Namaku
Erick (bukan nama asli), sebelumnya aku terima kasih atas dimuatnya
ceritaku beberapa waktu yang lalu, kali ini aku akan menuliskan
pengalamanku lagi, yang mana itu terjadi baru kemarin malam. Oh ya satu
hal lagi, saya minta maaf kalo seandainya kalimat-kalimat yang saya
sajikan kurang beraturan. Maklumlah, bukan pujangga.
Rabu, 25
April 2001, kira-kira pukul 07:00 malam, saat itu aku lagi lembur di
kantor. Jenuh dengan keadaan, akhirnya aku keluar kantor dulu sebentar,
ya sekedar cari angin atau kasarnya cuci mata kali ya. Akhirnya mobil
kuparkirkan di pelantara pusat pertokoan yang ada di tengah-tengah kota
kembang. Wahh, seger juga nih, jadi tidak BT lagi. Sambil berjalan
menelusuri trotoar, aku melihat beberapa produk yang dipajang di
etalase, secara kebetulan, mataku tertuju ke stan penjualan produk
alat-alat kosmetik. Mataku tidak lepas memandang sosok tubuh yang
rasanya seperti kukenal. Dengan ragu-ragu aku hampiri juga stan kosmetik
itu. Tidak jauh dari stan itu, aku diam dulu beberapa saat sambil
memeperhatikan sosok tubuh yang rasanya kukenal.
Setelah yakin
kalau sosok tubuh itu adalah orang yang kukenal, dengan hati berdebar
kupanggil namanya.”Wi..! Kamu Dewi khan..?” kataku sambil menunjuk ke
arahnya.Sosok tubuh yang kupanggil namanya merasa kaget juga mendengar
panggilanku. Untuk beberapa saat dia memandang ke wajahku sambil
mengernyitkan keningnya. Dalam hati mungkin dia sedang
mengingat-ngingat, yang pada akhirnya.”Erick..? Kamu Erick..?” katanya
dengan wajah yang agak keheranan.
“Yup..! kirain udah lupa, Wi..,”
kataku sambil menyodorkan tanganku.”Ya nggak akan lupa dong Rick, gimana
kabarnya..?” katanya sambil menyambut uluran tanganku.”Baek-baek Wi.
Kau sendiri gimana..?” kataku.”Baek juga Rick..,” ucap Dewi sambil
menyibakkan rambutnya yang panjang sebahu.
Perlu diketahui, Dewi (bukan nama sebenarnya) ini adalah teman SMA saya
dulu, orang tuanya tingal di Jakarta. Di kota kembang ini dia tinggal
dengan kakaknya yang kebetulan mereka ini bisa disebut anak kost. Dewi
punya perawakan lumayan tinggi, dengan tubuh yang cukup ideal (di
mataku), hidung yang mancung, dan buah dadanya yang lumayan juga
ukurannya. Kami mengobrol bermacam-macam, tentang seputar masa SMA dulu.
Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 09:00malam, dan pada jam itu
dia akan pulang. Dengan penuh keyakinan, kutawarkan dia untuk pulang
sama-sama, karena kebetulan dia pulangnya sendiri.
Sebelum aku
mengantar dia ke tempat kostnya, aku ajak dia untuk makan dulu. Dia
menerima tawaranku, setelah itu baru kuantar dia ke tempat kostnya.”Ke
dalem dulu Rick..!” katanya.
“Makasih Wi.., lain kali aja deh..,
lagian khan ada Kakakmu..!” kataku sambil memperhatikan jamku, yang mana
pada waktu itu menunjukkan pukul 22:30.”Kakakku lagi ke Jakarta Rick..,
Aku cuma sendirian disini. Ayo dong Rick..! Masuk dulu..,” pintanya
merajuk.Akhirnya aku masuk juga ke dalam, “Bentar aja ya Wi.., Aku ada
kerjaan nih di kantor, mana mata udah ngantuk, cape lagi..,” kataku
sambil tanganku memijit pundakku sendiri karena pegal.Dewi menganngguk
sambil tersenyum, kemudian dia menuju ke belakang untuk mengambil
minuman.
