
Lisa mulai menjadi kesal. Ia
bahkan mengajak Arman keluar motel saja untuk melanjutkan perjalanan. Ia
merasa bunyi-bunyi itu amat mengganggu istirahatnya.
Arman pun
berusaha membujuk dan merayu istrinya. Akhirnya, Lisa pun menjadi lebih
tenang. Sambil menyarankan Lisa untuk rileks, tangan Arman membelai
bagian tubuh istrinya yang sensitif. Walaupun tak diutarakannya,
sebenarnya Arman malah merasa terangsang mendengar suara-suara itu.
Karena
belaian dan pilinan tangan Arman yang menggoda, Lisa pun ikut naik
birahinya. Akhirnya mereka melakukan persebadanan pula seakan tidak mau
kalah oleh pasangan-pasangan yang sedang beraktifitas di kamar-kamar
sebelahnya.
Malam itu Lisa dihantarkan Arman hingga orgasme.
Mereka lalu tertidur karena letih setelah pendakian itu. Lisa dan
suaminya tertidur sambil telanjang. Lisa menghadap dinding sedangkan
Arman memeluknya dari belakang.
Di luar pengetahuan suami istri
itu, melalui sebuah lobang yang ada di dinding kamar mereka, ada
sepasang mata yang mengintip aktifitas seksual mereka. Mata itu milik
seorang dedengkot begal di daerah itu. Begal itu baru saja melakukan
hubungan seks dengan seorang pelacur.
Mulanya ia iseng saja
mengintip. Kebetulan selepas menyetubuhi pelacur yang dibawanya, ia
mendengar dengus nafas pasangan suami istri itu saat melakukan hubungan
seks. Ternyata apa yang dilihatnya benar-benar memikatnya dan
menerbitkan air liurnya….
Dengan seksama si begal memperhatikan
tubuh suami istri itu mendaki puncak kenikmatan. Ia pun amat terpana dan
terpikat akan kecantikan Lisa saat bugil dengan suaminya. Seumur
hidupnya belum pernah ia melihat langsung seorang wanita secantik itu.
Ia hanya tahu kecantikan Lisa seperti kecantikan bintang-bintang
sinetron yang ia saksikan lewat televisi.
Sosok telanjang Lisa
amat menggodanya sehingga menimbulkan birahinya untuk menikmati tubuh
perempuan itu. Lisa memang cantik. Wajahnya mirip artis sinetron.
Persisnya, ia jadi teringat dengan aktris Berliana Febrianti. Bahkan
Lisa lebih cantik dan sexy dibandingkan Berliana…
Begal itu
melihatnya dengan penuh kekaguman. Sesaat ia membandingkan sosok Lisa
dengan pelacur yang baru saja ia gauli… Perbedaannya bak siang dan
malam….
“Kok ngintip-ngintip kamar sebelah segala, Bang?” tanya si pelacur yang baru saja ditiduri begal itu tiba-tiba.
“Masih mau nambah..?” sambung perempuan setengah umur itu. “Ayo, Bang… kalau mau nambah lagi…”
“Aaah… jangan banyak cakap kau…” sergah si begal yang merasa terusik keasyikannya oleh ocehan pelacur itu.
“Ini uangmu… cepatlah kau keluar…” usir Begal itu. “Ayo… cepat..”
“Iiih… Abang, kok sewot begitu sih…?” timpal si pelacur kesal sambil cepat-cepat memberesi pakaiannya.
“Kalo
yang di kamar sebelah itu pasangan suami isteri, Bang… Bener lho… Abang
gak bisa tidur sama itu cewek, biar nunggu sampai kapan pun… Mendingan
sama saya aja…” goda si pelacur sambil melangkah keluar kamar.
Si
begal membanting pintu kamar. Lalu ia menyusun sebuah rencana untuk
dapat menaklukkan Lisa. Birahinya saat itu untuk menggauli Lisa tinggi
sekali namun ia kecewa karena ada suaminya yang tidur di samping Lisa
saat itu.
“Mungkin tidak malam ini…. tapi aku harus bisa
mendapatkan perempuan cantik itu….” gumam si begal sambil kembali
mengamati tubuh telanjang Lisa yang saat itu sedang tidur bersama
suaminya setelah selesai bersetubuh.
Diamatinya terus tubuh mulus
ibu rumah tangga itu dengan penuh napsunya… Tak lama kemudian si begal
pun melakukan masturbasi sambil membayangkan bersetubuh dengan Lisa…
Saat mencapai orgasme, ia pun melenguh dengan kerasnya….
“Uuuuuuaaaaagggghhhh….. Hhhhhhhhh….. HHHuaaaah….”
Suaranya
yang panjang dan keras memecah keheningan malam… Lisa pun sampai
terbangun mendengarnya namun suaminya tetap tertidur pulas di
sampingnya. Sejenak matanya menatap ke arah dinding kamar sebelah tempat
suara itu berasal… Karena kamar tempat Lisa dan suaminya tidur terang
benderang, si begal itu pun bisa menatap kedua mata Lisa yang bening dan
indah… Tentu saja perempuan itu tak bisa melihat sebaliknya karena
terhalang dinding…..
Ah, sudah semalam ini masih saja ada aktifitas di kamar sebelah, pikir Lisa.
Ia
pun lalu membaringkan tubuhnya kembali… tanpa pernah terlintas sedikit
pun kalau dalam waktu yang tak lama lagi ia akan sangat akrab dengan
suara itu… dan juga pemiliknya…
Pagi harinya setelah mandi dan
makan seperlunya mereka bersiap melanjutkan perjalanan. Pagi itu amat
cerah. Arman pun menyetir dengan tenang dan santai. Sesekali ia menggoda
Lisa yang saat itu memakai kacamata minus dan busana casual yang amat
serasi dengan kulitnya.
Baru berjalan beberapa kilometer, Arman merasakan perutnya mules serasa ingin buang air besar. Keringat dinginnya muncul.
“Ada apa, Pah? Kamu sakit ya?” tanya Lisa.
“Auuh, aku ingin buang hajat nih… perutku sakiit,” jawab Arman meringis sambil menghentikan mobilnya.
Kemudian
kemudi diambil alih istrinya. Lisa pun membawa mobil perlahan dengan
harapan ia dapat menemukan sebuah rumah makan atau rumah penduduk di
tengah perjalanan itu.
