Hari
ini panas sekali. Aku merasa agak BT (Birahi Tinggi) dan sedang melamun
jorok beberapa menit. Lalu kutelepon temanku, Anna yang baru kukenal
tiga bulan. Aku masih ingat waktu bertemu dengannya pertama kali,
orangnya berani, mandiri, cantik dan tidak sombong.
Dia suka mode dan
musik Jazz Fusion. Kebetulan dia ada di rumah dan sehabis bicara
basa-basi beberapa menit, kutanya Anna, apa dia ada waktu untuk makan
malam berdua hari ini. Anna menjawab, “Bagus, boleh aja!” Kami janji di
restoran Intan Marina jam 19:00. Sehabis telepon Anna, aku memesan
tempat duduk yang intim di restoran itu, supaya kami bisa enak makan dan
bicara. Ternyata, tempatnya masih ada. Pada jam 18:50 aku tiba di
restoran Intan Marina dan Anna datang kira-kira 5 menit kemudian. Wah,
aku kagum melihat Anna, dia tambah cantik dan sensual! Dia memakai blus,
rok dan sepatu gaya Itali. Tasnya cocok dengan pakaiannya. Hatiku
senang sekali melihat dia lagi. Dia orangnya ‘Trendy Woman’. Kami saling
menyambut dengan pelukan dan ciuman yang mesra di pipi. Anna juga kagum
melihatku, “Woow, penampilanmu hebat, Michael! Kamu sedikit berotot,”
katanya. Aku menjadi sedikit malu sambil tersenyum lebar. Pelayan
restoran menyambut kami dengan senyum yang ramah dan agak nakal,
sepertinya dia sudah tahu apa yang akan terjadi nanti. Restorannya
lumayan besar, ada AC dan kami diantar ke ruang makan privat yang besar
dan sejuk di lantai dua, dekat pintu darurat. Sesudah kami lihat daftar
makanan, kami memesan satu porsi ikan tiram, ikan gurami goreng saos
Inggris, nasi goreng dan cah brokoli pakai saos tiram. Minumannya,
anggur putih Perancis untuk Anna dan anggur merah Lambrusco dari Itali.
Sambil menunggu makanan datang, Anna pergi ke toilet. Sesudah kira-kira
10 menit dia kembali dengan wajah yang nakal, bibirnya dilapiskan ekstra
dengan lipstik merah yang norak dan rambutnya disanggul. Kusambut dia
juga dengan senyum yang nakal. Kami saling mencium pipi dan bau
perfumnya enak sekali. Anna melihatku dengan mata yang sensual sambil
bermain dengan lidahnya, sepertinya dia mau berkata, “I want you as my
dinner, darling!”
Pada saat itu juga
aku tidak bisa berkata apa-apa, kecuali terima seluruh penampilannya
saja. Sesudah kira-kira 20 menit, pelanyan restoran mengantar makanan
kami dan waktu dia sudah selesai membagi makanan itu, dia berkata sambil
senyum lebar, “Selamat makan dan nikmatilah kehidupan ini!” Kami
serentak membalas, “Terima kasih, Pak!” Anna mulai mengambil satu biji
ikan tiram, lalu mendekatkan ke mulutnya. Selama beberapa detik ujung
lidahnya menjilat dan mengulum ikan tiram itu seperti dia bermain dengan
kemaluan laki-laki dan menelan seluruh ikan itu sambil bermain mata
denganku. Hatiku berdebar, mataku melotot dan burungku setengah bangun
dari tidurnya. Setelah itu, Anna mengambil seteguk dari gelas anggur
putihnya dan satu jari telunjuknya dicelupkan ke dalam gelasnya. Dia
taruh jari itu di ujung lidahnya. Terus, dia mengisap jarinya secara
sensual. Aku tidak tahan lagi melihat permainannya dan menuju ke Anna.
Kuambil jari itu dari mulutnya dan kumainkan dengan lidahku. Karena
tidak tahan lalu aku pun mengulum lidahnya dan Anna mengerang seksi.
Sesudah beberapa detik, aku berhenti dan mengambil sebiji ikan tiram,
tapi Anna tidak sabar dan mendorong kepalaku ke buah dadanya. “Tolong
jilat puting susuku,” katanya dengan suara yang sedikit serak. “Sabar
dulu dong, sayang. Nanti ikannya menjadi dingin, nih!” balasku mesra.
Buah dadanya cukup besar (cup C) dan halus. Anna berbisik di telingaku,
“Aaah, aku udah nggak sabar menunggu lagi, sayang. Aku sudah menjadi
basah di bawah ini. Rasakan aja dengan jarimu.” Memang benar, celana
dalamnya sudah basah dan saat kusentuh liang kewanitaannya yang berbulu
lebat itu ternyata basah kuyup. Hmm, inilah saatnya untuk membuat dia
lebih gatal lagi. Pokoknya, ABG (Atas Bawah Gatal!) Kemudian aku
memisahkan bulu-bulunya dan menjilat liang senggamanya secara halus dan
pelan-pelan, mulai dari klitorisnya sampai ke bawah dan ke atas lagi.