“Santai aja dulu Rick.., Aku mo mandi dulu ya, gerah
nih..!” katanya sambil menyodorkan minuman untukku.Lalu aku duduk di
kursi dekat tempat tidurnya.”Lama juga nih mandinya. Dasar perempuan..!”
aku menggerutu dalam hati.Kemudian aku berdiri sebentar, karena pegel
juga kalau duduk terus. Akhirnya aku rebahan juga di tempat tidurnya,
cape sekali badanku rasanya. Kemudian kulihat Dewi keluar dari kamar
mandi. Dia hanya memakai celana pendek dengan t-shirt warna putih.
Rambutnya basah, mungkin habis keramas. Kemudian dia duduk di depan meja
riasnya sambil mengeringkan rambutnya.
“Muka Kamu kok keliatan
cape Rick..?” kata Dewi membuyarkan lamunanku.”Iya nih Wi.., Aku cape
banget hari ini, mana kerjaan masih banyak.” ketusku.”Ya udah, istirahat
aja dulu. Santai aja.., Aku pijitin, mau nggak..?” kata Dewi sambil
melangkah ke arahku.”Bener nih, mau mijitin..?” kataku setengah tidak
percaya.”Masa Aku boong Rick. Ya udah.., Kamu tengkurap aja.. Terus buka
dulu kemeja Kamu dengan kaosdalamnya.” katanya.Bagai kerbau dicocok
hidung, aku menurut saja, terus kutelungkup, lalu Dewi mulai memijitiku,
mulai dari pundak terus ke punggung. Pijatannya lembut sekali, rasa
lelah dan kantukku mulai hilang, malah yang ada sekarang darahku justru
mengalir begitu cepat. Batang kemaluankuperlahan-lahan mulai tegang, aku
jadi salah tingkah. Sepertinya Dewi melihat perubahan sikapku.
“Rick..! Balikin badan Kamu.., biar Aku pijit juga bagian depannya.” katanya lembut.
Aku agak ragu juga, pasalnya aku takut kemaluanku yang sudah tegang
takut kelihatan, ditambah nafasku yang sudah tidak beraturan. Tetapi
akhirnya kubalikkan juga badanku. Kemudian Dewi menduduki badanku. Kaget
juga aku melihat dia, karena posisi dia sekarang menduduki badanku,
pantatnya tepat di atas kemaluanku. Aku pura-pura meram saja, sambil
kadang-kadang memicingkan mataku, jadi salah tingkah aku pada waktu itu.
Seksi
juga ni orang, atau karena pikiranku yang sudah dirasuki nafsu birahi,
batinku berkecamuk. Aku mulai berpikir, apa yang harus kulakukan. Tangan
Dewi dengan begiru halusnya mengusap-ngusap dadaku yang kadang-kadang
dia cubit puting susuku, aku malah menggelinjang kegelian, pikiranku
sudah gelap oleh nafsu. Dengan agak ragu kupegang kedua telapak
tangannya yang sedang memijat dadaku.”Kenapa Rick..?” tanya Dewi sambil
tersenyum.Aku tidak menjawab pertanyaannya, kemudian kucium telapak
tangannya, lalu kutarik tangannya yang mana otomatis badannya mengikuti,
sehingga badannya jadi
agak terdorong ke depan.
Wajahku
dengan wajahnya dekat sekali, sampai nafasnya menerpa wajahku. Lalu
kupegang kedua pipinya, dengan perlahan kudekatkan wajahnya ke wajahku,
lalu kucium bibirnya dengan lembut. Kemudian kujulurkan lidahku
menelusuri rongga mulutnya. Dewi agak melenguh, lalu Dewi mulai membalas
ciumanku, lama-lama ciuman kami makin lama makin buas saja, nafas kami
sudah tidakberaturan. Sambil tetapi berciuman, tanganku turun ke bawah,
lalu kumasukkan ke bagian
belakangkaosnya, lalu kutarik kaosnya ke
atas. Dewi mengerti akan hal ini, kemudian dia tegakkan badannya, lalu
dia buka sendiri t-shirtnya, lalu dengan sambil tersenyum dia buka
sendiri BH-nya.