Tidak lama kemudian mereka melihat sebuah
rumah yang terbuat dari kayu agak jauh dari pinggir jalan. Perasaan
memang itulah satu-satunya rumah yang mereka temui sejak meninggalkan
hotel tadi… Rumah itu berada agak ke dalam hutan. Lisa membelokkan
mobilnya memasuki jalan tanah menuju rumah itu.
Sesampainya di sana, Lisa pun turun dan menemui seorang lelaki yang ada di depan rumah itu.
“Permisi, Pak… Boleh saya numpang ke kamar kecil?” pinta Lisa pada sang peghuni rumah.
“Wah, kami tak punya WC, Bu. Kalau mau buang air biasanya ke sungai di belakang rumah saja,” jawab si laki-laki.
Lisa
lalu balik ke mobil dan minta suaminya turun. Ia mengatakan Arman bisa
buang hajat di sungai belakang rumah karena rumah itu tidak punya WC.
Tanpa pikir panjang, Arman mengikuti petunjuk istrinya dan berlari ke
arah sungai itu.
Sementara menunggu suaminya, Lisa dipersilakan si
laki-laki untuk duduk di teras rumahnya. Sambil tersenyum berterima
kasih, wanita itu pun mendaratkan pantatnya ke sebuah kursi kayu
sederhana sambil meluruskan kedua kakinya. Si penghuni rumah sendiri
lalu meneruskan aktifitasnya. Sesekali ia tampak masuk ke hutan dan
luput dari pandangan Lisa.
Sosok laki-laki itu memang membuat
ngeri orang yang melihatnya. Usianya kira-kira 47 tahun. Tubuhnya kekar.
Kulitnya hitam legam. Brewoknya yang tak tercukur dengan rapi menutupi
raut wajahnya yang keras. Dari sela-sela kaos kumal yang dikenakannya,
tampak codet-codet bekas sayatan benda tajam di sekujur tubuhnya.
Sekilas tampak pula tato yang menghiasi beberapa bagian tubuhnya.
Penampilannya membuat Lisa bergidik. Dalam hati ia bersyukur laki-laki
itu tak menemaninya duduk di situ.
Sebenarnya si pemilik rumah
kayu adalah laki-laki yang mengintip Lisa dan suaminya bersebadan di
motel tadi malam. Lisa sama sekali tidak mengetahuinya. Laki-laki itu
tinggal seorang diri di rumah itu. Ia adalah seorang perampok yang
sering menjarah harta para sopir yang melewati kawasan itu.
Tunggu
punya tunggu, Arman belum juga balik dari buang hajat. Lisa mulai
gelisah. Sudah hampir setengah jam ia menunggu, suaminya belum juga
muncul. Ia pun bertanya pada si pemilik rumah.
“Jambannya jauh tidak, Pak?” tanya Lisa.
“Ah, dekat sini kok, Bu. Di belakang rumah saya ini,” jawab laki-laki itu.
Lisa
merasa semakin gelisah dan menyusul mencari suaminya. Ditemukannya
sungai yang dimaksud dan ditelusurinya sepanjang tepiannya. Apa daya
suaminya maupun tanda-tandanya tidak juga ditemukan….
Akhirnya ia
pun balik ke rumah itu dan minta tolong pada si laki-laki untuk
mencarinya. Laki-laki itu lalu pergi mencari Arman agak lama. Lisa pun
sebelumnya dipersilakan duduk di dalam rumahnya.
Beberapa jam
kemudian laki-laki itu datang kembali sendirian. Ia mengabarkan Lisa
bahwa ia tak berhasil menemukan suaminya. Lisa cemas dan panik.
Dengan
putus asa, diajaknya pria itu untuk mencari lagi suaminya bersama-sama.
Sambil menemani Lisa, pria itu memberikan berbagai kemungkinan.
“Mungkin saja suami Ibu terpeleset dan hanyut di sungai yang deras itu.”
“Tapi suami saya pandai berenang, Pak… Ia termasuk anggota arung jeram…” timpal Lisa.
“Ya,
tapi nasib orang kan siapa tahu, Bu… Jangan remehkan kekuatan alam…”
jelas lelaki itu. “Sudah banyak kasusnya warga sini yang jelas-jelas
akrab dengan sungai ini terbawa hanyut…”
“Apalagi sungai ini memang angker, Bu… Ada penunggunya…”
Lisa diam saja sambil pikirannya menerawang membayangkan suaminya mendapatkan musibah.
“Kemungkinan lain…. bisa jadi suami Ibu ketemu binatang buas… Hutan ini masih banyak harimaunya, Bu…”
Lisa
bergidik mendengar kemungkinan itu. Ia semakin sedih. Pikirannya
bertambah kacau. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Si
pria akhirnya menjanjikan pada Lisa untuk melanjutkan pencarian esok
pagi karena malam telah menjelang dan hujan mulai turun. Lisa masih
shock akan kejadian itu. Ia amat khawatir akan keselamatan suaminya.
Dengan terpaksa ia akhirnya menerima saran dari si pria itu untuk
mencari lagi esok hari.
Padahal saat Arman buang hajat tadi pagi,
si laki-laki penghuni rumah bolak-balik mengawasinya. Begitu Arman
selesai, begal itu tanpa kesulitan yang berarti melumpuhkannya. Diikat
dan dikurungnya Arman di dalam sebuah kerangkeng untuk menangkap
harimau. Kerangkeng itu ia taruh di dalam hutan agak jauh dari rumahnya
sambil ditutupi dedaunan. Dipastikan bahwa pria malang itu tidak akan
bisa meloloskan diri tanpa pertolongan orang lain.
Laki-laki itu
membuat jebakan untuk Arman karena tergiur untuk merampas istrinya.
Arman sakit perut karena sarapan miliknya di motel memang telah dibubuhi
ramuan pencahar isi perut. Tak sulit melakukan itu karena si pemilik
motel adalah teman baik si begal.
Pada malam itu, selesai
melakukan masturbasi sambil memandangi tubuh telanjang Lisa, si begal
langsung menemui dan membangunkan pemilik motel. Diceritakannya niatnya
yang bulat untuk mendapatkan Lisa. Melihat tekadnya yang kuat, si
pemilik motel akhirnya setuju untuk membantu temannya. Imbalan yang
diminta adalah jika si begal berhasil, ia harus membagi tubuh wanita itu
kepadanya. Tak bisa dipungkiri, si pemilik motel pun tergiur pula oleh
kecantikan dan keseksian tubuh Lisa. Si begal langsung menyetujuinya.