Rasanya enak, manis seperti buah kelengkeng. Aku mendengar suara Anna
yang makin lama makin serak. Tiba-tiba dia berteriak dan berkata, “Oooh
Michael.. jangan berhenti.. teruskan aja.. hmm.. enaak caranya begitu..
hmm.. ooh.. aku gatal sekali nih!” Dia tarik kedua kakinya ke arah
dadanya dan aku mulai melepaskan celana dalamnya.
Aku melihat
lubang pantatnya yang bersih dan agak mekar, ada banyak bulu di
sekitarnya. Terus, aku menjilat lubang pantatnya. Rasanya seperti kue
bakpao. Sambil menjilat aku membuat kesimpulan, “Woow, jangan-jangan dia
sudah beberapa kali diajak main ala Yunani!” Kuajukan pertanyaan yang
lugas, “Kamu pernah pergi ke negeri Yunani?” Anna berkata dengan suara
yang lembut, sambil menyentuh kemaluannya dengan tangan kirinya, “Oooh
ya, sayang.. aku sudah beberapa kali pergi ke negeri Dewa dan Dewi itu.
Hmm, enak main-main ala Yunani yang kuno! Kamu orangnya pinter ya,
Michael. Kamu suka mempelajari pantat cewek?” Kujawab secara jujur dan
lugas, “Iya, bener, aku suka pantat cewek-cewek!” Tiba-tiba terdengar
suara dari perutku yang tandanya aku lapar. Terus, aku usulkan, “Eh,
Anna, aku jadi laper nih. Ayo, kita lanjutkan makanannya lagi, supaya
dapat tenaga untuk permainan kita selanjutnya.” Anna sedikit kecewa
karena diinterupsi, tapi dia setuju dengan usulku. Ternyata dia juga
lapar sekali. Sehabis makan, aku pergi ke toilet dan Anna bertanya, apa
aku perlu ditemani. Aku bilang sambil senyum, “Tunggu sebentar, ya
sayang? Jangan kuatir, aku cepet kembali lagi.” “Ya, cepetan aja ya,
sebab aku sudah nggak tahan lagi! Sudah dua minggu aku tidak diajak
main. Aku pesan buah-buahan, ya?” katanya. “Boleh aja, buah-buahan juga
diajak main bersama kita nanti,” jawabku. Di toilet aku sedang buang air
kecil sambil mengambil nafas yang dalam.
Burungku sudah kembali
setengah tidur lagi dan aku merasa suatu nafsu yang besar untuk bercinta
dengan Anna. Sehabis ini, aku menuju ke wastafel untuk mencuci
tanganku. Kulihat wajahku di cermin, gembira dan agak merah. Terus, aku
bilang kepada diriku sendiri, “Cool, si Anna ini bener-bener perlu
ditangani secara baik, sebab sudah rasa gatal total!” Lalu kukeringkan
tangan basahku dan mengamati sekitar ruang toilet. Aku menemukan sebuah
mesin kondom. Hatiku gembira, “Nah, ini dia, temanku yang dicari!”
Kumasukkan uang logam ke dalam mesin itu dan tarik pada tombol di bawah.
Lalu, ada dua biji kondom merek Durex yang keluar. Aku kembali ke ruang
makan privat kami lagi. Di situ aku kaget saat melihat Anna dengan
pantatnya menuju ke arah pintu masuk dan sedang main dengan dildo di
dalam liang senggamanya. Sekarang pantatnya kelihatan lebar dan sedang
bergoyang. Kuambil nafas dan mengelus pantatnya. Kemudian, kujilat
pantat dan lubang pantatnya sampai dia mengerang, “Yaauw.. ya, Michael,
tolong ambil dildo yang kecil dari tasku,” perintahnya. Kuambil tasnya
dan mencari dildo di dalamnya. Lantas, kutemukan sebuah dildo yang kecil
(warnanya kuning langsat), yang sering dipakai untuk melebarkan lubang
pantat. Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu ruang makan kami. Aku
tanya dengan hati yang jengkel, “Ya.. siapa itu?!” “Maaf ya, saya ganggu
Pak.. saya pelayan restoran dengan mengantar buah-buahan,” kata pelayan
restoran. “Tunggu sebentar, ya!” jawabku. Anna mengeluarkan dildo dari
liang senggamanya dan kembali duduk di kursi tanpa memakai celana dalam,
sedangkan aku menyimpan dildo kecil di dalam kantong kemejaku. Lalu,
kubuka pintu dan pelayan restoran masuk. Dia menaruh buah-buahan yang
sudah dikupas di atas meja makan dan sekaligus dia meringkas meja makan.
Dia minta maaf sekali lagi pada kami. Sesudah dia pergi, aku mengamati
wajah Anna yang kelihatan haus seks.
Kemudian, Anna melepas rok
dan blusnya serta memandangku dengan badan yang telanjang total. Terus,
dia menuju ke arahku. Dia memeluk dan menciumku. Kutarik dia dari ciuman
itu dan mengantarnya ke meja makan, menyuruhnya berbaring di atas meja
itu. Anna sempat melepaskan kancing kemejaku dan kulepas celana panjang
termasuk celana dalamku. Dalam sekejap waktu aku juga telanjang total.
