Hari
itu sudah jam 8 malam, dan saya masih sibuk mengetik proposal boss
saya. Belakangan ini kantor konsultan asing di mana saya bekerja sebagai
sekretaris memang sedang sibuk-sibuknya. Banyak perusahaan lokal yang
meminta jasa kami dalam mereorganisasi perusahaan mereka.
Boss
saya adalah seorang expatriat warga negara Perancis. Dia adalah seorang
pria bujangan berusia sekitar 33 tahun yang sangat tampan. Dandanannya
selalu rapi dan wangi. Hampir semua teman-teman wanita sekantor terpikat
oleh pria ini. Saya sangat beruntung menjadi sekretarisnya, karena
selain boss saya indah dipandang, dia juga seorang boss yang baik
terhadap bawahannya.
Di sela-sela kesibukan mengetik proposal boss
saya untuk besok hari, sesekali saya layangkan pandangan ke ruang
tengah yang masih benderang. Di sana terdapat Mr. Maurice (boss saya),
Mrs. Elisabeth dari Philipinnes, Bapak Edwin dan Mr. Gregory dari
England. Rupanya mereka masih membicarakan rapat untuk besok hari.
Bapak
Edwin katanya baru bercerai dengan istrinya. Heran saya, bagaimana
istri tolol itu dapat meninggalkan sang officer muda yang sedemikian
tampan dan cerdas. Saya sih mau mau saja menjadi istri pria Sunda itu.
Dia terkadang tersenyum pada saya, tapi saya menganggap senyuman ramah
dari seorang atasan untuk bawahannya.
Hhmm.., tampan sekali Mr.
Maurice malam itu, Bapak Edwin juga sangat tampan. Kalau Mr. Gregory
sudah tua, apalagi dia berjenggot, bikin muak saja. Ha ha ha.. Kadang
saya suka membayangkan bercinta dengan Mr. Maurice sampai suka basah
sendiri celana dalam saya. Beruntung sekali istrinya yang mendapat suami
tampan seperti itu.
Satu jam berlalu, terlihat Mrs. Elisabeth
meninggalkan ruangan untuk pulang. Begitu pula Mr. Gregory. Tinggal Mr.
Maurice dan Bapak Edwin yang masih terlihat serius berdiskusi. Proposal
yang saya buat pun sudah selesai, sekarang tinggal menge-print-nya.
Sambil menunggu selesainya hasil print, saya membuka kancing kemeja.
Saya elus-elus sendiri buah dada saya di balik kemeja biru yang saya
pakai hari itu. Entah kenapa hari itu libido saya meninggi. Saya
pejamkan mata sambil menaikkan kaki saya ke atas meja dan menyelipkan
tangan kanan saya ke dalam celana dalam. Ah.., enak sekali.
Saya
bayangkan Mr. Maurice lah yang sedang mengusap-usap puting payudara dan
klitoris saya. Ohh.., nikmat sekali. Sesekali saya masukkan kedua jari
ke dalam lubang vagina, dan saya rasakan kontraksi nikmat dari kedua
paha. Saya pencet-pencet sendiri ujung puting saya yang menimbulkan
saraf-saraf otak saya semakin meninggi. Saya goyangkan pinggul saya di
atas kursi untuk mengimbangi kenikmatan masturbasi yang sedang merajai
tubuh ini.
Tiba-tiba saya tersadar bahwa printer telah selesai
bekerja, dan saya buka mata untuk melihatnya. Hati saya terperanjat
sekali ketika mendapati Mr. Maurice dan Bapak Edwin sedang terpana
melihat diri saya. Entah kapan mereka masuk ke dalam ruangan saya. Ah..!
Malu sekali rasanya. Wajah saya merah membara dan segera saya rapikan
kemeja dan rok pendek saya sambil mengambil proposal yang baru selesai
diprint.
Tiba-tiba Mr. Maurice memeluk dari belakang, dengan
tangannya yang kekar dia berusaha menolehkan wajah saya. Bibir saya
dilumatnya dengan kasar. Saya tersentak dan berusaha melawan. Pada saat
itu juga Bapak Edwin memegangi kedua tangan saya, membuat saya semakin
memberontak ketakutan. Saya menjerit minta tolong, tapi saya sadar bahwa
hanya kami sendiri yang ada di lantai 8 ini. Security ada di hall bawah
tidak akan dapat mendengar jeritan saya.