“Bereslah, kawan… Kita kan saudara… Sesama saudara patutlah kita saling berbagi…”
Si pemilik motel mengangguk-angguk senang.
“Setelah
aku menuntaskan napsuku pada wanita itu, kau pun pastilah dapat
bagian,” lanjutnya. “Kau kan tahu aku orang yang tahu membalas budi…”
Mereka lalu tertawa terkekeh-kekeh dengan tercapainya kesepakatan di antara mereka.
Setelah
berdiskusi dan bertukar pikiran semalaman, mereka pun berhasil membuat
rencana yang matang. Pembahasan ditutup dengan saling membagi tugas.
Selanjutnya, seperti telah diketahui, sejauh ini semua berjalan sesuai
rencana…
Malam itu Lisa sangat gelisah, yang ada di pikirannya
hanya Arman suaminya. Matanya sembab karena sedih. Lalu si pria
mendekatinya.
“Bu, sabar aja, nanti suami ibu juga pulang. Besok kita cari ya?” bujuk si pria.
Lalu si pria mengenalkan diri.
“O… ya, Bu… nama Ibu siapa?” sambil mengulurkan tangannya yang kasar penuh bulu itu.
“Lisa, Pak…” Lisa mengulurkan tangannya juga.
“Nama yang cantik sekali… Secantik orangnya…” puji pria itu spontan. Lisa pun tersipu…
Si pria lalu menyebutkan namanya.
“Jarot.
Nama saya Jarot,” terang si pria sambil menggenggam tangan halus Lisa.
Ia merasakan kehalusan jemari dan kehangatan tangan Lisa. Lalu ia
lepaskan.
Dengan logat Komering yang kental, Jarot bertanya pada Lisa tentang tujuannya dan asalnya. Lisa pun menjawab seadanya.
Malam
pun menjelang dan hujan turun dengan derasnya. Rupanya inilah pertama
kalinya hujan turun setelah musim kemarau yang kering selama
berbulan-bulan. Hujan pun turun tak tanggung-tanggung. Benar-benar lebat
diiringi suara guntur yang bersahut-sahutan… Seakan menandai suatu
peristiwa besar yang akan terjadi malam itu….
“Bu… Mobil Ibu dipindah saja ke belakang rumah. Biar nggak basah!” kata si pria.
Lisa
lalu memindahkan mobilnya ke arah belakang rumah yang terlindung atap
rumbia. Dengan aba-aba dari Jarot, Nissan-nya dapat dipindahkan ke
tempat yang aman. Pakaian Jarot basah oleh hujan. Lisa pun sempat
tersiram air hujan saat menuju mobilnya.
Jarot menyarankan Lisa
untuk membawa pakaian ganti dari dalam mobil. Jika tidak diganti akan
membuatnya sakit dan menyulitkan pencarian suaminya esok hari. Lisa
menuruti kata-kata si pria karena memang ada benarnya juga.
Sesampainya
di dalam rumah, Jarot mempersilakan Lisa untuk berganti pakaian di
kamar depan. Lisa pun masuk kamar. Sambil memperhatikan, Jarot mengunci
pintu rumah lalu menyembunyikannya kuncinya.
Ia memperhatikan langkah Lisa menuju kamar. Ia akan segera menyusul untuk melaksanakan niatnya.
Saat
Lisa melepaskan kaos dan kacamata minusnya, pria brewok itu masuk dan
menutup pintu lalu menguncinya. Tubuh Lisa saat itu masih terbalut bra
dan celana dalam.
Lisa kaget bercampur marah.
“Ada apa, Pak? Saya kan masih ganti pakaian…?” katanya dengan nada meninggi.
“Tenang
sajalah, Bu… Aku hanya ingin melihat keindahan tubuh Ibu dari dekat…
Soalnya jarang sekali aku melihat wanita secantik Ibu… Aku hanya ingin
lihat…” kata Jarot dengan berani.
“Pergi keluar, Pak… Jika tidak
saya akan berteriak…” jawab Lisa sengit sambil menutup dengan kaosnya
belahan payudaranya yang menonjol dari sela-sela bra.
“Ayolah…
Bu.. Jangan marah begitu… Silakan berteriak sekerasnya… Tidak ada yang
akan menolong Ibu di sini…” jawab Jarot sambil mendekat ke arah Lisa.
“Marilah kita sama-sama berbagi kehangatan di kedinginan malam ini…”
Lisa
mundur dan terus berusaha memberi pengertian pada Jarot. Keringat
dinginnya muncul meskipun saat itu cuaca dingin dan hujan. Keringatnya
keluar karena menyadari akan bahaya yang segera ia hadapi. Namun Jarot
pun terus mendesak istri Arman itu ke arah ranjang kayu yang terletak di
pojok kamar itu. Lisa terdesak di pinggir ranjang.
“Jangan… Pak.. Saya mohon!… Jangan sentuh saya….” Lisa memohon pada begal itu.
“Saya akan bertindak lembut…. jika Ibu tidak macam-macam dan menyulitkan saya!” jawab Jarot.
Segala permohonan Lisa tidak digubris pria itu. Jarot terus mendesak Lisa hingga berhasil ia rangkul.
Saat-saat
yang menegangkan itu pun lalu berjalan sesuai rencana Jarot. Ia lalu
meraih tangan Lisa dan membawa Lisa ke arah tubuhnya untuk dipeluknya.
Lisa terpaksa menurut karena tak bisa melawan. Dalam pelukan begal
brewok itu, Lisa menangis karena bencana yang ia alami.
Lalu Jarot
meraih dagu Lisa dan mengulum bibirnya yang kecil mungil. Lisa berusaha
mengatupkan bibirnya agar tidak bisa dikulum si begal brewok. Namun
segala upayanya sia-sia.
Jarot mendekap tubuh Lisa begitu eratnya.
Secara spontan, wanita itu pun berusaha melepaskan dirinya. Apa daya,
rontaan tubuh Lisa di dalam pelukan begal itu malah menimbulkan kontak
dan gesekan-gesekan dengan tubuh Jarot yang pada gilirannya malah
semakin memberikan kenikmatan pada begal itu dan menaikkan birahinya.