Setelah terbuka, yang kusaksikan adalah sepasang
dua bukit yang kembar, walaupun tidak terlalu besar tetapi kencang
sekali, dengan putting yang sangat menantang. Dengan posisi Dewi masih
di atas perutku, aku segera bangkit. Kulumat putingnya silih berganti,
Dewi melenguh tanda menikmatinya.”Ooohhh Erick.., sshhh..,” desahnya
sambil mendongakkan kepalanya ke belakang, dengan tangan melingkar di
leherku.Aku semakin bernafsu, lalu kurebahkan badannya, kemudian kulumat
bibirnya, lalu kulumat telingakirinyan. Kemudian aku turun menelusuri
lehernya, kulumat putting susunya yang tampak menawan, kadang aku
meremas kedua bukit yang indah itu. Puas dengan itu lumatanku mulai
turun ke bawah, aku jilat pusarnya, kedua
tanganku mulai turun ke pangkal pahanya.
Dengan
posisi masih menjilati pusarnya, tanganku membuka celana pendeknya,
lalu kuturunkan ke bawah. Secara naluriah dia ikut membantu menurunkan
pula, maka tingal celana dalamnya yang berwarna putih bersih yang masih
menghinggapi tubuhnya. Lalu kucium kemaluannya yang masih ditutupi
CD-nya, dia melenguh hebat, kemudian kubuka CD-nya. Aku beralih
menjilati bibir kemaluannya. Dengan bantuan kedua jariku, kusibakkan
bibir kemaluannya itu, maka tampakbagian dalam yang berwarna merah muda,
dengan dihiasi klit-nya yang sudah membengkak.
Mungkin ini untuk
yang kedua kalinya aku menjilati kemaluan perempuan. Ini yang kusuka
dari kemaluan Dewi, tidak berbau, mungkin tadi dia waktu mandi
membersihkannnya dengan sabun khusus.Lalu kujulurkan lidahku ke bagian
klit-nya, kugoyang-goyangkan lidahku.”Aaahhh.., Rickkk.., enak sekali
Saayaang..!” jeritnya sambil kedua tangannya menjambak rambutku.
Pedas juga rambutku. Aku masih saja asyik memainkan lidahku. Kadang
sekali-sekali kugigit bibir kemaluannya. Tidak berapa lama, tubuh Dewi
mengejang, kepalaku makin ditekan oleh tangannya ke dalam
kemaluannya.”Eeerriiccckkk.., aakkhhh.., nikmat sekali Sayang..!”
katanya sambil memejamkan matanya, tandamerasakan kenikmatan yang tiada
taranya.
Aku masih saja asyik melumat habis kemaluannya yang merah
merekah.”Udahhh Rick.., udah dulu Sayang..!” katanya sambil menarik
kepalaku ke atas, kemudian dia cium bibirku dengan ganas sekali.Lalu
tubuhku dia balikkan, dia berada di atasku sekarang. Dia condongkan
badannya, kemudiandia mencium kembali bibirku, lalu mencium leherku. Dia
tegakkan badannya, dan dia geser sedikitke bawah. Sambil tersenyum dia
lalu membuka celana panjangku, kemudian dia buka celana dalamku, maka
mencuatlah adikku yang dari tadi sudah tegak bagai tugu monas. Dengan
lembut dia mengusap batang kemaluanku, jempolnya mengusap kepala
kemaluanku.
“Aaakkhhh..,” aku hanya bisa mendesah
kenikmatan.Perlahan dia tundukkan kepalanya, lalu mulai menjilati kepala
kemaluanku, kemudian dia masukkan batang kejantananku ke mulutnya. Dia
hisap dengan lembut. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan yang diberikan
oleh permainan mulut Dewi.