Mr. Maurice menutupi
mulut saya dengan tangannya, dan dengan bantuan Bapak Edwin, mereka
menyeret saya ke sofa di ruangan Mr. Maurice. Rontahan saya sia-sia
saja. Tangan Bapak Edwin sedemikian keras memegangi pergelangan saya,
sampai sakit rasanya. Mr. Maurice kemudian membuka paksa kemeja saya
sampai beberapa kancingnya copot, kemudian dia menurunkan BH saya, dan
tanpa ragu-ragu melumat puting payudara saya.
Oohh.., saya tidak
tahu apa yang saya rasakan. Antara rasa marah, kesal, benci, juga rasa
nikmat bercampur aduk. Puting saya dipermainkan oleh lidah bulenya yang
lebar dan panas. Ah.., membuat saya terpejam-pejam menahan nikmat.
Sementara itu mulut saya dicium secara ganas oleh Pak Edwin.
Pak
Edwin kemudian menggunakan kemeja satin saya untuk mengikat kedua
pergelangan tangan saya di sofa. Jilatan mulut Mr. Maurice sudah turun
sampai ke vagina. Saya meronta-rontakan kaki saya dengan sepenuh tenaga,
namun saya tidak berdaya melawan desakan tangannya membuka kedua paha.
Sekarang
kedua dengkulnya menindihi kaki saya. Saya lihat dia mulai membuka
celana panjangnya. Tidak lama kemudian terbukalah batang kemaluan besar
miliknya yang sudah sedemikian tegang dan memerah. Pak Edwin juga sudah
mengeluarkan penisnya yang panjang dan besar, dia paksakan senjatanya
memasuki mulut saya.
“Pak Edwin..! Jangan Pak..!” saya merintih penuh iba.
Namun Pak Edwin tidak mendengarkan ocehan saya. Batang kemaluannya yang
besar segera memenuhi mulut hingga tenggorokan. Agak susah bernapas
jadinya. Pantatnya dimaju-mundurkan, membuat mulut saya tersedak-sedak
oleh penis panjangnya. Di bagian bawah saya rasakan sebuah benda tumpul
yang besar dan panas memasuki vagina dengan paksa. Ouughh..! Besar
sekali, agak susah masuknya. Saya sudah tidak dapat menjerit karena
mulut saya sibuk dengan batang kemaluan Pak Edwin.
Walaupun saya
mencoba terus meronta, namun sebenarnya saya sangat menikmati perbuatan
kasar kedua atasan saya itu. Tangan Mr. Maurice memegangi paha saya
lebar-lebar dan menancapkan batang besarnya secara cepat dan
berulang-ulang. Saya merintih sakit bercampur nikmat setiap kali ujung
kemaluannya menyentuh liang peranakan saya.
“Ohh.., oh.. ah..!
Ampun Mister.., please stop it..! You hurt me..!” saya berusaha menjerit
di antara batang kemaluan Pak Edwin yang keluar masuk mulut saya dengan
cepat.
Mereka menikmati posisi itu selama 5 menitan, kemudian Mr.
Maurice mengambil inisiatif untuk menunggingkan posisi saya. Tangan saya
yang masih terikat di pinggir sofa. Saya agak terpelintir ketika dengan
paksa dia menarik pantat saya dalam posisi dogie style. Sekali lagi dia
memperkosa dari belakang. Batang kejantanannya terasa lebih besar
dengan posisi ini.
Tidak terasa vagina saya menjadi basah karena
sebenarnya saya pun menikmati permainan ini. Mulut saya mulai
merintih-rintih nikmat.
“Oh God..! Ssshh..! Ahh..! Ooh..! Sshh..!” desah saya tidak ragu lagi.
Saya merasakan kenikmatan yang sangat dengan posisi itu, apalagi Pak
Edwin sekarang mengulum puting payudara saya yang tergantung ke bawah
sambil meremas-remasnya.
Giginya yang rapi sesekali menggigit halus puting saya, membuat saya serasa di awang-awang.