Si
pria brewok itu pun berhasil mengulum dan membelit lidah Lisa. Lisa
pasrah dan berusaha melepaskan belitan lidah si brewok. Jarot berhasil
menghisap air ludah Lisa dan ia pun juga melepaskan ludahnya yang bau ke
dalam rongga mulut Lisa.
Lisa jijik dan terus berusaha melepaskan
diri dari betotan tubuh si pria. Ia harus menahan bau tubuh si pria dan
kasarnya tangan-tangan si pria yang terus berusaha memilin dan meremas
payudaranya yang masih terbungkus bra itu. Namun apalah daya seorang
wanita yang lemah di samping ia pun sudah lemah secara psikis karena
suaminya menghilang ditambah beban mental menghadapi upaya perkosaan
terhadap dirinya.
Lisa hanya bisa menangis sesenggukan. Ia tidak
rela diperkosa dan dicemari rahimnya oleh laki-laki laknat itu. Ingin
rasanya ia bunuh diri saat itu juga…. namun alam bawah sadarnya masih
mengingatkannya untuk tidak melakukan hal tercela itu.
Masih dalam
pelukan erat begal itu, akhirnya Lisa berhasil ditundukkan. Bra yang
menutupi payudaranya ia buka paksa. Kedua bukit salju yang mulus itu pun
tergantung indah di dada Lisa. Tangan-tangan kasar Jarot yang penuh
bulu itu berhasil menjamahnya. Dengan mulutnya, ia jilati dan gigiti
putingnya. Lisa terlonjak sakit dan geli. Alam bawah sadarnya mulai
menapaki rangsangan yang dihantarkan mulut begal itu yang mulai
menampakkan wujudnya.
Lalu Lisa dibaringkan Jarot di atas kasurnya
yang lusuh itu. Sebelumnya ia telah berhasil melepaskan seluruh penutup
dada Lisa dan mengacak-acak dada wanita itu yang dihiasi oleh kalung
berlian dengan inisial “L”. Jarot seakan tidak ingin kehilangan momen
menentukan itu. Ia pun berusaha melepaskan celana jeans yang dikenakan
Lisa.
Celana jeans yang dikenakan Lisa pun berhasil dilepaskan
Jarot. Ia amat takjub dan terpana melihat batang paha Lisa yang jenjang
dan putih mulus tanpa cacat itu terhidang di depan matanya. Celana dalam
berwarna putih yang dikenakan Lisa saat itu membuatnya tambah bernafsu.
Jarot
menyeringai…. Ia mendapati celana yang dipakai Lisa telah basah di
belahan kemaluannya. Basah itu bukan basah keringat… Ia tahu persis
bibir kemaluan yang basah itu karena lendir yang keluar dari liang
vagina Lisa karena adanya nafsu yang muncul dari tubuhnya.
Sejak
itu, Jarot benar-benar yakin kalau rencananya akan berjalan mulus dan
lancar… Begal itu semakin merasa percaya diri… Ia yakin tubuh Lisa tak
akan bisa berbohong terhadap rangsangan-rangsangan yang diberikannya…
Tinggal sekarang ia harus bisa menguasai mental dan pikiran wanita itu
sepenuhnya… sehingga tercapailah niatnya untuk menikmati tubuh Lisa
sepuasnya…
Lalu Jarot menciumi celana yang basah di tengah
kemaluan Lisa. Ada bau amis yang ia baui. Ia pun lalu melepaskannya.
Wow…. itulah yang keluar dari mulut si begal.
Liang kemaluan Lisa
masih rapi dan bulu-bulunya pun tertata indah meskipun saat itu amat
lembab. Kemaluan Lisa tampak rapat dan belum ada celah yang longgar.
Tidak seperti kemaluan pelacur-pelacur yang sering ia gauli selama ini,
pikir Jarot. Ditambah lagi aroma kemaluan Lisa terasa beda sekali dengan
yang ia temui selama ini.
Lalu ia pun mendekatkan wajahnya dan
menyapu liang itu dengan lidahnya yang panjang juga kasar. Lidah Jarot
mencari klitoris yang ada di sela liang itu. Ia lalu menciumi kemaluan
Lisa sama seperti ia menciumi bibir Lisa tadi. Tidak ada rasa jijik di
kepala pria itu.
Lisa masih terus menangis namun kini tubuhnya
telah terbuka seluruhnya dan gairah yang dari tadi ia tahan akhirnya
meledak juga. Jarot mengetahui bahwa Lisa saat itu telah siap untuk
dicampuri kemaluannya. Bagaimanapun upaya Lisa untuk menyembunyikan
gairahnya tetap tidak membantunya.
Karena vagina dan klitorisnya
secara intensif terus-menerus dijelajahi mulut dan lidah Jarot, Lisa
akhirnya mengalami orgasme. Tubuhnya tak bisa menolak
rangsangan-rangsangan fisik yang terus-menerus dilancarkan padanya.
Kemaluannya mengeluarkan cairan yang cukup kental. Cairan itu lalu
ditelan Jarot hingga tandas tak bersisa. Kemaluan Lisa pun akhirnya
bersih oleh lidah begal itu.
Tubuh Lisa menjadi lemah tak
bertenaga. Ia benar-benar letih akibat kejadian-kejadian yang baru saja
ia alami. Peristiwa itu membuatnya kehilangan kontrol dan membuatnya
cenderung menurut pasrah. Ia pun terkulai bugil di atas ranjang.
Jarot
merasa yakin kalau Lisa kini telah pasrah dan menyerah padanya. Tanpa
ragu, ia pun membuka celananya di depan istri Arman yang sedang
terbaring lunglai. Segera, Lisa pun dapat melihat batang penis begal itu
yang menggelayut seperti belalai gajah yang hitam…. Ia tak dapat
menyembunyikan keterkejutannya melihat alat kelamin yang sedemikian
besarnya…. Semakin bertambah lagi keterkejutannya saat menyadari penis
Jarot ternyata… tak dikhitan… Kepala penisnya tampak tertutup seperti
kado yang belum dibuka….
Jarot lalu menaiki ranjang kayu itu.