Terus, Anna mengambil sepotong buah mangga dan sekerat buah jeruk manis.
Kedua-duanya diperas di atas burungku. Aku merasakan dinginnya sari
kedua buah itu. Lalu, dia jilat burungku dan emut pelirku juga.
Jilatannya terasa enak dan lembut sekali. Aku mengambil nafas yang dalam
sambil bilang dengan suara yang serak, “Cool Anna, sedap sekali!”
Tiba-tiba Anna berhenti dan mengambil dildo yang kecil tadi dari kantong
kemejaku, lalu memberikannya padaku, dia memutar badannya dengan
punggungnya menghadap ke arahku. Dia perintah, “Tolong masukkan dildo
kecil itu ke dalam lubang pantatku tanpa disemir.” Kupikir, “Ya, kenapa
tidak, tambah kelihatan erotis.” Anna sudah tidak sabar lagi, “Ayo,
cepet dong!” Kemudian kumasukkan dildo itu ke dalam lubang pantatnya
secara bertahap dan Anna berteriak seperti macan betina. Aku
bermain-main dengan dildo kecil, keluar-masuk, keluar-masuk sampai Anna
menjadi buas.
Dia memutar badannya ke arahku lagi, menjilat
burungku lagi dan kali ini secara rakus. Sementara waktu, aku harus jaga
diri, supaya burungku tidak meledak terlalu cepat. Jadi, kutarik rambut
Anna dan dia mengerti. Anna tanya, apa aku bawa kondom. Lalu,
kukeluarkan kondom dari kantong celana panjangku dan membuka bungkusan
kondom itu dengan gigi depanku. Lalu, kuambil kondom itu dan memasangnya
di burungku yang sedang berdiri kencang. Kali ini, aku disuruh
berbaring di atas meja makan dan Anna naik ke atas meja itu. Lantas, dia
jongkok dan memasukkan batang kejantananku ke dalam liang
kewanitaannya. Melalui kondom itu aku bisa merasakan betapa hangat dan
basah liang kewanitaan Anna. Dia mulai pompaku dan aku bilang, “Tolong
pelan-pelan aja dulu!” Aku meraba kedua buah dadanya sambil menjilat
puting susunya. Kedua tanganku turun sampai ke pinggang dan pinggulnya.
Lantas ke arah pantatnya sampai ketemu dildo kecil yang masih ada di
dalam duburnya. Kuangkat tubuh Anna dan kuputar dia, sehingga aku
memasukkan batang kejantananku dari belakang ke dalam liang senggamanya.
Pompaanku seirama dengan dorongannya ke belakang. Aku bermain-main
dengan dildonya, masuk-keluar, masuk-keluar. Anna menjadi buas dan
seluruh badannya berkeringat. Lalu, aku tarik dildo kecil itu dari dubur
Anna dan kumasukkan batang kejantananku (yang masih diselimuti oleh
kondom) ke dalam lubang pantat Anna secara pelan-pelan, supaya dia tidak
kesakitan.
Dia mengerang sampai terengah-terengah. Aku
berkeringat luar biasa. Aku bilang ke diriku, “Jangan semprot sekarang,
jangan semprot sekarang!” Beberapa saat kemudian, aku sudah tidak tahan
lagi dan berbisik pada Anna, batang kejantananku mau meledak. Anna
berteriak, “Tolong semprotkan air manimu di wajahku.” Pada saat itu juga
kutarik batang kejantananku dari lubang pantatnya sambil Anna cepat
memutar badannya dan jongkok di depanku. Aku melepas kondomku dan
menyemprotkan spermaku (yang berwana kuning langsat) di wajah dan mulut
Anna sambil berteriak keras. Dia menelan spermaku dan menjilat batang
kejantananku bersih sampai tetesan yang terakhir. Aku gemetar sekaligus
merasa lega dan puas. “Terima kasih. Enak sekali, Michael. Cool man!
Kamu tahu bener gimana caranya menggairahkan seorang wanita. Akan
kuanjurkan juga ke teman-teman perempuanku yang lain.” kata Anna dan dia
menciumku di mulutku. Lalu, dia pergi ke toilet. Aku minum dari gelas
anggur merahku dan mengenakan pakaian lalu pergi ke toilet. Sesudah
kira-kira 10 menit aku kembali ke ruang makan dan lihat Anna di situ
sambil minum anggur putihnya. Penampilannya sudah rapi kembali, tapi
masih tersenyum nakal padaku. Lantas kami memutuskan untuk membayar dan
pergi ke Hardrock Cafe. Sesudah membayar kami keluar dari restoran Intan
Marina. Aha.. sudah agak sejuk di luar. Bagus, bagus! Aku puas hati
sekali. Dan Anna, ooh.. dia meremas batang kejantananku sambil kami
berjalan kaki ke mobilku. Ternyata Anna masih mau lagi, woow.. woow..!