“Oh Yeaahh.., sshh.. oh..!”
Saya goyang-goyangkan pinggul untuk mengimbangi hempasan pinggul Mr.
Maurice. Sesekali dia menampar pantat saya yang menungging ke arahnya
dengan keras. Ah..! Nikmat sekali tamparan itu.
Pak Edwin rupanya
tidak sabar ingin merasakan lubang kenikmatan saya. Dengan kasar dia
membuka ikatan di pergelangan tangan, dan kemudian Mr. Maurice duduk di
sofa. Pak Edwin mendorong tubuh saya untuk naik ke pangkuan Mr. Maurice
sambil menghadap ke sofa. Sambil mencekram tengkuk saya, Pak Edwin
meraih vagina saya dari pantat yang membuat saya dalam posisi
menungging. Mr. Maurice di depan dan Pak Edwin di belakang. Saya hanya
tersanggah oleh kedua dengkul yang terlipat di atas sofa.
Mereka kemudian memasukkan batang kemaluannya di vagina dan lubang pantat saya.
“Oohh..!” saya menjerit panjang ketika batang kemaluan Pak Edwin memasuki lubang pantat saya dari belakang.
Sakit, tapi saraf-saraf pinggul sangat terangsang oleh tusukannya.
Sementara itu penis Mr. Maurice sudah kembali memasuki lubang kemaluan
saya. Nikmat sekali rasanya digauli oleh kedua pria ini, baru sekarang
inilah saya rasakan dua batang kemaluan memasuki tubuh ini sekaligus
dari depan dan belakang.
Mulut Mr. Maurice menghisap-hisap puting
payudara saya dengan kasar sambil terus menusukkan penis raksasanya. Pak
Edwin menjambak rambut saya dari belakang sambil terus menghela batang
kejantanannya keluar masuk lubang pantat. Saya meremas rambut pirang Mr.
Maurice karena tidak tahan oleh kenikmatan yang saya rasakan. Dari
mulut saya keluar desisan-desisan nikmat. Begitu pula saya dengar
deruhan napas pendek dan tidak beraturan dari Pak Edwin yang membuat
saya juga semakin bernafsu.
Keduanya menggauli saya dengan semakin
cepat dan semakin panas, seperti sedang mengejar sesuatu. Akhirnya
pertahanan kemaluan Mr. Maurice pecah, dan kedua tangannya menekan bahu
saya ke bawah untuk memaksakan batang penisnya tetap di dalam liang
kewanitaan saya ketika air maninya keluar. Oooh.., saya merasakan
semprotan air maninya di dalam liang peranakan saya. Mr. Maurice
mengerang kuat dengan mata terpejam dan merenggut rambut saya ke kanan
dan ke kiri.
Sementara itu Pak Edwin sudah hampir mencapai puncak
kenikmatannya! Helaan pantatnya semakin cepat, dan akhirnya ditumpahkan
air maninya di dalam pantat saya sambil mengerang dan mencakari punggung
ini. Baru kali ini saya merasakan semburan sperma di lubang pantat
saya, sungguh nikmat.
Bagian bawah pinggul saya basah kuyup oleh
keringat dan air mani kedua pria tampan itu. Pak Edwin menghempaskan
dirinya di sofa, di sisi Mr. Maurice yang masih merasakan dirinya berada
di langit ketujuh menikmati orgasmenya. Mereka kemudian memeluk dan
menciumi saya dengan sangat lembut dan mesra, sambil meminta maaf atas
perbuatan mereka itu. Saya pun mengakui kepada mereka bahwa saya
sebenarnya sangat menikmati ‘perkosaan’ itu.
Kejadian malam itu
tidak berhenti sampai disitu, karena sejak malam itu kami melakukan
perbuatan ‘two in one’ itu secara berulang-ulang. Dan saya mulai
dijadikan sebagai pemuas dan sarana pelampiasan nafsu mereka. Herannya
saya menikmatinya hingga sekarang. Liburan musim panas kemarin, kami
menghabiskan satu minggu di Ubud Bali hanya untuk memuaskan nafsu birahi
kami bertiga. Itulah pengalaman saya bersama atasan saya di kantor yang
berakhir dengan kegiatan yang berjalan dengan rutin.