Dengan kedua tangannya, dibukanya kedua kaki Lisa sehingga terbuka
mengangkang. Begal itu menempati posisi di tengah, di antara kedua kaki
Lisa. Lalu Jarot melucuti baju kaos kumal yang dikenakannya dan
melemparkannya ke lantai. Kini Lisa bisa melihat dengan jelas tubuh
Jarot yang kekar, liat dan legam terbakar matahari. Berbagai macam tato
menghiasi sekujur tubuhnya…. mulai dari pinggang hingga pangkal
lengannya….
Kini di atas ranjang dua tubuh telanjang berlainan
jenis telah siap melakukan perkawinan… Yang wanita adalah seorang ibu
rumah tangga muda yang terbaring tak berdaya setelah diculik… dengan
tubuh yang langsing, kulit putih mulus dan wajah cantik rupawan…
Sedangkan si pria di atasnya yang siap mengawininya adalah seorang begal
brewok dengan tubuh hitam kekar penuh dengan bekas luka dan tato… Lisa
sama sekali tak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi dalam
hidupnya….
Perlahan-lahan, Jarot lalu menaikkan kedua kaki Lisa
yang masih mengangkang sehingga melingkari pinggulnya yang legam dan
kekar. Lisa melihat kedua pahanya kini mengapit tato bergambar setan
berwujud tengkorak yang menghiasi bagian perut Jarot.
Kemudian
Jarot menggosok-gosokkan batang penisnya ke kemaluan Lisa… Lambat laun
batang itu pun tumbuh semakin mengeras dan tegak…. Lisa pun kegelian
merasakan kemaluan Jarot yang tumbuh menyentuhi kemaluannya. Setelah
penis Jarot mengeras sepenuhnya dan siap dipakai, begal itu lalu
mengarahkan kemaluannya yang panjang dan hitam Legam itu ke arah bibir
kemaluan Lisa. Siap untuk dibenamkan ke dalamnya.
Bibir kemaluan
Lisa masih rapat dan belum bisa menerima benda asing yang akan
memasukinya saat itu. Lalu dengan jari tangannya Jarot membuka bibir itu
dan menyelipkannya di tengahnya. Merasa batang penisnya telah siap lalu
si begal pun mendorongnya hingga masuk ke dalam lubang kelamin ibu
rumah tangga itu.
Saat penis Jarot masuk menyeruduk ke dalam
kemaluan Lisa dengan kerasnya, spontan wanita itu pun terbelalak matanya
dan ternganga lebar mulutnya. Seberkas jeritan tertahan di
tenggorokannya. Sebentar kemudian, ia pun meringis…. kedua matanya
terpejam menahan nyeri dan sakit pada rahimnya. Tak terasa air matanya
pun menetes…
“Aduuuh…….. Paak…!! Ampuuun…” jeritnya halus mengiba belas kasihan kepada begal itu.
Jarot
masih mendorong penisnya untuk masuk terus hingga dasar kemaluan Lisa.
Lisa pun terus menangis dan air matanya menetes membasahi pipinya yang
putih saat itu. Tubuhnya pun terguncang-guncang di bawah tubuh kekar
Jarot.
Mengetahui tangisan Lisa saat menerima penisnya masuk,
Jarot lalu memeluk Lisa dengan ketat dengan posisi tetap di atas tubuh
putih Lisa. Ia peluk Lisa dan diciuminya bibir Lisa seakan tidak ingin
terpisahkan. Jarot ingin bibir mereka juga menyatu sama seperti bagian
bawah tubuh mereka yang telah dempet menyatu saat itu.
Rasa sakit
dan perih di tubuh Lisa diungkapkannya dengan menekan bahu si begal yang
kekar dengan kukunya yang runcing. Ia terus sesenggukan dan membenamkan
kukunya di bahu bidang itu. Semua tindakan Lisa itu apalah artinya bagi
pria yang terbiasa merampok itu. Jangankan kuku, golok pun telah ia
rasakan.
Bahkan respons yang didapatnya saat menyetubuhi Lisa
benar-benar membuatnya merasa nikmat. Ia tahu Lisa adalah istri orang…
tapi menyetubuhinya sama seperti memperawani seorang gadis yang lugu dan
belum berpengalaman….
Jarot tetap mendiamkan penisnya yang
panjang dan besar itu di dalam kemaluan Lisa. Ia ingin mereguk
kehangatan tubuh istri Arman itu dengan sempurna. Khususnya kehangatan
yang berasal dari jepitan kewanitaan ibu rumah tangga itu. Apalagi
dinding-dinding kemaluan Lisa terasa berdenyut-denyut… memijati penis
Jarot yang keras…. Ia pun menikmati semua itu sambil terus mengulum
bibir Lisa dan menjilati bagian belakang telinganya yang basah oleh
keringat.
Rambut Lisa yang sebahu pun telah basah seolah turut
menangisi keadaan Lisa saat itu. Dari tengkuk Lisa jilatannya terus
berpindah kearah bahu yang putih bersih hingga menampakkan aliran merah
darah dari urat-urat Lisa. Nafsu Jarot terus terpacu karena wangi tubuh
Lisa yang juga masih tercium aroma Channel numero 5 yang telah bercampur
dengan keringatnya saat itu.
Setelah puas di bahu, lalu ia turun
ke arah payudara Lisa yang bernomer 34B itu. Di payudara Lisa mulut pria
yang penuh oleh cambang dan kumis itu terus bermain-main dengan puting
dan belahan susu itu. Jejak cupangan merah mulai banyak menghiasi kedua
payudara yang putih dan mulus itu…
Ia telah membuat Lisa seakan
lupa daratan. Lisa terus memejamkan matanya tidak ingin melihat kelakuan
pria asing yang baru dikenalnya itu di atas tubuhnya.
Cengkeraman
Lisa pada bahu Jarot akhirnya melemah. Ia telah orgasme untuk yang
kedua kalinya. Hanya saja ia berusaha keras untuk tak menampakkannya
karena malu…
Lalu si begal bergerak maju mundur dan terus
menghujamkan kemaluannya ke dalam liang Lisa. Sedang kedua tangannya
memegangi pinggang Lisa agar tetap di tempatnya. Lisa sebenarnya
menikmati genjotan begal itu… Bagaimanapun ia belum berani
menunjukkannya sehingga ia pun memejamkan kedua matanya. Sementara kedua
tangannya tergeletak ke samping sambil meremas-remas seprei kumal yang
sudah tak jelas warnanya itu.