“Aakkhhh Wi.., terus Wi..! Enak sekali
Sayang..!” erangku.Mungkin karena dari tadi aku sudah menahan nafsuku,
akhirnya aku tidak kuat juga menahannya.”Wi.., Aku mo keluar Wie..,”
erangku.Dewi cuek saja, dia malah mempercepat frekwensi hisapannya ke
batang kemaluanku, yangpada akhirnya, “Aaakkhhh..,” bersamaan dengan itu
menyeburlah cairan spermaku ke mulutnya.
Keliatannya Dewi agak
kaget juga, tetapi dia lalu menelan semua spermaku sampai habis. Aku
hanya mengerang kenikmatan. Setelah cairanku habis ditelannya, kemudian
Dewi lepaskan batang kejantananku dari mulutnya, dia tersenyum melihat
senjataku masih berdiri, walaupun sudah mengeluarkan laharnya. Dengan
tersenyum menahan birahi, dia mendekati wajahku. lalu mencium bibirku.
Dengan posisi masih di atas, tangannya kemudian memegang batang
kemaluanku, lalu
dibimbingnya ke lubang senggamanya. Dengan sekali sentakan, batangku sudah masuk seluruhnya.
“Uuuhhh.., sshhhh..!” Dewi melenguh kenikmatan sambil memejamkan
matanya, rambutnya tergerai, kepalanya diangkat mendongkak ke
belakang.Diangkatnya pantatnya perlahan, lalu diturunkannya perlahan.
Aku membantunya dengan batang kemaluanku.
Makin lama gerakan Dewi
semakin cepat, aku juga semakin keras menekan batang kemaluanku, tangaku
menelusuri tubuhnya yang sudah penuh dengan keringat. Kadang kuremas
kedua bukit kembarnya, sekali-kali aku pelintir kedua puttingnya. Dewi
terus saja menggelinjangkan tubuhnya, kulihat Dewi meram melek juga
dalam malakukan gerakannya itu.
“Ooohhh.., Eerricckk..! Enak sekali Rick.., ssshhh..,” Dewi mendesis seperti ular.
“Kamu cantik sekali Wi.., Aku sayang Kamu..!” kataku sambil menarik
kepalanya untuk mendekati wajahku.Lalu kucium bibirnya. Akibat
gerakan-gerakan yang dilakukan Dewi, akhirnya aku tidak kuat
juga.”Aaahhh.., Wi, Aku hampir keluar Sayangg..!” kataku.”Ssshhh..,
aahh.., Aaaakuu juga Rick.., bentar lagi.., aakhh.. terus Sayanng..,
terusss..!” ucap Dewi sambil terbata bata menahan nafsu.
Makin
kupercepat tempo gerakanku, yang pada akhirnya aku sudah tidak kuat
lagi. Kurangkul tubuhnya erat-erat, tampaknya Dewi juga sudah pada
klimaksnya, yang akhirnya.”Aaahhh.., aakkhhh..,” kami keluar bersamaan
disertai desahan yang panjang.Kupeluk tubuh Dewi dengan erat, begitu
juga dengan Dewi sambil menikmati sensasi-sensai yang tidak bisa
dibayangkan. Kemudian dengan posisi aku masih duduk di kasur dan Dewi di
atasnya, kami berciuman kembali. Lama sekali sambil mengatakan
kata-kata indah.”Terima kasih Wi.., Aku sayang Kamu..!” kataku sambil
mencium keningnya.”Aku sayang Kamu juga Rick..!” kata Dewi, yang
kemudian kami berciuman kembali.Lalu kurebahkan badanku dengan batang
kemaluanku masih menancap di liang senggamanya, akhirnya kami berdua
tertidur lelap sekali.
Esok harinya baru kupulang, tapi sebelumnya
aku antarkan dulu Dewi ke tempat kerjanya sambilmemeberikan nomor
teleponku. Kalau-kalau dia butuh aku, tinggal menghubungi saja. Sesudah
mengantar Dewi, aku langsung pulang, lalu pergi ke kantor yang mana
sudah tentu aku pasti kesiangan, dan kerjaanku yang belum beres.