Saat itu yang terdengar hanya dengus nafas dan erangan kedua makhluk yang sedang kawin itu.
Setelah
beberapa lama perkawinan itu berlangsung… akhirnya si begal brewok itu
pun melepaskan spermanya dengan gerakan begitu cepat dan hunjaman yang
keras ke dalam kemaluan Lisa. Sambil melenguh-lenguh dengan suara berat,
ia terus menekannya seolah ingin menuntaskan dendam birahi ke dalam
tubuh Lisa dengan kasar. Spermanya keluar sangat banyak hingga tak
tertampung oleh liang Lisa. Rembesannya keluar membasahi sprei kasur
itu.
Di saat yang bersamaan, rupanya Lisa pun kembali mengalami
orgasme… Kali ini tubuhnya menggelinjang hebat tak terkendali… Erangan
panjang terlontar dari mulutnya… Dalam hati Lisa sedikit terkejut dan
malu… Ia tak mengira akan sedemikian eksplisitnya orgasmenya nampak
tanpa bisa disembunyikannya sama sekali… Ditambah lagi kenyataan bahwa
mereka mengalami orgasme secara bersamaan…
Sementara Jarot yang
mengetahuinya, segera mendekap tubuh wanita itu seerat-eratnya…
Pinggulnya terus mendorong-dorong kemaluannya seakan ingin mendekam dan
bersarang di kemaluan Lisa… Seakan ingin memompakan sisa-sisa sperma
yang masih ada ke dalam rahim wanita itu… dan menandai Lisa sebagai
milik pribadinya….
Lalu diciuminya seluruh wajah Lisa… dikulumnya
dalam-dalam mulut wanita itu… seolah ingin menghargai apa yang telah
mereka lalui bersama di ranjang itu… Lisa yang sudah kecapaian tak kuasa
menolaknya… Baru kali ini ia mengalami perasaan sepenuhnya dimiliki dan
dikuasai oleh seorang lelaki…
Sampai akhirnya gerakan kedua tubuh
yang sama-sama telanjang itu pun mengendor…. Jarot masih menindihi
tubuh Lisa yang telanjang. Selama beberapa menit mereka terpaku dalam
posisi seperti itu… sampai penis Jarot yang telah lemas keluar dengan
sendirinya dari kemaluan Lisa…
Setelah itu, karena capai si begal
bergeser ke sebelah Lisa dan tertidur. Ada gurat kepuasan di wajahnya
yang garang dan kejam. Ia telah berhasil menunaikan hasratnya yang ia
dambakan pada Lisa. Ia pun tertidur pulas.
Sementara itu, Lisa
yang telah pulih kembali pikiran dan akal sehatnya yang sebelumnya
tertutup oleh hawa nafsu hanya bisa menangis… Ia merasa berdosa telah
mengkhianati suaminya… Ia merasa dirinya kotor… tak ada bedanya seperti
pelacur-pelacur yang ditemuinya di motel malam sebelumnya…
Masih
dengan tetesan air mata di pipi, Lisa lalu bangun dari ranjang kayu itu
dan mengenakan kembali seluruh pakaiannya yang berserakan di lantai
kamar.
Sebenarnya ia ingin mandi membersihkan seluruh tubuhnya
dari sperma dan keringat begal itu… Sayang rumah itu tak memiliki kamar
mandi sendiri. Ia merasa telah amat kotor saat itu… Apa daya, kepada
siapa ia bisa mengadu. Semuanya telah terjadi. Tak mungkin ia dapat
membalik waktu…
Lisa pun berjalan ke arah pakaian Jarot berusaha mencari kunci kamar agar bisa keluar namun tidak ditemukannya.
Karena
kecapaian setelah pergumulan laknat tadi ditambah masalah suaminya yang
menghilang, Lisa pun akhirnya hanya bisa terduduk jongkok di sudut
kamar. Ia pun terlelap. Namun saat ia baru saja terlelap, tiba-tiba si
begal itu bangun dan menarik Lisa agar tidur di sampingnya di atas
ranjang kayu itu.
Lisa terpaksa menurut karena ia tidak dapat lagi
melawan. Lalu ia berbaring di samping si brewok yang masih bugil hingga
malam menjelang.
Sesekali di atas ranjang saat mereka tidur
berdampingan, tangan Jarot yang kasar meremas payudara Lisa yang telah
tertutup bra dan kaos yang dikenakannya. Lisa pun selalu melepaskan
tangan si begal yang gatal itu. Bagaimanapun intimnya hubungan yang
telah mereka lalui bersama-sama pada malam itu, Lisa tetap merasa
dirinya sebagai istri Arman yang sah… Begal itu tak lain sekedar
memaksanya dan memperbudaknya untuk melayani nafsu birahinya…
Tak lama kemudian, mereka berdua pun tertidur saking lelahnya.
Tengah malam Lisa terjaga. Ia merasa mendengar suara orang yang memanggil-mangil namanya.
Ia
pun duduk dan membangunkan begal brewok di sampingnya yang saat itu
masih bertelanjang. Tubuh hitam dan penuh bulu itu lalu bangun.
“Ada apa Lisa”? tanya Jarot.
“Aku mendengar suara-suara orang di luar memanggil-manggil namaku,” jawab Lisa.
Mendengar perkataan Lisa saat itu, Jarot mengenakan celana pendeknya dan masih bertelanjang dada.
“Coba kulihat keluar,” katanya.
Lalu mereka keluar rumah. Hujan masih turun dengan derasnya. Suara yang didengar Lisa itupun tidak ada lagi.
“Nah, tidak ada bukan?” sahut begal itu.
“Rumah ini letaknya jauh dari perkampungan penduduk, Lisa… Di sekeliling sini masih hutan lebat…”
Mereka
pun kembali ke dalam rumah Jarot yang memang tidak memiliki penerangan
listrik. Lisa diam memperhatikan tingkah laku si pria.
“Waduh…” kata Jarot sambil memegangi perutnya. “Aku lapar sekali… Kau juga lapar, Lisa?”
Spontan Lisa mengangguk.
Memang
pastilah perut mereka lapar karena kegiatan mereka yang sangat panas
tadi di ranjang telah menghabiskan banyak energi. Lisa pun jelas sangat
lapar karena makanan yang terakhir masuk ke dalam perutnya adalah
sarapan pada pagi harinya.
“Di mobilku ada makanan, Pak… Perbekalan terakhir yang dibeli oleh suamiku sewaktu di Lampung,” terang Lisa.
“Aaa.. bagus lah itu… Kalau begitu ayo kita ambil,” sahut begal itu.
“O,
ya. Satu hal lagi… Jangan panggil aku ‘Pak’… Panggil saja Jarot, ya?
Semua wanita yang sudah kutiduri boleh memanggil namaku saja…”
Jarot
kemudian mengambil makanan yang ada di mobil berdua dengan Lisa.
Dirangkulnya pundak wanita itu seolah mereka sepasang kekasih…
Jarot
melepaskan rangkulannya saat ia mengangkuti makanan dari mobil. Saat
itu sempat terlintas di kepala Lisa untuk melarikan diri namun ia tidak
mampu karena ia masih berpikir akan keselamatan suaminya.
Mereka pun balik ke dalam rumah Jarot dan makanan itu mereka habiskan tanpa sisa.
Karena
waktu masih malam dan hujan turun dengan derasnya, mereka pun kembali
ke kamar untuk tidur. Lisa merasa badannya masih pegal dan capai. Ia
ingin beristirahat dan dapat tidur dengan nyenyak malam itu.
Sesampai
di kamar, mereka naik ke ranjang kayu itu. Ternyata, di atas ranjang,
kejahilan si begal mulai muncul lagi. Rupanya makanan yang diberikan
Lisa tadi telah mampu membantunya memulihkan tenaganya kembali… Ia pun
berusaha kembali merangsang Lisa untuk bersebadan lagi.
“Sudahlah, Jarot… Saya capek…” kata Lisa mencoba mencegah.
“Lisa, dingin-dingin begini aku tak bisa tidur,” jawab Jarot.
Tanpa
banyak bicara lagi, si begal pun melepaskan celananya. Walaupun masih
merasa agak rikuh karena belum terbiasa melihat lelaki telanjang selain
suaminya, Lisa mencuri-curi pandang juga ke arah penis Jarot yang
menggelantung di selangkangannya. Dalam hati sebenarnya ia kagum juga
melihat belalai yang panjang itu. Masih terbayang jelas dalam ingatannya
bagaimana monster itu memasuki tubuhnya dan membuatnya orgasme
berkali-kali…
Setelah ia bugil, tanpa minta persetujuan Lisa,
dilucutinya pula busana wanita itu sehingga mereka pun sama-sama
telanjang kembali. Lisa tak mampu menolaknya lagi…
“Dingin…” desah
Lisa sambil melipat kedua tangan menutupi dadanya… Hujan memang masih
turun dengan lebatnya di luar sana. Bahkan semakin deras diiringi guntur
yang meledak-ledak.
“Jangan khawatir, Lisa… Sebentar lagi juga
panas…” kata begal itu tersenyum sambil menatap mata Lisa dengan penuh
arti. Dibukanya lipatan tangan Lisa karena Jarot ingin menikmati dan
merabai keindahan kedua payudara wanita itu. Lisa membiarkan saja begal
itu memulai aksinya dan menikmati rangsangan yang diberikan padanya…
Jarot
dalam waktu singkat telah berhasil membuat Lisa tidak berdaya menolak
apa pun yang dimintanya. Seakan wanita itu telah berada sepenuhnya dalam
kekuasaannya… Begitu pula ketika ia meminta pada istri Arman itu untuk
mengisap penisnya dengan mulutnya.
“Apaa…?” tanya Lisa terkejut.
Mulutnya menganga. Matanya menatap Jarot seakan tak percaya dengan
permintaan begal itu terhadap dirinya. Bagaimana bisa ia meminta hal
seperti itu kepada seorang wanita yang baru dikenalnya? Ya, begal itu
memang baru saja menyetubuhinya… tapi meminta ia mengisap penisnya…?
Lisa membayangkan pastilah begal itu menganggap dan memperlakukannya
sama seperti ratusan pelacur yang pernah ditidurinya…
“Saya gak bisa… Maaf… Gak mungkin…” kata Lisa menggelengkan kepalanya sambil tertawa salah tingkah.
“Jangan khawatir, Lisa… Nanti akan kuajari,” kata Jarot menenangkan Lisa yang mukanya tampak kecut.
“Ayo… tak apa-apa… Aku benar-benar ingin kau melakukannya untukku…”
Lisa
tampak ragu-ragu tapi ia pun tak berbicara lagi. Jarot mengerti kalau
ia harus segera melakukannya. Yang diperlukan Lisa adalah bimbingan.
Maka tanpa minta persetujuan Lisa lagi, ia pun mendekatkan pangkal
pahanya ke wajah ibu rumah tangga yang sedang menunggu itu.
Lisa
lalu diajari si brewok untuk melakukan seks oral. Wanita itu awalnya
merasa canggung dan ragu. Bau pesing bekas air seni terasa jelas
bercampur dengan aroma sperma dan keringat Jarot. Dirasakannya juga
cairan vaginanya ada di sana, ikut bercampur menyelimuti batang yang
keras itu… Semuanya itu terasa lengket di dalam mulutnya saat bercampur
dengan air ludahnya.
Setelah membiasakan diri, akhirnya Lisa bisa
juga melakukannya dengan panduan Jarot. Apalagi begal itu terus-menerus
memujinya sambil membelai-belai kepalanya sehingga meningkatkan rasa
percaya diri ibu rumah tangga itu…
Penis Jarot yang semula
tertutup lapisan kering campuran dari air seni, air mani, keringat, dan
cairan vagina Lisa sedikit demi sedikit mulai bersih dijilati istri
Arman itu. Tinggal kini batang hitam yang mengeras dan tak dikhitan itu
berkilauan disapu air liur Lisa…
Jarot merasa sangat puas dengan
layanan Lisa… Sebagai imbalannya, wanita itu pun menerima semprotan
sperma begal itu di mulutnya.
Spontan air mani Jarot yang kental
itu pun tertelan olehnya. Walaupun menyadari bahwa itu adalah
konsekuensi dari seks oral, Lisa tetap sempat terkejut saat menerima
siraman sperma begal itu di dalam mulutnya… Bagaimanapun itu adalah
pertama kalinya ia melakukan itu….
Untunglah Lisa cepat menguasai
dirinya sehingga tidak sampai memuntahkan kembali air mani yang sudah
terkumpul di dalam mulutnya… Sedikit demi sedikit ditelannya cairan
kental itu supaya tidak tersedak… Jarot memperhatikan usaha Lisa sambil
tersenyum puas…
Begal itu lalu membersihkan bibir Lisa yang belepotan sperma dengan kain sprei yang kumal.
Dari
seks oral itu, untuk kedua kalinya malam itu Lisa dan si begal
melakukan hubungan badan. Sebelumnya, terlebih dahulu Lisa membantu
membangkitkan kembali penis Jarot dengan tangan dan mulutnya…
Kali
ini permainan menjadi amat bergairah. Lisa sudah mulai terbiasa
menerima sodokan penis Jarot di kemaluannya. Kali ini keduanya sudah
seperti pasangan yang serasi… sudah seirama dan saling beradaptasi dalam
persetubuhan itu… Lisa pun tak melakukan perlawanan sama sekali
terhadap Jarot. Dibiarkannya begal itu membimbingnya mendaki puncak
kenikmatan bersama…
Malam itu akhirnya kedua makhluk yang
berlainan jenis dan status itu menyatu kembali dalam kesatuan ragawi.
Bersatu padu dalam perkawinan yang panas dan bergairah… Tak ada lagi
batas di antara mereka.
Lisa yang memang wanita baik-baik dan
terpelajar serta masih berstatus sebagai istri orang, kadang masih
berusaha membuat kesan ia tidak begitu menikmati persetubuhan itu. Namun
yang sebenarnya terjadi, Lisa benar-benar menikmatinya. Kemaluannya pun
menerima banyak lelehan air mani si perampok brewok tersebut.
Kenikmatan
badani yang diterimanya dari Jarot sedikit demi sedikit membantu
pikiran Lisa terbuka terhadap kemungkinan bahwa Arman suaminya telah
tewas hanyut terbawa arus sungai atau dimakan binatang buas. Terlepas
dari kenyataan yang tidak diketahui Lisa bahwa Arman sebenarnya masih
hidup dan disekap oleh Jarot. Pikiran itu pula yang membuat Lisa
pelan-pelan mulai merasa rileks menjalin hubungan intim bersama begal
itu.
Bahkan Lisa mulai terbuka pula terhadap kemungkinan bahwa
Jarot adalah takdirnya… Jodohnya yang berikutnya setelah ia terpisahkan
dengan Arman… Ia seperti mendapatkan sosok lelaki sejati pada figur
Jarot. Profil Jarot yang berperilaku buruk tapi perkasa membawa pesona
tersendiri di matanya… Pemikiran-pemikiran itulah yang membantu Lisa
secara sadar semakin membiarkan jiwa dan raganya bersatu dengan Jarot….
Apalagi bimbingan Jarot semakin memudahkannya…
Sementara Jarot
sendiri tentu saja amat menikmati hubungan seks dengan Lisa… Ia
sebelumnya tak pernah merasakan bagaimana berhubungan badan dengan
wanita baik-baik dan terhormat. Tak pernah pula ia merasakan bersetubuh
dengan wanita secantik dan seseksi Lisa… Bersebadan dengan Lisa ibarat
mimpi yang menjadi kenyataan bagi Jarot… Ia merasakan perbedaan yang
mencolok dibandingkan dengan semua pelacur yang ia kenal selama ini. Ini
membuatnya jadi ketagihan…
Yang diinginkannya saat ini adalah
menikmati Lisa sepuas-puasnya. Setelah itu, siapa tahu ia pun bisa
mendapatkan keturunan darinya yang bisa meneruskan statusnya sebagai
begal penguasa daerah itu.
Selain itu, jika kepepet, dengan modal
kecantikan dan keseksian gendaknya yang baru itu, Jarot bisa saja
mengkaryakan Lisa sebagai pelacur. Pastilah banyak begal dan warga
sekitar situ yang akan berbondong-bondong membayar berapa saja untuk
bisa menikmati Lisa. Bagi Jarot, mendapatkan Lisa seperti mendapatkan
harta karun atau modal yang demikian besar…
Bagaimanapun, Jarot
memang tidak pernah sungkan untuk berbagi milik pribadinya dengan sesama
kaumnya. Itulah salah satu yang membuatnya disegani di kalangan begal
dan perampok di sana. Paling tidak, untuk waktu dekat ini, Jarot tetap
ingat akan janjinya untuk membagi Lisa kepada si pemilik motel atas
jasanya…
“Aah… nanti sajalah aku ceritakan semua rencanaku itu
pada Lisa sedikit demi sedikit,” pikir Jarot sambil memandangi wajah
Lisa yang sedang menahan gejolak orgasme akibat genjotannya mautnya.
“Perempuan pasti akan menuruti apa yang dikatakan oleh lakinya… Terbukti
semua keinginanku terhadap dirinya sejauh ini diturutinya dengan patuh…
Padahal sampai kemarin, siapa yang sangka kalau seorang wanita
terhormat seperti dia akan tunduk pada begal sepertiku…”
“Oouuuuuuh…”
jerit Lisa menikmati orgasmenya yang bertubi-tubi dan memabukkan…
Rintihan dan ekspresi wajahnya yang erotis membuyarkan semua angan yang
berkecamuk di kepala Jarot.
“Lisaaaaa…… Hhhggggh….” lenguh Jarot
melepaskan semua sperma yang ditahannya dari tadi ke dalam rahim istri
Arman sebagai balasannya.
Kemudian hening. Hanya degupan jantung keduanya yang terasa bergejolak di dada mereka yang saling menempel.
Si
begal dan gundik barunya menyatu bugil di atas ranjang. Keduanya
berpelukan erat. Jarot di atas Lisa. Kaki Lisa yang mengapit pinggul
Jarot menekan pantat begal itu supaya tetap di tempatnya. Mereka pun
berciuman dengan syahdu. Menikmati setiap detik keintiman mereka.
Hujan pun seolah menjadi saksi berjodohnya Jarot dan Lisa dalam malam pertama perkawinan mereka yang dahsyat…